KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Memasuki musim pancaroba, ribuan sapi di Kabupaten Kupang terancam mati terserang penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau disebut juga penyakit ngorok karena belum mendapat vaksin dari pemerintah.
Ancaman penyakit yang menyerang sapi atau kerbau, bersifat akut dengan mempunyai tingkat kematian yang tinggi dan kerugian akibat penyakit ini cukup besar membuat cemas.
Pengeluhan ini disampaikan para petani peternak di Desa Merbaun Kecamatan Amarasi Barat. Para petani di desa ini resah, karena sampai saat ini sapi-sapi mereka tak kunjung mendapat pelayanan vaksin.
“Desa ini merupakan salah satu gudang ternak sapi yang ada di kabupaten dan ada sekitar 6 ribu hingga 7 ribu ekor sapi di desa ini yang belum mendapatkan pelayanan vaksin dari Dinas Peternakan setempat,” ungkap Okto Amnifu, salah seorang petani.
Okto mengaku, biasanya memasuki musim hujan, sapi-sapi mereka sudah divaksin, sekitar bulan Juli hingga Oktober. Namun pada tahun ini, pelayanan vaksinasi belum dilakukan, sehingga sangat meresahkan para petani karena mulai memasuki musim hujan.
“Biasanya di musim hujan selalu rentan dengan berbagai penyakit hewan, sehingga pentingnya segera dilakukan vaksinasi, agar mencegah sapi sakit atau mati,” katanya.
"Kami sangat terganggu dengan terlambatnya vaksin. Setiap tahun kami mendapat vaksin untuk mencegah penyakit kepala bengkak dan ngorok, tetapi tahun ini belum ada pemberitahuan dari dinas,” tambahnya.
Okto mengaku penyakit tersebut sulit diobati dan tanpa vaksinasi sapi-sapi yang terinfeksi akan sulit diselamatkan. Kondisi ini sangat merugikan, terutama bagi peternak yang membeli ternak dengan modal pinjaman.
"Jika terjadi wabah, kami peternak sangat dirugikan. Sapi-sapi ini kami beli menggunakan modal pinjaman, jadi kami berharap pemerintah segera membantu," tambah Okto.
Sementara, Kadis Peternakan Kabupaten Kupang, Pandapotan Siallagan ketika dikonfirmasi menyebutkan bahwa penyakit SE tidak marak dialami oleh ternak sapi. Menurutnya, yang paling marak itu terjadi pada ternak babi. “Kalau ternak yang paling penting itu bio securitynya. Sedang untuk menghadapi musim hujan, sapi tidak terlalu bergejolak dan tetap waspadai,” katanya.
Ia mengakui jika musim pancaroba, ternak sering terserang penyakit karena daya tahan tubuh rendah. “Vaksin memang rutinitas dilakukan kepada semua ternak. Vaksin pun gratis kepada masyarakat atau pemilik ternak,” katanya.
Ia mengatakan pihaknya tengah melakukan vaksinasi SE di wilayah Kabupaten Kupang, namun sedikit terlambat karena bersamaan KLB rabies sehingga ada pengalihan fokus pelayanan vaksin rabies.
“Saya sudah perintahkan mulai hari ini petugas mulai melakukan vaksin SE,” tegasnya.
Terhadap stok vaksin, mantan Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan itu menyebut untuk tahun 2024 pihaknya telah melakukan pengadaan 24 ribu dosis vaksin dan sudah didistribusikan ke kecamatan.
“Ini sudah jelang musim hujan dan sangat sensitif bagi ternak karena daya tahan tubuh sangat penting hadapi pancaroba. Kami tetap proaktif melakukan vaksin SE,” terangnya.
Terpisah, pakar veteriner sekaligus Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana), Maxs UE Sanam menyatakan bahwa vaksinasi tahunan khususnya terhadap penyakit SE sangat penting, terutama di daerah endemik seperti Kabupaten Kupang.
Menurutnya, cakupan vaksinasi minimal 70 persen dari populasi sapi diperlukan untuk membentuk kekebalan yang efektif. “Pemerintah melalui Dinas Peternakan Provinsi NTT maupun kabupaten mengalami keterbatasan dalam penyediaan vaksin dan dana operasional di lapangan,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam mendukung vaksinasi. “Peternak bisa mengambil inisiatif bersama kelompok tani atau ternak untuk membeli vaksin SE. Dengan cara itu, biaya akan lebih terjangkau dibandingkan pembelian secara individu,” tuturnya.
Maxs menyarankan agar peternak memanfaatkan tenaga dokter hewan yang ada di pos kesehatan hewan (poskeswan) untuk membantu pelaksanaan vaksinasi.
Waktu ideal untuk vaksinasi menurutnya, adalah empat minggu sebelum musim hujan tiba agar antibodi ternak terbentuk secara optimal dalam menghadapi musim wabah.
Kebutuhan akan tindakan vaksinasi ini menjadi perhatian serius, mengingat dampak penyakit SE pada produktivitas dan kesehatan ternak yang berpotensi merugikan peternak di Kabupaten Kupang.
“Kemandirian peternak dalam hal vaksinasi harus terus didorong. Jika tidak, siklus masalah penyakit SE ini akan terus berulang,” pungkasnya.
Ancaman ternak sapi di Kabupaten Kupang mati terdampak tidak ada vaksin SE ini juga mendapat tanggapan serius dari anggota Komisi IV DPR RI, Usman Husin.
Politisi PKB ini mendesak Pj Bupati Kabupaten Kupang, khususnya Dinas Peternakan untuk segera melakukan vaksinasi terhadap ribuan ternak sapi di Kabupaten Kupang.
Menurut Usman, keterlambatan vaksin dapat berdampak luas, baik bagi kesehatan ternak maupun bagi masyarakat yang mengonsumsi daging ternak yang tidak divaksin.
Usman menjelaskan, vaksinasi pada ternak sapi seharusnya dilakukan setiap tiga bulan sekali, terutama sebelum musim hujan untuk memperkuat daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit.
"Harusnya tiga bulan sebelum musim hujan sudah divaksin untuk ketahanan tubuh ternak," ujar Usman, Minggu (27/10).
Keterlambatan vaksinasi, menurut Usman, berpotensi memicu penyebaran penyakit menular yang berbahaya, penyakit umum yang terjadi pada sapi saat musim hujan. Jika tidak divaksin, sapi yang terkena penyakit ini berisiko mati, sehingga peternak merasa terancam rugi.
Selain itu, Usman mengingatkan bahwa tanpa vaksinasi, sapi yang sakit bisa disembelih dan dijual ke pasar untuk konsumsi masyarakat, yang berisiko pada kesehatan publik.
"Takutnya tidak divaksin atau keterlambatan di vaksin, ternak tersebut sakit dan pemilik merasa terancam karena takut rugi disembelih dan dijual kepada masyarakat untuk dikonsumsi. Imbasnya kepada masyarakat karena konsumsi hewan sakit," tegasnya. (cr6/ays/dek)