Penguatan Pengendalian Inflasi melalui Hilirisasi Pangan Lokal

  • Bagikan
Agus Sistyo Widjajati

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Mendorong produktivitas padi di NTT dengan sentuhan digitalisasi. Sepanjang tahun 2024, produktivitas padi di NTT tercatat sebesar 4,03 ton/Ha atau masih di bawah nasional yang berada pada 5,15 ton/Ha.

Meskipun memiliki produktivitas yang rendah, konsumsi beras di NTT merupakan yang terbesar mencapai 8,81 kg/kapita/bulan, jauh di atas nasional sebesar 6,49 kg/kapita/bulan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, Agus Sistyo Widjajati, mengatakan, kondisi ini menyebabkan kerentanan pada hal ketergantungan yang tinggi pada pasokan dari luar daerah, yang selanjutnya memengaruhi pergerakan harga beras di NTT.

"Komoditas beras tercatat cukup persisten sebagai penyumbang inflasi di NTT. Oleh karena itu, Bank Indonesia Provinsi NTT secara aktif melakukan pemberian bantuan teknis penerapan digital farming kepada Kelompok Tani Ingin Jaya B di Kabupaten Manggarai Barat," ungkapnya.

Melalui perangkat Jinawi yang telah terkoneksi dengan smartphone, kata dia, produktivitas kelompok tani diharapkan dapat terakselerasi. Di tengah kegiatan pertanian yang sangat bergantung pada kondisi alam, Jinawi mampu memberikan informasi yang presisi mengenai pH tanah dan unsur hara, sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dapat ditingkatkan.

Agus Sistyo mengatakan, alam upaya mengoptimalkan produksi, penggunaan Jinawi dikombinasikan dengan teknik penanaman padi jajar legowo. Penerapan digitalisasi dan good agricultural practices ini tentunya dilakukan oleh fasilitator yang berpengalaman.

Selain itu, Live Cooking Competition menginisiasi hilirisasi produk pangan lokal NTT. Di samping peningkatan produktivitas komoditas utama yang menjadi konsumsi masyarakat, pengendalian inflasi juga dapat dilakukan melalui peningkatan konsumsi pangan lokal.

"Hilirisasi pangan lokal bergizi tinggi dengan metode pengolahan yang tepat turut berpotensi sebagai alternatif pangan untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting di NTT sebesar 37,9 persen di tahun 2023," jelasnya.

Dia menambahkan bahwa dirajut dalam rangkaian Exotic Tenun Fest 2024, Live Cooking Competition terlaksana di kota kasih pada 25 Oktober 2024, sebagai bagian dari upaya Bank Indonesia Provinsi NTT mendorong hilirisasi pangan lokal, untuk mengendalikan inflasi dan mendukung pengentasan stunting.

"Terdapat 10 peserta terbaik yang masuk ke babak final dengan beragam hidangan dari pangan lokal yang meliputi jagung, singkong, daging sapi, kelor, sorgum, porang, dan ikan laut," bebernya.

Demo memasak hidangan lokal secara langsung diharapkan dapat mengedukasi sekaligus meningkatkan minat masyarakat untuk mengolah hasil alam NTT menjadi hidangan yang lezat dan bergizi.

Bank Indonesia bersama TPID NTT berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan sinergi dan kolaborasi melalui berbagai strategi dalam kerangka 4K. Penguatan peran Bank Indonesia yang dilaksanakan melalui Program Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PI-KEKDA), diterapkan secara terintegrasi dengan program unggulan GNPIP, seperti perluasan penerapan good agricultural practices hingga hilirisasi produk pertanian.

Dampak positif sinergi tersebut, turut tercermin pada realisasi inflasi Provinsi NTT pada bulan Oktober 2024. Inflasi Provinsi NTT tercatat sebesar 0,26% (mtm) atau 1,13% (yoy). Meski, masih di bawah rentang sasaran nasional 2,5±1% (yoy), tingkat inflasi ini terbilang cukup baik pasca berlalunya puncak panen hortikultura lokal di triwulan III 2024. (thi/dek)

  • Bagikan