LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) kini menggandeng stakeholder terkait, praktisi kepariwisataan untuk menyusun "Buku Putih atau Policy Brief Kepariwisataan Labuan Bajo Flores" sebagai strategi dan solusi pengembangan pariwisata, ekonomi dan kreatifitas unruk lemajuan wisata di daerah ini.
Dalam Diskusi Finalisasi Draft Buku Putih yang diselenggarakan pada Rabu (18/9), Hadir sebagai nara sumber Prof. Christian Fenie. Dia seorang Consultan Marine Tourism dan Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik.
Buku Putih atau Policy Brief sendiri merupakan dokumen yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan rekomendasi mengenai isu-isu tertentu. Pada konteks ini, buku Putih sebagai policy statement Kepariwisataan Labuan Bajo Flores merupakan dokumen pernyataan kebijakan BPOLBF untuk mencermati berbagai tantangan dan isu strategis, menghasilkan rekomendasi dan menentukan Langkah strategis bagi para pihak untuk memperkokoh pembangunan pariwisata DPSP Labuan Bajo semakin berkarakter, berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh mengungkapkan bahwa Penyusunan Buku Putih ini merupakan salah satu langkah konkret yang diambil BPOLBF guna memastikan pengembangan Labuan Bajo Flores dilakukan untuk pengembangan yang lebih holistik dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, meski pariwisata memberikan banyak manfaat, Labuan Bajo tetap menghadapi tantangan besar terkait keberlanjutan. "Buku Putih ini diharapkan dapat memberikan panduan yang mendalam dan terperinci untuk pengembangan parekraf di Labuan Bajo Flores," jelas Frans.
Senada dengan itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Manggarai Barat, Crispin Mesima mengungkapkan bahwa Buku Putih Kepariwisataan Labuan Bajo Flores bukan hanya sekadar dokumen perencanaan tetapi juga pedoman strategis yang akan memandu pengembangan pariwisata di Labuan Bajo Flores secara berkelanjutan.
Draft Buku Putih yang telah dibuat Tim BPOLBF tersebut disusun sesuai dengan temuan di lapangan dan masukan dari FGD Penyusunan Buku Putih yang digelar pada Jumat, 23 Agustus 2024 lalu. Dalam FGD tersebut, hadir Kepala Bandara Internasional Komodo, Disparekrafbud Mabar, Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), KSOP Labuan Bajo, Basarnas, BMKG, TNI AL, DPMPTSP, Gahawisri, dan World Wide Fund for Nature.
Beberapa isu strategis yang menjadi poin penting dalam Buku Putih Kepariwisataan Labuan Bajo Flores ini antara lain; Konservasi dan Keberlanjutan, Landscape atau Tata Ruang, Marine Kelautan, Sosial - Budaya, Safety- Security, SDM & Kelembagaan, Sampah, Rantai Pasok, Infrastruktur, dan Tata Kelola. Berbagai isu ini kemudian dipetakan berdasarkan temuan-temuan di lapangan dan diberi rekomendasi tindak lanjut sehingga dapat ditindak lanjut oleh masing-masing pihak yang berwenang.
Agus Pambagio mengatakan pentingnya Carring Capacity dan pengelolaan tata ruang. "Pengelolaan tata ruang sangat penting dilakukan. Pengaplikasian peraturan tata ruang sesuai porsinya sehingga pengembangan pariwisata di Labuan Bajo Flores tetap berkelanjutan,"jelas Agus. (kr2)