KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang kini memulai gerakan kemanusiaan atas sistem bersama dengan Ikatan Dokter anak Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (POGI), Provinsi NTT. Kegiatan kemanusiaan ini sesuai sasaran akan dilakukan di 12 Puskesmas di Kota Kupang.
Karena itu, Selasa (8/10), Kepala Dinkes Kota Kupang, drg. Retnowati menyempatkan diri turun langsung ke Puskesmas Bakunase dan beberapa puskesmas lainnya untuk memeriksa dan membagikan langsung bantuan untuk bayi dan balita yang menjadi sasaran.
Kepala Dinkes Kota Kupang, drg. Retnowati menjelaskan, dengan menggandeng dokter anak dan obgyn, maka diharapkan angka stunting dan gizi buruk di Kota Kupang dapat turun signifikan.
Dia menjelaskan, anak-anak yang datang ke Puskesmas akan diperiksa oleh dokter spesialis dan selanjutnya akan diberikan susu sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter spesialis tersebut.
"Susu yang diberikan merupakan susu PKMK atau pangan olahan untuk keperluan medis khusus, yang setara dengan pangan olahan lokal sesuai dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan," kata dia.
Dikatakan, pada Selasa (8/10), dia melakukan kunjungan di Puskesmas Naioni, Bakunase dan Puskesmas Oebobo. Dia mengungkapkan bahwa pada Rabu (9/10), Penjabat (Pj) Wali Kota Kupang, Linus Lusi akan turun langsung di beberapa puskesmas yakni Puskesmas Pasir Panjang, Oepoi dan Puskesmas Kupang Kota.
Dia menambahkan, jumlah anak stunting saat ini sebanyak 4.117 orang. Sehingga, diharapkan agar dengan adanya intervensi dari program kemanusiaan peduli stunting ini maka dapat berdampak pada penurunan angka stunting secara signifikan.
"Kami targetkan agar dengan adanya program ini maka diharapkan dapat menurunkan angka stunting minimal 5 persen," ucapnya.
Dia juga berharap agar para orang tua juga memiliki kemampuan yang telaten dalam memantau kondisi anak karena setiap anak rata-rata harus minum susu tersebut antara 3 sampai 5 kali dengan dosis yang diberikan oleh para dokter.
"Jadi, dibutuhkan komitmen dan kemampuan dari para orang tua untuk memastikan secara baik bahwa anak mengikuti semua yang dianjurkan dokter, secara rutin dan tertib, agar hasilnya bisa dipantau lagi setelah 3 bulan kemudian," ungkapnya.
drg. Retnowati menambahkan bawa ada kasus di mana ada anak yang tumbuhnya antara umur dan berat badan sangat normal. Namun, kondisi anak tersebut pendek bukan karena stunting tapi karena faktor lain seperti kemungkinan turunan dari orang tua dan gangguan hormon.
"Faktor-faktor seperti ini pun perlu diperhatikan, karena ada anak yang berat badan dan usianya normal namun tidak tinggi, bisa juga dipengaruhi oleh hormon atau turunan dari orang tua," tambahnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Kupang, Richard Odja mengatakan, Pemkot Kupang dengan berbagai upaya untuk penanganan dan penurunan angka stunting di Kota Kupang tentunya sangat baik. Namun, upaya itu harus menunjukkan hasil yang baik pula.
"Hasil yang dimaksud adalah dengan menurunnya angka stunting dari waktu ke waktu. Apalagi, intervensi anggaran baik menggunakan APBD maupun dari pemerintah pusat selalu digelontorkan. Sebab, masalah stunting di NTT menjadi perhatian serius pemerintah pusat," ujarnya.
Ketua DPRD Kota Kupang ini juga meminta agar pemerintah terus membangun komunikasi dan kerja sama dengan berbagai pihak dan stakeholder lainnya, agar bersama-sama bisa melakukan berbagai upaya untuk pencegahan dan penanganan stunting.
DPRD, kata dia, selalu memberikan lampu hijau untuk usulan anggaran yang disampaikan oleh pemerintah ke DPRD. Sebab, masalah stunting merupakan masalah yang harus diselesaikan. Tujuannya agar masa depan generasi penerus bisa dipastikan baik dan untuk memastikan itu pemerintah perlu memastikan anak-anak bebas dari stunting dan gizi buruk. (thi/gat/dek)