Jadikan Anak Agen Penggerak Kesehatan dan Kebersihan Telinga

  • Bagikan
FENTI ANIN/TIMEX SOSIALISASI. Para dokter yang tergabung dalam organisasi Perhati- KL Cabang Bali-NTT melakukan sosialisasi dokter kecil di SD Tunas Bangsa, Senin (14/10).

Perhati- KL Bali dan NTT Gelar Sosialisasi Dokter Kecil

KUPANG,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan Bedah Kepala Leher Indonesia (Perhati- KL) Cabang Bali-NTT menggelar sosialisasi dokter kecil. Kegiatan ini menyasar para siswa di SD Tunas Bangsa, Senin (14/10).

Tujuan digelarnya kegiatan ini agar anak-anak mulai paham tentang kebersihan telinga agar tidak menjadi penghambat dalam proses belajarnya. Anak-anak dilatih dan diajarkan oleh para dokter THT yang hadir dalam kegiatan tersebut. Sehingga diharapkan agar ke depan, anak-anak ini mampu menjelaskan kepada temannya yang lain, orang tua dan lingkungan mereka, tentang pentingnya menjaga kebersihan telinga.

Ketua panitia sosialisasi dokter kecil dan Koordinator NTT, Perhati- KL Cabang Bali NTT, dr. Tince Sarlin Nalle, Sp.THT-BKL mengatakan, pelatihan ini merupakan pelatihan dokter kecil dan sosialisasi tentang apa itu THT, khususnya telinga dan kotoran telinga.

"Karena usia anak-anak ini biasanya ada kotoran telinga, yang tanpa mereka sadari dapat mempengaruhi prestasi akademik mereka," jelasnya.

Gerakan ini, kata dr. Tince, bukan hanya di kalangan anak-anak saja, tapi juga bisa dimulai pada masyarakat luas. Sehingga diharapkan agar dengan menggerakkan anak-anak ini maka pihak lainnya bisa juga tergerak seperti orang tua, guru dan masyarakat.

"Sosialisasi ini juga sebagai bagian dari perayaan HUT dokter THT pada tanggal 29 Oktober nanti. Hanya memang tidak secara khusus, kita melibatkan beberapa dokter penggerak yang merupakan dokter THT," jelasnya.

Hadir juga mengikuti acara ini, dr. Aloysius Tjandra Manukbua, SpTHT-BKL yang merupakan dokter penggerak dari Toraja, hadir juga dokter dari Bali dan dokter-dokter THT di Kota Kupang.

dr. Aloysius Tjandra Manukbua, SpTHT-BKL, mengatakan, kegiatan ini lebih ke promotif preventif, tidak satu arah saja, tidak dari THT memberikan pemahaman, membutuhkan orang-orang lain yang membantu. Salah satunya adalah dengan kegiatan pelatihan dokter kecil ini sehingga anak-anak diajak dan diajarkan tentang kesehatan dan kebersihan telinga.

"Karena kasus kotoran telinga ini paling tinggi di tingkat Sekolah Dasar dan hasil penelitian menunjukan bahwa kotoran telinga memberikan dampak penurunan prestasi belajar anak-anak, karena ternyata kotoran telinga mengakibatkan anak-anak tidak bisa mendengar secara baik apa yang disampaikan oleh guru," jelasnya.

Di sisi lain, ada banyak masalah juga yang timbul, yaitu ketidaktahuan dan ketidakpedulian. Ketidakpedulian seperti anak-anak memang mengetahui arah kotoran telinga tapi tidak membersihkannya dan ketidaktahuan sehingga tidak bisa membersihkan kotoran telinga.

"Banyak yang tidak tahu berbahaya bagi anak atau siswa. Jadi, sangat penting bagi para guru dan orang tua untuk mengetahui tentang keterampilan dan cara membersihkannya. Dan masalah lain, adalah tidak mungkin semua dokter dapat menjangkau semua tempat sehingga anak-anak perlu dilatih untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang kebersihan telinga," jelasnya.

Jadi, kata dia, anak-anak dilatih untuk mengetahui dan memiliki kemampuan untuk berbicara, konsepnya dibuatkan pos test, mereka dilatih oleh para dokter, selalu tampil sendiri untuk mempresentasikan atau membicarakan apa yang mereka ketahui.

"Jika mereka sudah paham, maka mereka akan berbicara ke keluar, teman-temannya dan lingkungannya, mereka menjadi agen yang memberikan informasi tentang kebersihan telinga, dan bisa melakukan pemeriksaan sederhana," pungkasnya.

Kegiatan ini juga diikuti oleh dr. Michael Damanik, Sp.THT-BKL, dr. IGNG Harrypana, Sp.THT-BKL, dr. Kurniawaty Hesli Pratiwi, Sp.THT-BKL, dr. Ngurah Agung Sp. THT-BKL, dr. Rio Auricknaga Kintono, Sp.THT-BKL dan perwakilan Perhati- KL Bali-NTT, dr. I Putu Yupindra, Sp.THT-BKL. (thi/gat/dek)

  • Bagikan