Penahbisan 109 Pendeta GMIT
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) melakukan penahbisan 109 pendeta di Gereja Kaisarea BTN Kolhua, Minggu (24/11). Penahbisan pendeta baru diikuti oleh ratusan pendeta dan keluarga para pendeta yang ditahbiskan.
Khotbah dibawakan oleh Ketua Sinode GMIT, Pdt Samuel Benyamin Pandie. Dia mengatakan, hakikat dari penciptaan ialah semua yang diciptakan ada dalam keteraturan, ada dalam relasi yang saling melengkapi dan adalah satu yaitu ketaatan. Hakekat penciptaan yang Tuhan kehendaki adalah Kristus yang sangat taat.
Dalam firman yang diambil dari Kolase 1:15-23 dengan perikop Keutamaan Kristus.
Pdt Samuel mengatakan, ketaatan itu berat dan penuh risiko. Misi pelayanan adalah hadir sebagai pendamai. Pendeta GMIT jaga mulut dan jaga rahasia pelayanan. "Jangan jemaat datang menceritakan masalahnya, lalu pendeta menceritakan semuanya ke semua orang," jelasnya.
Rahasia pelayanan akan menyukai kekuatan pastoral. Dunia saat ini sangat stres, saat ini mudah saja untuk menjatuhkan orang, dengan kemajuan informasi dan teknologi, sebagai pendamai, pendeta harus lebih tenang.
Dia mengatakan, tidak semua orang dapat kesempatan yang sama dari Tuhan. Sebagai pendamai, pendeta harus lebih tenang dari dunia. Kristus terpanggil untuk menjinakkan kehidupan. Di laut Teberau Dia berkata, air laut stop. Ciptaan baru dalam Kristus ditemukan harapan dan kedamaian yang dibawa Kristus.
"Kristus yang unggul bukan hanya Tuhan yang hidup bukan hanya Tuhan sejarah, namun Tuhan yang hidup dalam hati dan hidup kita. Bangun keintiman dengan Tuhan, tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama dari Tuhan. Karena orang-orang yang membangun keintiman dengan Tuhan akan kuat untuk menghadapi berbagai tantangan hidup," katanya.
Menjadi pendeta GMIT, kata Pdt Samuel, sangat berat, karena itu pentingnya membangun keintiman dengan Tuhan. "Kamu akan melihat mujizat betapa hebatnya Tuhan. Ketika kamu memiliki keintiman dengan Tuhan, akan diberikan kepintaran dan khidmat untuk menjalani kehidupan," jelasnya.
Dia mengatakan, Calvin berkata bahwa terang Tuhan tidak akan pernah padam bagi orang yang intim dengan Dia. Tuhan itu unggul karena misteri keintiman itu akan menunjukkan siapa Dia, bagi kamu dan kamu akan bercahaya untuk menunjukkan siapa Kristus bagi jemaat dan bagi dunia.
Sementara, Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Pdt Lay Abdi Karya Wenyi dalam suara gembalanya mengatakan, sebanyak 109 pendeta yang baru ditahbiskan diminta agar memulai dari hal yang sederhana, yaitu dengan berterima kasih atas semua proses dan semua orang yang menemani perjalanan sampai tiba di peristiwa hari ini.
"Terima kasih harus menjadi kata yang sering dan selalu diingat dalam pelayanan. Mulailah dengan hal sederhana dan kecil. Penting untuk diingat bahwa peran seorang pendeta bukan hanya sebagai pemimpin rohani atau spiritual. Seorang pendeta juga adalah role model keteladanan dalam sebuah komunitas termasuk dalam masyarakat," ungkapnya.
Karana itu, kata dia, 109 pendeta harus menjadi role model bukan hanya dalam gereja tetapi juga masyarakat. Di tengah-tengah krisis keteladanan, 109 pendeta diharapkan menjadi contoh dalam tutur kata, sikap, perilaku dan integritas serta pelayanan.
"Itulah kenapa ekspetasi orang terhadap pendeta itu melampaui segala sesuatu dan tentu sudah tahu juga konsekuensi, termasuk eksistensi dalam ruang-ruang digital," jelasnya.
"Kehadiran media sosial seperti pisau bermata dua. Di satu sisi dapat mengatasi beberapa hambatan sosial karena letak geografis, tapi di sisi yang lain, media sosial berpotensi besar menghadirkan pandangan yang lebih seimbang tentang dunia, tetapi dikhawatirkan bahwa media sosial hanya menjadi alat untuk menyedot orang dalam kelompok homogen atau sepandangan tentang satu hal. Karena itu, diingatkan bahwa orang-orang bisa saja dijauhkan dari informasi yang berbeda, dari pandangan yang berbeda, sehingga orang menjadi sangat anti kritik," tambahnya.
Pdt Lay mengatakan, 109 pendeta baru akan langsung menjadi pemimpin, belajarlah untuk siap dikoreksi serta belajarlah untuk menjadi orang yang mau mengoreksi diri. Berbagai potensi dan sumber daya lokal di jemaat mesti dikembangkan secara baik, jangan menghabiskan waktu sekadar hanya untuk berebut otoritas.
"Tetapi otoritas lokal di jemaat harus dikelola secara baik untuk melahirkan kebaikan dalam pelayanan. Kita juga perlu belajar untuk mengelola secara baik relasi personal dan inter personal. Belajarlah bukan hanya tentang kepemimpinan, tetapi juga kepemimpinan yang menjadi sahabat bagi semua yang dilayani. Karana setelah ini, 109 pendeta baru ini akan pergi ke jemaat GMIT yang menanti pendeta dengan penuh harapan dan doa," jelasnya.
Menurutnya, panggilan itu tidak selalu identik dengan kenyamanan, jadi melayani lah di mana ditempatkan. Panggilan sering kali dikacaukan dengan passion, yang sebenarnya bersifat subjektif. Berbicara tentang pendidikan, ada 603 sekolah GMIT, mulai dari TK sampai perguruan tinggi, diharapkan para pendeta tidak berkutat di mimbar saja, tetapi bisa ada di ruang-ruang kelas.
"Jadilah pendeta juga di sekolah bukan hanya di jemaat," jelasnya.
Di GMIT juga saat ini mendorong peningkatan sumber daya manusia, studi lanjut, pendidikan vokasi dan lainnya, pelatihan di bidang pertanian dan peternakan dan untuk pengelolaan dan revitalisasi aset-aset GMIT.
"Kita juga sementara mempersiapkan naskah pengajaran PPA, karena tahun 2025 kita akan menyelenggarakan persidangan istimewa untuk memutuskan sejumlah hal berkaitan dengan pokok-pokok ajaran GMIT. Kontribusi dari semua elemen dan komponen akan menjadi kekuatan untuk memperkuat cara berteologi kita," kata Pdt Lay.
Dia meminta agar panggilan pelayanan tidak boleh takut terhadap sinyal atau listrik, air, jarak, kondisi jalan dan lainnya. Hal-hal tersebut jangan sampai menghambat panggilan pelayanan. Diharapkan juga studi lanjut bukan berarti menghindari ditempatkan di desa, karena ilmu yang tinggi itu dibutuhkan juga untuk mengelola pergumulan yang ada di desa.
Perwakilan pendeta yang baru ditahbiskan, Pdt Dian Kristin Nitsae mengatakan, semua proses tentunya dilalui bersama orang-orang terkasih yang selalu mendukung. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan menasehati.
Dia juga berterima kasih kepada Jemaat GMIT Kaisarea BTN yang menjadi tuan rumah penahbisan yang telah menjadi bagian dari sejarah perjalanan 109 pendeta.
"Memang harus disadari bahwa banyak hal yang dikorbankan untuk acara ini. Kami sangat berterima kasih atas kebaikan semua orang, Tuhan akan membalas kasih yang diberikan," jelasnya.
Dia berharap sesama teman pendeta angkatan 2024 tetap bergandengan tangan untuk memberikan pelayanan yang baik untuk jemaat dan masyarakat. "Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah salah memilih. Jika kamu dipanggil, itu karena Tuhan tahu kamu mampu. Jangan meragukan rancangannya, sebab tantangan adalah bagian dari proses Tuhan membentuk kita menjadi lebih kuat," tandasnya. (thi/ays/dek)