Menggabungkan Kearifan Lokal dan Material Modern
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), Mauritius Ildo Rivendi Naikofi dosen Program Studi Teknik Sipil dari Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, menginisiasi desain rumah tinggal sederhana tanggap bencana banjir di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.
Langkah ini diambil untuk membantu masyarakat yang kerap menjadi korban banjir akibat luapan Sungai Benenain, sungai terbesar di Pulau Timor.
Mauritius Ildo Rivendi Naikofi menjelaskan bahwa Desa Fahiluka berada di wilayah aliran Sungai Benenain, yang mengalir dari kaki Gunung Mutis hingga Laut Timor. Sungai ini menjadi langganan banjir bukan hanya karena curah hujan lokal di Kabupaten Malaka, namun juga akibat limpasan dari daerah hulu di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU). Kondisi ini membuat desa yang terletak di hilir sungai tersebut menjadi rawan banjir saat musim hujan tiba.
Mauritius menjelaskan bahwa untuk menghadapi potensi bencana tersebut, masyarakat perlu memiliki rumah yang tidak hanya layak huni, tetapi juga tahan terhadap ancaman banjir. Ia menyoroti ciri khas rumah tradisional di Kabupaten Malaka yang berbentuk panggung dengan dinding kayu dan atap dari alang-alang atau daun gewang.
Menurutnya, rumah panggung memiliki potensi besar sebagai hunian tanggap bencana apabila direncanakan dengan baik, baik dari segi struktur maupun tata ruangnya.
“Rumah panggung memang memiliki keunggulan dalam menghadapi banjir karena posisi lantainya yang lebih tinggi dari permukaan tanah. Namun, banyak rumah panggung yang sudah mulai tergantikan oleh rumah modern yang didirikan langsung di atas tanah. Padahal, desain rumah modern seperti ini justru rentan saat banjir karena tidak dirancang khusus untuk menghadapi kondisi banjir,” ujarnya.
Mauritius menambahkan, konsep rumah tanggap bencana ini akan menggabungkan elemen rumah tradisional panggung dengan material bangunan modern yang lebih tahan lama.
“Dengan perpaduan tersebut, rumah ini diharapkan tidak hanya fungsional, tetapi juga selaras dengan kearifan lokal dan sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut,” katanya.
Sebagai bagian dari persiapan desain ini, tim PKM UNWIRA telah melakukan serangkaian survei pada 26 September 2024. Kegiatan tersebut meliputi pengumpulan data kondisi desa dan bangunan terdampak, pengambilan sampel tanah, pencatatan curah hujan, serta kunjungan ke rumah adat dan masyarakat yang terdampak banjir di Desa Fahiluka.
Melalui hasil survei dan perancangan bangunan tanggap bencana ini, Mauritius berharap masyarakat Desa Fahiluka dapat memiliki hunian yang aman, tahan terhadap banjir, dan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal. (cr6/thi/dek)