Pengurus KONI NTT Pulangkan Korban TPPO

  • Bagikan
RUDI MANDALLING/TIMEX KETERANGAN PERS. Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto bersama Ketua Umum KONI NTT, Josep Nae Soi, Waketum KONI, Inche Sayuna dan jajaran pengurus KONI saat memberikan keterangan soal kasus Dolviana, Rabu (25/9).

Dolviana Hoar Nahak dari Medan

PJ Gubernur Beri Apresiasi kepada Ketua Umum KONI NTT

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Dolviana Hoar Nahak asal Kabupaten Malaka yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Medan, Sumatera Utara berhasil diselamatkan dan dipulangkan ke Kupang oleh pengurus KONI NTT yang difasilitasi Ketua Umum KONI NTT, Josef Nae Soi.

Dolviana ditemukan secara tidak sengaja oleh pengurus KONI yang kebetulan berada di Medan mengikuti PON XXI/2024 Aceh-Sumut.

Saat akan berangkat ke Medan, kepada Dolviana dititipkan pasport Wakil Ketua KONI NTT, Inche Sayuna yang akan ke Malaysia. Dari sinilah Dolviana akhirnya berhasil dipulangkan ke Kupang.

Kepada Timor Express di ruang rapat KONI NTT, Rabu (25/9), Dolviana yang bersama Ketua Umum KONI NTT, Josep Nae Soi, Wakil Ketua, Inche Sayuna, Frits Bria Seran, Sekum KONI, Lambert Tukan serta Hilda menuturkan kronologis sehingga bisa sampai di Medan, sebelum dirinya dipulangkan oleh pengurus KONI ke Kupang.

Dirinya kata Dolviana, mendapat peluang kerja di akun Facebook atas nama Alfredo Seran.

"Itu nama FB-nya tapi nama aslinya Andre Nenometa," kata Dolviana.

Ketika melihat posting-an lowongan kerja tersebut, Dolviana langsung meng-inbox Alfredo untuk tanyakan  apakah betul ada lowongan kerja. Dan dijawab Alfredo bahwa betul ada lowongan.

Alfredo menjelaskan bahwa dirinya diminta untuk mencari orang-orang dan kalau mau harus siap diberangkatkan.

"Saya tanya lagi, kalau misalnya besok atau lusa bisa tidak. Dan dijawab Alfredo, kalau memang mau besok atau lusa siap berangkat dan saat itu tanggal 17 September 2024," beber Dolviana.

"Kalau begitu tanggal 20 saya  berangkat ke Kupang dan nanti tanggal berapa baru ke Medan. Dan Alfredo menjelaskan bahwa nanti tanggal 20 ke Kupang, majikan sudah siapkan memang tiketnya," imbuhnya.

Menurut Dolviana, dirinya telah disiapkan uang travel, uang makan, sama uang tiket pesawat yang di-booking oleh seseorang yang bernama Kristin.

Masih menurut Dolviana, sebelum dirinya berangkat menuju Kupang menggunakan travel, Kristin sempat meneleponnya dan memintanya memberikan HP ke orang tua, supaya dirinya (Kristin, red) bisa bicara dengan orang tua dan minta nomor rekening orang tua untuk ditransfer uang saku.

"Sebelum berangkat saya menelepon ibu Kristin, tapi tidak diangkat. Saya kemudian menghubungi Andre Nenometa alias Alfredo untuk menghubungi ibu Kristin dan melalui Alfredo saya diminta naik travel dan setelah tiba di Kupang baru uang saku ditransfer," tuturnya.

Setelah tiba di Kupang, Dolviana kembali menelepon Kristin untuk menanyakan uang saku jadi tidak ditransfer karena dirinya memiliki anak kecil dan oleh Kristin dijawab bahwa saat sampai di bandara dan naik pesawat baru ditransfer.

Saat di bandara El Tari, dirinya sempat ditelepon untuk ambil titipan pasport milik Inche Sayuna.

"Sudah di dalam pesawat saya telepon lagi menanyakan hal yang sama dan dijawab ibu Kristin nanti sampai di Jakarta baru ditransfer. Tapi tidak dikirim,” jelasnya.

Saat sampai di Jakarta, hal yang sama dilakukannya dengan menghubungi Kristin untuk menanyakan hal yang sama dan kembali dijawab nanti sampai Medan baru ditransfer.

Sampai di Medan dirinya kembali menghubungi Kristin untuk menanyakan posisi Kristin karena dirinya sudah di Medan.

"Ibu Kristin bilang dirinya tidak bisa menjemput karena berada di Jakarta dan saya akan dijemput bos laki-laki pak Hendi," bilangnya.

Setelah dijemput oleh Hendi, setelah keluar dari bandara, dirinya dibawa keliling Medan untuk cari majikan dan dirinya juga sempat bicara dengan salah satu calon majikan melalui HP dan akan diberikan pekerjaan dengan syarat HP disita dan gaji sebulan Rp 1.500.000. Namun, jika kontrak dua tahun, maka selesai kontrak baru gaji bisa diambil.

"Saya bilang minta maaf tidak bisa karena saya ada anak kecil dan setelah protes kemudian saya kembalikan HP ke Hendi," ungkanya.

"Mereka bicara dalam bahasa China, jadi saya tidak mengerti, tapi bahasa mereka yang terakhir itu katanya harga tidak cocok atau tidak pas," katanya.

Mendengar itu lanjut Dolviana, dirinya mulai berpikir, sebenarnya dirinya mau diberikan pekerjaan apa mau dijual, yang membuat pikirannya tidak tenang.

Masih menurut Dolviana, setelah seharian mencari majikan belum dapat, oleh Hendi dirinya diajak ke rumahnya dulu dan ada istri anaknya untuk menginap sementara sambil cari majikan.

"Ternyata sampai ditempat yang disebut rumah, tidak ada orang disana sama sekali dan itu bukan rumah tapi semacam gudang, karena didalamnya  ada kardus besar, besi, galon rusak. Semacam gudang. Dan saat dimasukkan di rumah itu sudah jam tujuh malam dan diminta beristirahan dulu. Sedangkan Hendi mengatakan ada ada keperluan jadi akan keluar dulu," bebernya.

Sebelum pergi Hendi sempat mengingatkan dirinya bahwa saat dia kembali, maka HP akan disita karena besok sudah dimasukkan ke majikan Singapura.

Saat Hendi pergi dirinya kata Dolviana mencoba berpikir untuk meminta bantan kepada siapa. Kebetulan dari bulan Mei, dirinya mengenal orang  Medan bernama Fadli dan saat orang tersebut di-inbox, ternyata di respon.

Kepada kenalannya tersebut, Dolviana meminta bantuannya dan mengirimkan lokasi keberadaanya siapa tahu berdekatan.

Oleh temannya tersebut dijawab bahwa lokasi tersebut berdekatan dengan rumah keluarganya.

"Saya kemudian meminta tolong untuk megeluarkan saya dari tempat tersebut karena saya semacam disekap. Karena setelah dimasukkan ke gudang tersebut pintu dikunci dari luar," cerita Dolviana.

Rumah itu tidak ada jendela sama sekali dan pagarnya besi tinggi sehingga tidak ada akses keluar sama sekali.

Tak kehilangan akal kata Dolviana, dirinya kemudian menyusun dos-dos besar untuk bisa naik ke atas pagar dan setelah berusaha tiga kali, akhirnya berhasil.

"Setelah diatas pagar tembok saya kemudian berteriak minta tolong dan saat itu sudah sekitar pukul 11.30 WIB. Kebetulan ada satu keluarga suami-istri yang belum tidur dan saat saya teriak, istrinya keluar dan menanyakan, "Mbak ngapain disitu mau bunuh diri ya.." Saya jawab tidak ibu saya mau minta tolong ibu, kasi keluar saya dari sini karena disekap," ujarnya.

Bersama suaminya, ibu tersebut datang dan menenangkannya dari luar pagar. Dirinya kemudian berkomunikasi dengan Fadli melalui WA menanyakan posisi Fadli dan dijelaskan masih di polsek untuk lapor masalah dan kalau laporan diterima akan bersama-sama dengan polisi datang ke lokasi.

Setelah menunggu empat jam polisi baru ketemu alamatnya dan ada enam orang polisi yang datang bersama Fadli.

Ketika polisi datang mereka tanya bosnya kemana dan dirinya mengatakan jika bos ada keluar dan pulang agak lama, sehingga polisi  menyarankan dirinya menelepon bos dengan alasan ada kebakaran supaya dia kembali.

"Saya kemudian menghubungi Handi dan mengatakan ada kebakaran dalam rumah dan bos sempat minta untuk video call untuk melihat kejadian, namun saya langsung mematikan HP," terangnya.

Akhirnya Hendi mungkin panik dan cepat pulang dan saat Hendi sampai di gudang, ketika akan membuka pintu, Hendi langsung dikepung polisi dan masyarakat setempat.

"Pas pintu dibuka, saya juga cepat-cepat langsung mendorong pintu dan langsung keluar," katanya.

Setelah itu dirinya di bawa ke polsek Medan Tembung dan diamankan disitu. Saat di polsek itulah diriya menghubungi Inche Sayuna melalui WA.

"Saya tidak tahu kalau ibu Inche adalah anggota DPRD NTT," ungkapnya.

Setelah itu, Inche menenangkan dirinya dan mulai ada beberapa nomor yang menghubunginya, diantaranya Sekum KONI, staf KONI NTT, Don dan keluarga Flobamora sehingga dirinya mulai tenang.

Setelah pengurus KONI mendatangi polsek mendiskusikan kepulangannya, dirinya dititipkan di Gaspar, seorang anggota TNI asal Kabupaten Malaka, yang kemudian mengantarnya ke seorang pastor dan diamankan sehari di situ, sebelum diterbangkan ke Kupang via Jakarta.

Sementara itu, Inche Sayuna mengungkapkan, setelah di WA Dolvina, dirinya menghubungi Don untuk membantu Dolvina, termasuk juga Sekum KONI dan baiknya pengurus KONI yang tersisa di Medan bergerak cepat.

"Ketua Umum KONI juga memfasilitasi agar Dolviana bisa kembali ke Kupang," katanya.

Ketua Umum KONI, Josef Nae Soi bersama pengurus KONI kemudian membawa Dolviana bertemu dengan Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, sekaligus melaporkan kasus tersebut.

Dalam jumpa pers yang dilakukan di lobby kantor gubernur, Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto menegaskan, Dolviana Nahak menjadi korban TPPO.

Berkat bantuan Ketua Umum KONI NTT, Josef Nae Soi dan jajaran, Dolviana Nahak berhasil dibebaskan  dan kembali ke Kupang.

“Pemprov NTT tentunya memberikan apresiasi kepada Ketua Umum KONI dan jajaran yang sudah berhasil mengembalikan salah satu korban TPPO dari Kabupaten Malaka,” kata Andriko.

Andriko juga meminta kepada masyarakat NTT agar lebih pintar dalam bermedsos dan jangan terlalu cepat percaya janji-janji di medsos. (rum/ays/dek)

  • Bagikan