Meutya Hafid Serap Aspirasi dari Pelosok

  • Bagikan
IST DISKUSI. Menteri Komdigi, Meutya Hafid lesehan dan mendengar keluhan siswa SMPN 6 Amarasi, Rabu (30/10).

Lesehan Bersama Siswa SMPN 6 Amarasi

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid melakukan kunjungan kerja (kunker) pascadilantik Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Ia mulai menyerap aspirasi dari pelosok negeri untuk menyusun program kerjanya.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Amarasi Kabupaten Kupang menjadi titik pertama kunker. Sekolah yang berada di pelosok wilayah tersebut tidak memiliki akses internet untuk memenuhi proses belajar mengajar.

Untuk ke SMPN 6 Amarasi, mantan Ketua Komisi I DPR RI ini bersama rombongan harus membutuhkan kurang lebih dua jam dengan menempuh jarak 50 kilometer dari Kota Kupang.

Puluhan siswa dan guru menggunakan seragam putih dibalut kain adat sudah bersiap menyambut mantan jurnalis itu. Tampak hadir Plt Sekda Kabupaten Kupang didampingi beberapa pimpinan OPD.

Karpet merah terbentang di halaman depan gedung darurat dengan enam ruangan belajar, siap menyambut orang penting di jajaran Kabinet Merah Putih itu.

Kapolres Kupang, AKBP Anak Agung Gde Anom Wirata dan puluhan anggotanya juga siaga mengamankan kunjungan tersebut.

Meutya Hafid disambut dengan pengalungan selendang dan dikenakan sarung adat Amarasi tanda penyambutan oleh Plt Sekda dan jajaran. Tarian dan bendera Merah Putih juga ikut menyambut Meutya Hafid.

Dengan kesederhanaan dan ingin menyerap aspirasi dari para siswa terkait kebutuhan internet, politisi Partai Golkar ini lesehan bersama dengan para siswa. Ia mulai menjelaskan tujuan kedatangannya dan mendengar keluhan dari sekolah dan siswa.

Kepala SMPN 6 Amarasi, Hendrik Arnold Mau dalam sambutannya menyampaikan selamat datang untuk Menkomdigi di sekolahnya.

“Ini merupakan sejarah bagi wilayah Amarasi karena dengan Program Bakti Aksi baru siswa bisa mengakses internet,” katanya.

Ia mengisahkan bahwa sejak didirikan sekolah tersebut pada tahun 2017 silam pihaknya nyaris tidak bisa mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Mereka terpaksa ikut dari sekolah terdekat.

“Kami nyaris tidak bisa mengikuti proses pendidikan dengan sistem Merdeka Belajar dengan baik apalagi ANBK. Tapi lewat Bakti Aksi, kami sudah bisa mengakses sendiri,” katanya.

Ia menyebut, tidak bisa mengakses internet bukan saja warga sekolah namun juga dirasakan masyarakat luas.

“Kami juga berharap ke depannya tidak saja pihak sekolah yang bisa akses internet tetapi semua masyarakat bisa merasakan hal yang sama seperti masyarakat di wilayah lainnya,” pungkasnya.

Hendrik juga mengeluhkan soal minimnya fasilitas belajar mengajar. Pihaknya hanya memiliki satu gedung permanen tiga kelas dan satu gedung darurat empat kelas, satu perpustakaan dan toilet.

“Kami belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Jadi dengan kehadiran ibu menteri disini bisa meneruskan keluhan kami kepada menteri pendidikan,” pesannya.

Menteri Komdigi, Meutya Hafid pada kesempatan tersebut mengatakan kunjungan tersebut merupakan kunjungan perdana setelah dilantik.

Ia mengatakan, dalam menjalankan tugas, diri membutuhkan masukan dan melihat langsung kondisi serta kebutuhan yang ada di masyarakat. Untuk itu, dirinya hadir dan mendengar langsung masukan dan apa yang menjadi kebutuhan utama masyarakat.

“Program kerja yang dicanangkan benar-benar menjawab akan kebutuhan masyarakat,” sebutnya.

Ia juga mengapresiasi pihak Bakti yang sudah mencanangkan Program Bakti Aksi yang dikenakan mesti tepat sasaran.

“Satu bulan ke depan harus ada konektivitas jaringan masyarakat. Untuk fasilitas gedung kita harus bicarakan dengan menteri terkait,” tegasnya.

Suflivera Tamonob, siswa kelas VIII saat diberikan kesempatan menyampaikan keluhan yang dirasakan selama ini, ia menyebut kondisi yang dialami sangat memprihatinkan.

Ia menyebut, sekolah di pelosok seakan dianaktirikan oleh negara. Para siswa tidak pernah merasakan fasilitas seperti anak-anak lainnya.

“Kami tidak pernah merasakan fasilitas seperti anak-anak lainnya. Jadi kami menitipkan mimpi kami kepada ibu menteri,” katanya. (cr6/ays/dek)

  • Bagikan