Ansy Lema: Frans Seda adalah Tokoh Besar Kebanggaan NTT

  • Bagikan
Di kampung Frans Seda

Kunjungi Kampung Tokoh Nasional Frans Seda

SIKKA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema mengunjungi kampung masa kecil seorang tokoh besar bangsa asal NTT, Franciscus Xaverius Seda atau yang lebih dikenal dengan nama Frans Seda di Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka.

Frans Seda adalah seorang politikus, menteri, tokoh gereja, dan tokoh pendidikan hebat dari Suku Lio asal Lekebai Kabupaten Sikka. Ia pernah menduduki berbagai jabatan politik dalam tiga zaman, mulai era Orde Lama, Orde Baru, hingga Masa Reformasi.

Pada masa Presiden Soekarno, ia ditunjuk menjadi Menteri Perkebunan periode 1964-1966. Setelah itu, ia menjabat sebagai Menteri Pertanian tahun 1966. Pada masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, Frans Seda memegang jabatan Menteri Keuangan pada tahun 1966 sampai 1968. Tidak hanya itu, ia juga memegang posisi sebagai Menteri Perhubungan pada tahun 1968-1973.

Dalam kunjungan tersebut, Ansy Lema mengungkapkan rasa kagum dan kebanggaannya terhadap sosok Frans Seda yang sukses mengharumkan nama Tanah Flobamora di kancah nasional. Dirinya berharap agar nilai-nilai kehidupan seorang Frans Seda dapat menjadi inspirasi baginya dan generasi-generasi selanjutnya.

"Kiprah dan legasi Opa Frans Seda menjadi inspirasi dan motivasi banyak orang. Opa Frans Seda adalah kebanggaan kita orang NTT. Kita berharap bahwa nilai, spiritualitas, keteladanan beliau menjadi inspirasi kehidupan dan pelayanan saya terutama sebagai anak muda, generasi yang lahir, tumbuh dan berkembang setelah Opa Frans Seda," kata Ansy Lema, Kamis (14/11/24).

Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI itu mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah satu penggemar tulisan-tulisan seorang Frans Seda dan telah membaca cukup banyak buku milik Frans Seda. Ia juga menyampaikan bahwa Frans Seda adalah seseorang yang memiliki banyak keahlian sehingga ia bukan hanya dikenal sebagai mantan menteri, tetapi juga sebagai seorang negarawan, pejuang, cendekiawan, teknokrat, politisi bahkan sebagai tokoh gereja, dan juga sebagai seorang yang memegang teguh nilai-nilai luhur adat-istiadat budaya Lio.

Frans Seda adalah pendiri dan perintis Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya. Pria yang merintis penerbangan dan pelayaran perintis ke berbagai daerah di wilayah timur Indonesia ini tercatat sebagai rektor pertama Unika Atmajaya.

Sebagai putra yang sama-sama berasal dari Suku Lio, Ansy Lema menyebutkan bahwa Frans Seda adalah tokoh bangsa yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai seperti Pro Ecclesia Et Patria (Demi Negara dan Gereja) dan Salus Populi Suprema Lex (Kesejahteraan Rakyat adalah Hukum Tertinggi). Menurutnya, Frans Seda adalah tokoh yang selalu mengamalkan nilai-nilai tersebut dengan selalu hadir untuk gereja, negara, dan masyarakat.

"Saya adalah orang yang suka membaca bukunya Opa Frans Seda, membaca tulisan-tulisannya, mendengar pidato dan wawancaranya, dan bagi saya beliau orang hebat. Kalau bicara Pro Ecclesia Et Patria, kalau bicara Salus Populi Suprema Lex, kita ingat Opa Frans Seda. Itulah beliau," pungkas politisi dengan tagline “Manyala Kaka” itu.

Sementara itu, Moses Mesi, salah seorang tokoh masyarakat di kampung masa kecil Frans Seda menyampaikan rasa terima kasih atas kedatangan Ansy Lema. Menurutnya, jika di masa lalu NTT punya Frans Seda maka sekarang NTT akan memiliki Frans Lema (panggilan untuk Ansy Lema). Dirinya menerangkan bahwa Frans Seda dan Frans Lema memiliki beberapa kesamaan dan salah satunya adalah berhasil mengharumkan nama NTT di kancah politik nasional.

Moses juga menyampaikan bahwa tagline yang diusung oleh Ansy Lema, yakni "Manyala Kaka" memiliki makna filosofis bahwa seorang pemimpin harus membawa terang bagi masyarakat. Makna ini membuat dirinya teringat pada sebuah kata bijak "hendaklah terang itu berada pada tempat yang gelap".

Ia kemudian berpesan agar Ansy Lema senantiasa menjadi terang di tempat yang tepat, di tempat yang gelap. Terang adalah simbol harapan baru untuk menghadirkan kemajuan.

"Anak kami Frans Lema sudah tahu banyak bahwa bapak kami Frans Seda adalah sosok yang sangat menginspirasi. Beliau membawa nama NTT di kancah nasional tanpa cela. Sama juga dengan anak kami Frans Lema memiliki rekam jejak yang baik, sehingga dicalonkan untuk maju menjadi Gubernur NTT. Saya dengar Manyala Kaka, saya teringat pada sebuah kata bijak, 'hendaklah terang itu berada pada tempat yang gelap'. Jadilah pemimpin yang membawa terang di tempat yang tepat, di tempat yang gelap," tutup Moses.(*/sps/yl)

  • Bagikan

Exit mobile version