Harga Rumput Laut Tidak Stabil

  • Bagikan
Petronela Bangngu Roi

SABU RAIJUA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Memasuki musim kemarau, hasil tanaman rumput laut semakin membaik. Yang menjadi masalah adalah harga rumput laut selalu fluktuatif, di mana harga rumput laut kering pada bulan September 2024 seharga Rp 11.000/kg.

Dua warga petani rumput laut, Jekfritson Bani yang didampingi istrinya, Oktavina Mone yang ditemui Timor Express di pantai Jiwuwu Kecamatan Sabu Tengah, Jumat (11/10) mengatakan, sebagai petani mereka sudah menjadi pilihan bekerja di laut untuk menanam rumput laut yang akan membawa perubahan hidup dalam ekonomi masyarakat dan ekonomi rumah tangga.

Menurut Jekfritson, sejak awal ia penyadap nira lontar dan bertani ladang seperti menanam jagung, sorgum, kacang hijau dan kacang tanah.

“Ketika kami diperkenalkan oleh Yayasan Ie Rai tahun 1980-an, ekonomi rakyat mulai membaik dan hasil rumpat laut kering bisa bersaing dipasaran nasional. Tetapi mengalami resesi dunia termasuk Indonesia tahun 1998 sangat memukul ekonomi rakyat termasuk di Sabu dan Raijua kena imbas,” kata Jekfritson.

Dijelaskan, tahun 2000, Bupati Kupang kala itu, Ibrahim Medah datang di pulau Sabu dan pulau Raijua sosialisasi tentang rumput laut untuk menanam kembali di pesisir pantai. Rumput laut jenis eucheuma cottoni menjadi tanaman primadona bagi masyarakat Sabu dan Raijua.

"Zaman keemasan rumput laut Sabu sangat menjanjikan dan membawa perubahan ekonomi ditengah masyarakat Sabu dan Raijua di era tahun 2000 awal sampai tahun 2008," kata Jekfritson.

Menurutnya, setelah Sabu dan Raijua menjadi kabupaten sendiri, banyak pengusaha rumput laut datang di Kabupaten Sabu Raijua untuk membeli hasil rumput laut kering dan terjadi spekulan-spekulan sehingga harga rumput laut menjadi tidak stabil.

Hal ini sangat merugikan masyarakat petani rumput laut di pesisir pantai laut dan belum lagi tanaman rumput laut terserang penyakit.

Terpisah, Pj Kepala Desa Jiwuwu, Petronela Bangngu Roi ketika dikonfirmasi menjelaskan, masalah rumput laut saat ini mulai membaik. Masyarakat petani Sabu terbagi dalam dua bagian yakni tambak garam dan menanam rumput laut.

Dikatakan, harga rumput laut kering selalu dipermainkan sehingga harga rumput laut menurun dan tidak stabil.

"Masyarakat petani rumput laut sangat mengharapkan campur tangan Pemkab Sabu Raijua untuk mencari solusi dalam permasahan harga rumput laut bisa stabil dan tidak merugikan petani rumput laut," harap Petronela. (kr8/ays/dek)

  • Bagikan