BSI Fokus Genjot Bisnis Segmen Resilience

  • Bagikan
FEDRIK TARIGAN/JAWA POS PERTUMBUHAN BISNIS. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) fokus meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan bisnis pada segmen yang resilience. Di sisi lain, menjaga cost efficiency dari sisi biaya dana maupun biaya overhead.

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) fokus meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan bisnis pada segmen yang resilience. Di sisi lain, menjaga cost efficiency dari sisi biaya dana maupun biaya overhead.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, total pembiayaan BSI mencapai Rp 267,06 triliun pada kuartal III 2024. Angka itu tumbuh 15,28 persen year-on-year (YoY), di atas rata-rata industri sebesar 11,30 persen YoY per Agustus 2024.

Segmen wholesale meningkat 12,17 persen YoY menjadi Rp 74,31 triliun. Kemudian, ritel terkerek 17,30 persen YoY senilai Rp 47,01 triliun. Sedangkan, konsumer tumbuh 16,27 persen YoY sebesar 145,73 triliun.

Dari beberapa pembiayaan BSI, terdapat produk cicil emas meningkat 143,41 persen YoY. Pembiayaan cicil emas BSI naik 5-6 kali lipat sejak merger yang dipicu peningkatan harga emas secara signifikan.

"Kami sedang menumbuhkan segmen pembiayaan berbasis emas. Dan melakukan intensifikasi kepada existing customer untuk meningkatkan product holding ratio. Saat ini, product holding ratio posisi September 2024 baru mencapai 2,86 kali," ucap Hery dalam paparan kinerja triwulan III 2024, kemarin (29/10).

Alhasil, BSI mampu meraup laba bersih Rp 5,11 triliun atau tumbuh 21,6 persen YoY pada kurtal III 2024. Heri menyatakan, tetap fokus pada pembiayaan yang sehat dan sustain. Yakni, segmen konsumer dan ritel dengan komposisi 72,17 persen. Serta, funding fokus pada pertumbuhan dana murah (CASA) yang berkontribusi 61,69 persen dari total dana pihak ketiga (DPK).

"Kami mengejar pertumbuhan penetrasi di segmen-segmen yang resilience dan memberikan profitabilitas yang baik," ujarnya.

Di tengah ketatnya kompetisi likuiditas bank, Direktur Sales and Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan, DPK meningkat 14,92 persen menjadi Rp 301,22 triliun. Komposisinya didominasi produk tabungan yang tumbuh 13,40 persen menjadi Rp 130,18 triliun.

"Kenaikan tabungan sejalan dengan peningkatan customer base yang sejak merger rata-rata bertambah 2,5 juta nasabah pertahun," terangnya. (han/dio/thi/dek)

  • Bagikan