KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) kembali mengambil Sumpah dan Pelantikan Dokter XLII terhadap 33 dokter baru di Graha Undana, Kamis (14/11).
Pelantikan dan pengambilan sumpah yang dilakukan oleh Dr. dr. Christina Olly Lada, S.Ked.,M.Gizi didampingi Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini dihadiri langsung Rektor Undana, Prof Maxs U.E Sanam. Hadir pula empat rohaniawan dan undangan. Orang tua dan kerabat juga ikut menghadiri momen ini.
Rektor Undana, Prof Maxs U.E Sanam dalam sambutannya mengaku bersyukur karena berkesempatan kembali mengikuti kegiatan pengukuhan meski sedang sibuk.
Dengan bertambahnya dokter baru ini, maka total lulusan yang dihasilkan dari FKKH Undana mencapai kurang lebih 500 orang.
Menurutnya perjuangan mendirikan FKKH Undana melalui proses yang panjang, penuh perjuangan dan membutuhkan kerja keras hingga bisa eksis hingga saat ini.
“Dengan pencapaian yang menunjukan tren yang positif ini sangat luar biasa,” katanya.
Ia menyebut, pendidikan kedokteran paling mahal apalagi ditambah dengan UKT menuju kemandirian saat ini. Maka sampai di tahapan ini bukan sesuatu yang muda. Untuk itu menikmati terlebih dahulu kebahagiaannya.
Prof Maxs juga mengakui akan fasilitas pendukung pendidikan yang masih minim. Meski demikian, ia meyakini tidak mengurangi kualitas lulusan.
“Kita masih kekurangan fasilitas termasuk tenaga dosen. Saat ini kita sedang membangun fasilitas gedung. Kita perlahan-lahan mewujudkan semua kebutuhan,” terangnya.
Ia mengatakan lulusan ini sudah sangat siap karena para dokter baru sudah mengetahui dan mengenal secara jelas akan kultur NTT sehingga tidak ingin pindah atau mencari kerja di tempat lain.
Kebutuhan dokter di NTT masih sangat kurang. Maka keinginan yang kuat mendorong para pendiri mendirikan kedokteran Undana.
Ia berpesan agar menjadi dokter yang berintegritas, berdedikasi untuk melayani masyarakat NTT karena provinsi ini bergelimang dengan berbagai masalah kesehatan termasuk kasus stunting menjadi juara nasional.
Ini juara yang tidak enak sehingga menjadi peran bagi dokter baru untuk mendedikasikan diri untuk melayani.
“Saya mengerti, biaya pendidikan mahal tapi bukan fulus (uang) yang utama. Uang memang penting tapi pengabdian yang tulus untuk menyelamatkan orang lebih mulia,” tutupnya. (cr6/thi/dek)