KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto melakukan kunjungan kerja (kunker) di kawasan persawahan Bena Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS, Sabtu (30/11).
Kunjungan tersebut sekaligus menjadi ajang untuk mempromosikan modernisasi pertanian dan diversifikasi pangan sebagai bagian dari upaya mendukung swasembada pangan di wilayah NTT.
Setibanya di lokasi, Andriko disambut dengan prosesi adat natoni oleh tetua adat setempat. Ia juga menerima penyematan kain tenun khas TTS, simbol penghormatan dari masyarakat. Agenda kunjungan dimulai dengan peninjauan lahan pertanian di kawasan tersebut, diikuti dengan panen padi secara simbolis menggunakan mesin combine harvester.
Dalam sambutannya, Andriko menyampaikan apresiasi kepada para petani yang telah memanfaatkan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk meningkatkan produktivitas mereka. Ia menekankan pentingnya transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern.
“Panen ini adalah bukti kerja keras yang kita lakukan selama 120 hari terakhir. Dengan alsintan, kita menunjukkan komitmen untuk mengubah pola pertanian kita. Ketika lahan pertanian sudah lebih luas, tenaga manusia tidak lagi cukup. Dengan modernisasi, kita bisa meningkatkan indeks tanam dari dua kali menjadi tiga kali setahun,” ujar Andriko.
Andriko menyoroti pentingnya diversifikasi pangan sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan. Ia mendorong pemanfaatan pangan lokal seperti jagung, sorgum dan ubi kayu, mengingat ketergantungan pada beras dapat membatasi potensi pembangunan sektor pangan di NTT.
“Potensi pangan lokal yang kita miliki perlu diperkuat. Diversifikasi pangan menjadi kunci dalam mendukung program nasional swasembada pangan yang ditargetkan Presiden Prabowo dalam dua tahun ke depan,” jelasnya.
Andriko memuji kebijakan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten TTS. Langkah ini dianggap strategis untuk mengantisipasi kebutuhan pangan dalam situasi bencana seperti banjir atau erupsi gunung berapi.
“Saya mengapresiasi langkah Bupati TTS yang mendorong setiap kecamatan memiliki lumbung pangan. Dengan adanya CPPD, kita dapat memastikan ketersediaan pangan dalam menghadapi kondisi darurat,” tambah Andriko.
Dalam kesempatan yang sama, Penjabat Bupati TTS, Seperius Edison Sipa melaporkan potensi lahan pertanian di wilayahnya. Kabupaten TTS memiliki 217.867 hektare lahan potensial, terdiri dari 10.339 hektare lahan basah dan 207.528 hektare lahan kering. Namun, baru sekitar 154.930 hektare lahan yang telah dimanfaatkan secara fungsional.
“Pemerintah kabupaten terus mendorong kelompok tani untuk memanfaatkan Kredit Mikro Merdeka dari Bank NTT sebagai modal usaha. Selain itu, kami telah menjalin komunikasi dengan Perum Bulog untuk menyerap hasil panen petani dengan harga Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kilogram,” kata Seperius.
Ia juga mengumumkan rencana peluncuran merek beras lokal, Nona Bena sebagai langkah meningkatkan nilai tambah produk petani di kawasan tersebut.
Anggota DPRD NTT, Inche Sayuna yang turut hadir mengungkapkan bahwa sebanyak 72 kelompok tani di kawasan persawahan Bena telah mendapat pembinaan untuk memanfaatkan program Kredit Mikro Merdeka. Ia berharap kawasan tersebut dapat berkembang menjadi food estate seperti yang telah berhasil diterapkan di Sumba dan Malaka.
“Kami terus mendorong kerja sama dengan Bulog agar kesejahteraan petani meningkat. Dengan irigasi yang besar di kawasan ini, potensi persawahan Bena sangat strategis untuk mendukung ketahanan pangan,” ujar Inche.
Kegiatan tersebut juga dirangkaikan dengan penyerahan bantuan secara simbolis kepada lima kelompok tani. Bantuan meliputi mesin perontok padi, hand traktor, pestisida, benih padi, jagung, kacang hijau serta sarana produksi hortikultura lainnya. Acara dihadiri oleh Plt Kadis Pertanian NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda, pimpinan perangkat daerah TTS, Camat Amanuban Selatan, perwakilan dari Pupuk Indonesia NTT dan Kepala Desa Bena, Charles Nabuasa. (cr6/ays/dek)