Angka Stunting Harus Turun Hingga 2.000

  • Bagikan
FENTI ANIN/TIMEX LAUNCHING. Pj Wali Kota Kupang, Linus Lusi didampingi Pj TP PKK Provinsi NTT dan Pj TP PKK Kota Kupang serta Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati saat melaunching program gerakan kemanusiaan peduli stunting di Puskesmas Oesapa, Senin (14/10).

Selama Masa Kepemimpinan Linus Lusi sebagai Pj Wali Kota Kupang

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang resmi melaunching gerakan kemanusiaan atas stunting. Launching kemanusiaan atas stunting ini dilakukan oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Kupang, Linus Lusi bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan POGI NTT bertempat di Puskesmas Oesapa, Senin (14/10).

Dengan aksi kemanusiaan ini, maka diharapkan agar bayi dan balita stunting bisa didampingi khusus oleh dokter spesialis dan diberikan makanan tambahan dan susu PKMK untuk mendukung tumbuh kembangnya sesuai dengan target.

Pj Wali Kota Kupang, Linus Lusi menargetkan bahwa selama masa kepemimpinannya kurang lebih 6 bulan ke depan, angka stunting di Kota Kupang harus turun kurang lebih sampai angka 2.000. Untuk diketahui angka stunting di Kota Kupang saat ini sebanyak 4.096 orang anak.

"Kami targetkan agar angka stunting harus turun sampai angka 2.000 dalam kurun waktu enam bulan ke depan," kata Linus Lusi.

Dia menjelaskan, di wilayah pelayanan Puskesmas Oesapa, terdapat 900 lebih anak yang belum melewati angka stunting. Karena itu, para orang tua perlu memberikan perhatian serius dengan membawa anak-anak ke puskesmas untuk diperiksa oleh dokter-dokter spesialis yang ada.

"Jadi, cukup dua anak saja dan jangan sampai 10 anak. Kalau 10 anak boleh saja, tapi jaminannya harus jelas. Harus ada rumah, air dan memastikan anak-anak mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan sehat untuk mendukung tumbuh kembangnya," ungkapnya.

Dia mengatakan, jangan lagi ada stunting di Oesapa dan jangan ada lagi stunting di Kota Kupang. Kunjungan masyarakat juga harus lebih dari 60 sampai 70 persen. Artinya, edukasi kesehatan sudah berjalan baik sehingga masyarakat pun mulai sadar akan pentingnya memeriksakan kesehatan ke Puskesmas.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati menjelaskan, kasus stunting di Kota Kupang menjadi lokus sasaran yang dimulai tahun 2021, dengan posisi kasus stunting sebesar 26,1 persen. Kemudian, di tahun 2022 dilakukan pendataan menunjukan data 21,5 persen. Dan pada posisi 2024, tercatat sejumlahnya sebanyak 18,4 persen.

Awalnya dari 4.594 anak stunting, saat ini turun menjadi 4.086 anak stunting di Kota Kupang atau turun bebas stunting sebanyak 508 anak.

"Dinas Kesehatan juga melakukan intervensi berupa intervensi spesifik atau penanganan pemberian makanan tambahan, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan ibu hamil sesuai dengan ketentuan, intervensi remaja yang mengalami remaja dan distribusi tablet tambah darah," ungkapnya.

Sampai dengan saat ini, Dinas Kesehatan selalu membuat inovasi apa yang bisa menangani atau mempercepat penurunan stunting, untuk strategi yang terbaru ini, dengan menggunakan susu PKMK yang langsung memberikan nutrisi yang dibutuhkan anak-anak stunting.

"Susu PKMK ini sudah mulai didistribusikan. Contohnya, di Puskesmas Oesapa, susu PKMK sudah diberikan kepada 500 anak, dan sudah bebas dari stunting sebanyak 18 sampai 20 anak," ungkapnya.

Dia juga berharap dengan adanya gerakan kemanusiaan peduli stunting bersama Pj Wali Kota Kupang maka diharapkan dapat berdampak positif pada penurunan angka stunting yang tentunya akan dipantau selama 90 hari ke depan.

"Kami bekerja sama dengan Ikatan Dokter anak Indonesia Provinsi NTT, di mana para dokter spesialis ini menjadi penanggung jawab di masing-masing puskesmas untuk memantau dan memeriksa status gizi anak, serta memberikan dosis susu yang sesuai dengan kebutuhan," tambahnya.

Kepala Puskesmas Oesapa, dr. Ovlian Manafe menjelaskan, sasaran balita di Puskesmas Oesapa sebanyak 3.887 anak, dan sasaran ibu hamil sebanyak 1.783 anak.

Gambaran masalah gizi di Puskesmas Oesapa dimulai dari balita dengan berat badan kurang dengan jumlah sebanyak 880 dengan prevalensi 22,5 persen. Intervensi yang dilakukan oleh puskesmas yaitu dengan memberikan pelatihan pemberian makanan bayi dan anak dan pemberian susu dengan pengolahan khusus, dan sudah mencakup sasaran sebanyak 521 anak.

Masalah yang kedua adalah balita gizi kurang, jumlah yang diukur di puskesmas sebanyak 3.908 anak dan gizi kurang terdata sebanyak 923 anak, atau prevalensinya 23,62 persen.

"Intervensi yang sudah dilakukan adalah dengan memberikan konseling pembuatan makanan anak bayi, PMT lokal dan terjadi perubahan bahwa dari Januari sampai dengan September terjadi penurunan atau perbaikan anak-anak yang awalnya gizi kurang menjadi gizi baik sejumlah 489 anak," jelasnya.

Dia menjelaskan, anak gizi kurang yang mendapatkan PMT pemulihan berjumlah 486 anak atau 52,65 persen, dan 101 anak dibantu oleh Bank NTT, dan 100 anak mendapatkan sponsor dari Tower Grup Indonesia dan 285 anak mendapatkan dana dari Kementerian Kesehatan.

Kemudian untuk masalah gizi buruk, kata dia, jumlah yang diukur di puskesmas sebanyak 3.908, tercatat gizi buruk sebanyak 416 atau 10,64 persen. Intervensi yang dilakukan yaitu dirawat sebanyak 224 anak atau 53,84 persen dan sembuh sebanyak 121 anak atau 54,1 persen.

Untuk masalah stunting, sambungnya, jumlah yang diukur di puskesmas sebanyak 3.908 anak dan anak stunting tercatat sebanyak 925 anak dengan prevalensi sebanyak 23,27 persen. Intervensi yang dilakukan oleh puskesmas yaitu dengan pemberian susu PKMK kepada 525 anak atau 56 persen. (thi/gat/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version