KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Sebanyak 156 peserta berkesempatan mengikuti audisi Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) tingkat Kota Kupang. Ratusan peserta ini akan merebut tujuh kuota dan selanjutnya akan disiapkan untuk menuju ke Pesparawi tingkat nasional.
Pembukaan audisi yang berlangsung di Hotel Naka Kota Kupang, Kamis (3/10) ini selenggarakan Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kota Kupang.
Juri dalam audisi event Pesparawi tingkat Kota Kupang yakni tim juri vokal yaitu Maryon Pattinaja, Abraham Satya Graha dan Andre R. Nelwan. Sementara tim juri wawancara yaitu Ismail E. Natonis, Hijayas Utan Mode dan Donald C. H Lawa.
Setelah melakukan serangkaian seleksi, hingga Jumat (4/10) hanya menyisakan 12 orang peserta. Untuk selanjutnya, audisi ini akan menghasilkan tujuh peserta terbaik yang terpilih, yang akan mewakili Kota Kupang di tingkat nasional pada tahun 2025 di Papua Barat. Penyisihan pun dilanjutkan pada Sabtu (5/10).
Salah satu tim juri, Maryon Pattinaja mengatakan, audisi kontingen Pesparawi nasional dari Kota Kupang diselenggarakan Bagian Kesra Kota Kupang. Audisi yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik, sehingga bisa memberikan apresiasi proses yang berjalan.
Dia mengatakan, seleksi awal dengan penyanyi perorangan atau solo, juri ingin mendapatkan peserta yang bisa sejalan dengan konsep musik aransemen yang dibuat. Kemudian, peserta yang lolos di solo, akan bergabung dalam harmoni grup.
"Masing-masing peserta yang lolos pada bagian pertama itu digabungkan dalam grup untuk kemudian bernyanyi, kita melihat sejauh mana keunikan masing vokal itu dan menjadi satu grup yang bernyanyi secara harmonis," ujarnya.
Maryon menyebut, para juri cukup terkesan dengan para peserta dengan berbagai karakter yang bisa berpadu dalam satu grup. Harapannya, kolaborasi itu bisa menjadi titik terang dan membawa pencapaian tersendiri.
Dikatakan, merujuk dari pengalaman sebelumnya, juri juga meningkatkan standar seleksi bagi tiap peserta. Baginya, bernyanyi yang baik saja tidak cukup. Perlu menyanyi dengan vokal dan melebur dalam suatu keharmonisan.
Dia mengatakan, pihaknya juga memberi ruang ke orang lain agar bisa bergabung dalam proses audisi itu. Juri tidak ingin pola sebelumnya terus dilakukan.
Maryon menyebut, proses itu tidak saja penilaian pada vokal. Tahapan awal, ada tahapan wawancara bagi peserta. Tahapan itu menjadi alat ukur sebagai bagian dari motivasi dari seorang peserta.
"Ini hal patut dibudayakan, menjadi duta bukan saja dengan kemampuan, tapi harus ada komitmen dan integritas," ujarnya.
Dia menegaskan, wawancara itu juga memperkuat orientasi dari tiap peserta dalam pembentukan musikalitas. Disamping itu merupakan bukti keseriusan dari Pemkot Kupang menyiapkan para peserta Pesparawi.
Setelah lolos, kata Maryon, peserta diberi ruang untuk menyiapkan diri bersama para pemusik. Harapannya selama latihan ada kesamaan antar peserta. Sisi lain, keseriusan tiap peserta juga menjadi titik utama.
"Proses panjang latihan itu akan mendapatkan kekuatan atau energi Lewat aransemen yang kita bangun agar berbeda dengan sebelumnya," ujarnya.
Konsep kekinian, menurut dia, menjadi penekanan selama latihan. Maryon bilang itu merupakan langkah yang sengaja dirangkai agar ikut memberi dampak tentang sebuah konsep musik gerejawi yang modern.
Selama latihan, tim juri akan membantu pendampingan, selain pelatih yang disiapkan. Kedisplinan setiap peserta pun, ujar dia, mendorong sebuah grup musik mencapai prestasi.
Selama ini, kontingen NTT termasuk Kota Kupang selalu mendapat prestasi. Terakhir, ada pencapaian berupa enam medali emas. Pengalaman itu menjadikan Kota Kupang secara serius mempersiapkan tim agar mendapatkan hasil lebih baik lagi.
"Memilih (peserta) terbaik dari yang baik. Memilih penyanyi, vokalis, begitu juga pemusik. Ini hal yang harus kita perhitungkan. Bermusik dalam band itu perlu ada ikatan bersama agar dia menjadi daya dorong, agar mencapai hasil yang baik bersama," ujarnya.
Tim juri lainnya, Abraham Satya Graha menyebut, kegiatan ini kemungkinan belum diketahui banyak orang secara detail. Dalam perkembangan, terdapat kategori MPG atau musik pop gerejawi.
"Sebuah konteks perlombaan menyanyi dalam format band. Band itu gerejawi, tapi pop. Kontennya gerejawi. Sehingga formatnya beda dengan band (umumnya)," ujarnya.
Menurut Abraham, harusnya ini menjadi peluang bagi para pemuda Kristen di Kota Kupang. Hal itu membuat peminat kali ini cukup sedikit. Padahal di Kota Kupang sendiri sudah memulai ibadah kreatif selama ini.
Dia menambahkan, hal ini juga merupakan bagian dari pelayanan gerejawi lewat perlombaan. Menurutnya, Pesparawi yang dilakukan empat tahun sekali, bisa dijalankan gereja di Kota Kupang untuk menyiapkan para pemuda berbakat, khusus mengikuti kontes MPG. (thi/gat/dek)