Konsultasi Publik RPDAS Terpadu
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Kosmas Lana membuka kegiatan konsultasi publik Rancangan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Terpadu Benain dan Noelmina yang diselenggarakan Forum DAS NTT dan ICRAF Indonesia di hotel Harper Kupang, Rabu (2/10).
Pada kesempatan tersebut, Kosmas Lana menjelaskan, DAS Benain dan Noelmina hampir setiap tahun musim hujan selalu dihantui dengan bahaya banjir. Karena itu, pemerintah pusat memberikan perhatian yang besar.
“Kita miliki DAS Benain dan Noelmina dengan sub DAS,” kata Kosmas.
Dikatakan, penyusunan dokumen dengan konsultasi publik adalah bagian untuk penyusunan RPJMD yang saat ini masih berproses di DPRD NTT.
“Setelah Februari 2025, akan membahas RPJMD 2025-2029,” tambahnya.
Diakui, salah satu kendala yaitu belum ada kajian berapa jumlah volume air yang tidak dapat dimanfaatkan dari adanya DAS dan sub DAS.
“Dalam penyusunan konsultasi publik bisa dimasukan, karena salah satu yang harus dikerjakan untuk optimalkan adalah fungsi-fungsi DAS. Dari situ bisa dihitung sumber daya termasuk infrastruktur yang dapat melayani daerah kita. Saya memberikan apresiasi kepada teman-teman dari DAS Benain dan Noelmina sebab pengelolaan DAS di Indonesia, DAS Benain dan Noelmina terbaik dalam penyusunan dokumen perencanaan,” kata Kosmas.
Perwakilan Kedutaan Kanada untuk Indonesia, Maria C Ramirez S menyampaikan sambutan secara daring.
Forum DAS NTT bersama ICRAF Indonesia mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam konsultasi publik RPDAST Benain dan Noelmina di Kupang.
Kegiatan dimaksudkan untuk mengumpulkan aspirasi para pemangku kepentingan terhadap prioritas dan sasaran pembangunan DAS di kedua wilayah.
Saat ini, Forum DAS NTT sedang dalam proses memutakhirkan RPDAST untuk DAS Benain dan DAS Noelmina. Pemutakhiran dilakukan berdasarkan evaluasi RPDAST 2010-2025 yang menemukan bahwa banyak program yang telah dirancang belum menghasilkan dampak nyata dalam meningkatkan kapasitas penyangga DAS.
Rancangan terbaru RPDAST untuk DAS Benain dan Noelmina disusun oleh Forum DAS NTT, bekerja sama dengan ICRAF Indonesia, Pemerintah Provinsi NTT dan BPDAS Benain Noelmina.
“Rekomendasi dalam RPDAST ini meliputi tindakan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan DAS dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan risiko,” kata Ketua Forum DAS NTT, Ludji Michael Riwu Kaho.
Menurutnya, DAS memberikan daya dukung lingkungan yang amat penting bagi ketahanan iklim masyarakat. DAS yang sehat dengan vegetasi yang baik menyimpan air hujan dan menjaga ketersediaan air tanah, sehingga mencegah bencana yang terkait dengan air atau water-related disaster seperti kekeringan, banjir, longsor dan sebagainya.
Namun banyak DAS di Indonesia mengalami kerusakan dan degradasi, termasuk DAS Benain dan Noelmina.
Menurut temuan Forum DAS dan ICRAF yang membantu monitoring dan evaluasi DAS Benain dan Noelmina telah mengalami penurunan kapasitas penyangga. Penurunan itu diindikasikan dengan meningkatnya luasan lahan kritis dan frekuensi bencana seperti kekeringan, banjir, erosi dan longsor.
“Area DAS biasanya meliputi lebih dari satu wilayah administrasi. Selain itu jasa lingkungan yang diberikan DAS juga dinikmati dan dipengaruhi oleh banyak pihak. Karena itu pengelolaan DAS perlu dilakukan secara terpadu, multipihak, lintas wilayah dan lintas sektoral,” kata Ludji.
Menurutnya, upaya pemulihan, pemeliharaan dan pengembangan daerah aliran sungai (DAS) merupakan bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives alias #LahanuntukKehidupan yang sedang dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia di Provinsi NTT. Kegiatan bertujuan memperkuat penghidupan dan ketahanan masyarakat rentan di hadapan tantangan perubahan iklim.
Land4Lives disokong oleh Pemerintah Kanada dan dilaksanakan oleh ICRAF Indonesia di bawah arahan Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas. Pelaksanaan Land4Lives bekerja sama dengan pemerintah daerah di Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan NTT dengan locus kegiatan di tingkat desa, lanskap (kabupaten) dan provinsi.
Sementara, peneliti ICRAF, Ni’matul Khasanah menguraikan, berdasarkan kajian hidrologi yang dilakukan, 47 persen dari areal DAS Benain (sekitar 152 ribu hektare) berada dalam kondisi kritis, memerlukan intervensi seperti reboisasi intensif, penerapan teknik konservasi tanah dan air serta pembangunan prasarana air hujan.
“Di DAS Noelmina, 62 persen dari arealnya (116 ribu hektare) juga berada dalam kondisi serupa, membutuhkan intervensi yang sama,” kata Ni’matul Khasanah.
Narasumber dalam Konsultasi publik antaranya Kepala BPDAS Benain Noelmina, Klodolfus Tuames, Ketua Forum DAS NTT, Ludji Michael Riwu Kaho, Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan BPDAS Benain Noelmina, Bayu Adrian Victorino dan Direktur ICRAF Indonesia, Andre Ekadinata. (ays/dek)