Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus, 10 Orang Meninggal, Sejumlah Bangunan Terbakar

  • Bagikan
IST PORAK-PORANDA. Rumah warga porak-poranda pascaditerjang material vulkanik gunung Lewotobi Laki-laki, Senin (4/11).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim) meletus, Senin (4/11) dini hari yang mengakibatkan 10 orang warga tewas. Satu diantaranya masih anak-anak.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD NTT, Cornelis Wadu di ruang kerjanya, Senin (4/11) menyebutkan, sesuai laporan yang diterima dari BPBD Kabupaten Flotim, selain korban tewas, puluhan warga lainnya mengalami luka-luka serta sejumlah bangunan terbakar akibat ‘hujan’ material akibat letusan.

Untuk korban luka-luka sudah mendapat penanganan medis baik di puskesmas maupun rumah sakit terdekat. “Petugas sementara mendata korban luka-luka dan sudah berapa banyak yang mengungsi,” ungkapnya.

Ia menyebut dari 10 korban, enam diantaranya telah teridentifikasi berasal dari Desa Klatanlo Kecamatan Wulanggitang. Mereka merupakan satu keluarga yang tertimbun material vulkanik. Sedangkan korban lainnya tengah dalam proses identifikasi.

“Satu korban baru saja ditemukan sehingga kita belum tahu dewasa atau anak-anak, perempuan atau laki-laki. Kita akan update terkait perkembangan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, para korban meninggal akibat lava pijar dan reruntuhan batu dari gunung Lewotobi Laki-laki. “Lontaran batu api mencapai jarak enam kilometer dari puncak. Dan saat itu para korban sedang tidur pulas karena kejadian sekitar pukul 00.30 Wita,” bebernya.

Abu vulkanik yang mencapai ketinggian kurang lebih dua kilometer berdampak kepada 14 desa yang tersebar di tiga kecamatan yakni enam desa di Kecamatan Wulanggitang, (Desa Pululera, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru dan Boru Kedang), Kecamatan Ile Bura (Desa Dulipali, Nobo, Nurabelen dan Riang Rita). Lalu Kecamatan Titehena (Desa Konga, Kobasoma, Bokang Wolomatang dan Desa Watowara).

“Yang paling terdampak letusan adalah Desa Dulipali, Desa Klatanlo dan Desa Hokeng Jaya,” jelasnya.

"Saat ini masyarakat di tiga desa sudah evakuasi di tiga titik pengungsian di Desa Konga dan Desa Bokang Kecamatan Titehena," tambah Cornelis Wadu.

Sementara, Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Ariasandy mengatakan, tim gabungan langsung bergerak cepat melakukan evakuasi terhadap warga yang terjebak akibat material vulkanik dan reruntuhan rumah warga.

Operasi kemanusiaan ini dipimpin Wakapolres Flotim, Kompol Teosasar MMF Ngulu dengan bantuan personel Polres, Polsek, TNI dan Taruna Siaga Bencana (Tagana).

Ia merinci tim gabungan yang sedang diterjunkan sebanyak 168 personel, diantaranya Polres Flotim 35 personel, Brimob 25 personel, Polsek 15 personel, Kodim 30 personel, Koramil 18 personel, Tagana 20 personel dan Relawan 25 orang.

“Dalam proses evakuasi, tim berfokus untuk memastikan keselamatan warga,” ujar mantan Wadirlantas Polda NTT ini.

Ia menyebut akibat erupsi, material panas, batu api dan abu vulkanik terlempar hingga radius enam kilometer, menyebabkan kerusakan dan menimbulkan korban jiwa.

Dari data sementara, erupsi menelan korban tewas sebanyak sembilan orang, puluhan luka-luka dan banyak bangunan hangus terbakar. Warga dari tujuh desa sekitar, yaitu Desa Klatanlo, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, Boru Kedang, Pululera dan Nawakote, terpaksa mengungsi menuju perbatasan Kabupaten Sikka dan Kecamatan Titehena di Kabupaten Flotim.

“Sejumlah rumah warga, gedung sekolah dan bangunan milik Biara Susteran SSPS serta asrama SMA Seminari San Dominggo Hokeng turut menjadi korban dari letusan ini. Banyak anak seminari yang mengalami luka akibat lontaran material panas. Tidak hanya rumah warga, beberapa bangunan publik mengalami kerusakan akibat terjangan abu vulkanik dan petir yang menyambar,” terangnya.

Ia mengaku, lontaran batu api dan material vulkanik menghujani area sekitar gunung selama lebih dari dua jam.

Hingga Senin (4/11) pagi, petugas gabungan masih terus melakukan evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan bangunan.

Upaya penyelamatan terus dilakukan oleh tim gabungan termasuk membersihkan akses jalan dan memastikan para pengungsi mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Evakuasi korban dilakukan dengan prioritas pada keselamatan, terutama bagi warga yang mengalami luka parah atau tertimpa reruntuhan bangunan.

“Proses evakuasi akan terus berlanjut untuk memastikan seluruh warga bisa diselamatkan dan dipindahkan ke lokasi yang lebih aman,” tambah Ariasandy.

Terpisah, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere, Suproyanto Ridwan menyebut untuk menanggulangi bencana alam tersebut, pihaknya telah menerjunkan sebanyak 20 personel Rescuer Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere.

"Erupsi kali ini dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan bahwa merupakan erupsi level IV yakni awas yang sebelumnya berada di level III dan dari pemantauan banyak masyarakat di sekitar gunung Lewotobi Laki-laki terdampak erupsi bahkan beberapa masyarakat meninggal dunia sehingga kami kerahkan personel menuju lokasi kejadian guna membantu proses evakuasi korban dan masyarakat,” ujar Suproyanto.

Dikatakan, timnya baru tiba di lokasi sekira pukul 11.00 Wita karena terhalang debu vulkanik pascaerupsi serta beberapa pohon tumbang akibat erupsi. “Setelah tiba, mereka langsung berkoordinasi dengan Tim SAR Gabungan Flores Timur guna pendataan jumlah korban yang meninggal sebanyak 10 orang dan akan difokuskan pada pencarian korban erupsi di bangunan reruntuhan," tandasnya. (cr6/ays/dek)

  • Bagikan