BP3MI NTT Bangun Kolaborasi dengan Lembaga Agama untuk Jamin Keamanan Tenaga Kerja
Upaya untuk menjamin keamanan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) terus dilakukan Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) NTT. Ini dimaksudkan untuk terus menumbuhkan PMI yang aman sejak dari proses awal sampai kembali ke kampung halaman.
IMRAN LIARIAN, Kupang
BUTUH kolaborasi semua pihak dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada PMI mulai dari proses awal sampai kembali ke kampung halaman masing-masing. Alasan inilah yang kemudian diprakarsai oleh BP3MI NTT untuk terus membangun kerja sama dengan berbagai pihak.
Salah satunya, yakni kerja sama yang dilakukan oleh BP3MI NTT bersama Keuskupan Weetabula. Sebelumnya, BP3MI NTT juga telah melakukan kerja sama dengan Sinode GMIT. Kerja sama yang dilakukan BP3MI NTT dengan beberapa lembaga agama di NTT ini dimaksudkan untuk membangun Kolaborasi Perlindungan bagi Pekerja Migran Indonesia (KOPI) asal NTT khususnya di Pulau Sumba.
Mekanisme koloborasi dilakukan melalui penandatanganan kesepakatan bersama antara BP3MI NTT dan Keuskupan Weetebula. Hadir dalam kegiatan ini, Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida, dan Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP) Keuskupan Weetabula RD. Eddy Reda, Senin (7/10).
Kepala BP3MI NTT, Suratmi Hamida mengatakan bahwa Kolaborasi Perlindungan Pekerja Migran Indonesia atau yang disingkat KOPI merupakan salah satu bentuk upaya strategis dalam rangka membantu Pekerja Migran Indonesia asal NTT, khususnya Pulau Sumba menjadi PMI yang aman.
Gereja, kata RD. Eddy, menjadi salah satu lembaga strategis dan resmi yang mampu menjembatani hadirnya PMI aman di wilayah Keuskupan Weetebula, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) yang melayani empat kabupaten di daratan Pulau Sumba.
"Kolaborasi program dan kegiatan ini dalam rangka perlindungan pekerja migran penting dilakukan," jelasnya.
Suratmi meyakini bahwa peran gereja sangat besar dan kuat membangun kehidupan manusia, khususnya pekerja migran. Karena itu, kolaborasi bersama gereja merupakan sebuah hal yang mutlak dan wajib dilakukan agar bisa hadir Pekerja Migran aman.
Bentuk kolaborasi yang dilakukan yaitu sosialisasi PMI aman ke negara tujuan, bimbingan teknis bagi PMI , dan fasilitasi perlindungan aman bagi PMI.
"Kita tentu menginginkan setelah adanya kolaborasi ini, makin tumbuh PMI yang aman dari proses awal sampai kembali ke kampungnya masing-masing," ungkapnya.
Kegiatan kolaborasi ini dapat membantu menghadirkan sistem bekerja di luar negeri yang aman.
Proses kerja PMI nya aman tentu akan berdampak pada ekonomi PMI dan keluarga.
" Kondisi ini yang kita harapkan bisa tumbuh dan berkembang," ujarnya.
Suratmi berterima kasih kepada KKP-PMP Keuskupan Weetabula yang mau berkolaborasi dengan BP3MI NTT dalam rangka menghadirkan PMI yang aman.
"Kita berharap ini bisa sukses kedepannya," harapnya.
Ketua KKP-PMP RD. Eddy Reda, menyambut baik kolaborasi bersama BP3Mi NTT. Menurut Eddy, Gereja berterimakasih kepada BP3MI NTT yang mau berkolaborasi dalam rangka perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
"Kita tentu berharap agar kolaborasi ini dapat menghasilkan PMI aman yang akan berdampak pada kehidupan setiap PMI," ungkapnya.
Semoga kolaborasi seperti ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar program dan kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat buat PMI.
"Kolaborasi ini membuat kita bisa bersama dalam membantu hadirnya pekerja migran yang aman di wilayah Keuskupan Weetabula ini," pungkasnya. (gat/dek)