Perubahan Perilaku Siswa
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi mengusulkan pemberlakuan kembali Ujian Nasional (UN) sebagai alat evaluasi kualitas pendidikan nasional. Usulan tersebut disampaikan dalam acara “Mendikdasmen Mendengar Cerita Pendidikan NTT” yang digelar Badan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) NTT di hotel Aston Kupang, Kamis (5/12).
Dalam dialog tersebut, Linus mengungkapkan aspirasi sejumlah guru yang berharap UN dapat dipertimbangkan untuk diterapkan kembali. “Dengan tidak diadakannya UN, terjadi perubahan perilaku anak-anak,” ungkapnya.
Ia menyarankan agar UN diutamakan di wilayah Indonesia Timur, yang dinilai masih membutuhkan pemetaan kualitas pendidikan yang komprehensif. "Jika anggaran menjadi kendala, UN cukup diberlakukan untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) saja," ujarnya.
Linus menekankan bahwa hasil UN dapat menjadi alat strategis dalam pemetaan mutu pendidikan serta bahan pertimbangan untuk seleksi ke jenjang pendidikan berikutnya.
Mantan Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT ini juga mengusulkan pemberlakuan ijazah tunggal bagi lulusan SMA, yang akan menjadi bukti kompetensi peserta didik secara nasional. “SD, SMP dan SMA itu satu ijazah saja,” pungkasnya.
Linus meminta penjelasan terkait kurikulum yang akan diterapkan di masa mendatang. Ia berharap adanya pembaruan yang relevan dengan kebutuhan zaman. "Pemerintah Kota Kupang siap mendukung program-program pendidikan, termasuk program makan siang bergizi untuk anak-anak," tegasnya.
Terhadap anggaran, makan siang bergizi, Linus mengusulkan agar terintegrasi pada anggaran dana BOS agar mudah terkontrol serta mencegah penyalahgunaan.
Menanggapi usulan tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa timnya saat ini tengah mengkaji berbagai opsi terkait ujian nasional. "Usulan pemberlakuan UN untuk jenjang SMA saja sejalan dengan pembahasan yang sedang kami lakukan," ungkapnya.
Ia juga menyatakan bahwa wacana ijazah tunggal akan dievaluasi lebih lanjut. Menurutnya, ijazah memiliki nilai penting sebagai indikator kemampuan siswa, baik untuk melanjutkan pendidikan maupun memasuki dunia kerja.
Terkait kurikulum, Mendikdasmen menyebutkan bahwa pihaknya sedang mengkaji penerapan metode “deep learning” yang berfokus pada pembahasan mendalam terhadap materi esensial. "Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan menciptakan siswa yang lebih kompeten," katanya.
Dalam acara tersebut, Abdul Mu’ti turut memaparkan visi besar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk menciptakan pendidikan bermutu bagi semua. "Pendidikan bukan hanya layanan formalitas, tetapi harus berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia," jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pemenuhan standar nasional pendidikan, terutama dalam empat aspek utama sarana prasarana, kualitas pendidik, pembelajaran dan kompetensi lulusan.
Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto menyebut rendahnya kualitas pendidikan merupakan dampak dari rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan tingginya angka stunting yang berdampak pada perkembangan kognitif anak.
"Peningkatan kapasitas SDM harus dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal, disertai upaya perbaikan asupan gizi," ujarnya.
Ia mengaku acara “Mendikdasmen Mendengar Cerita Pendidikan NTT” menjadi wadah penting untuk membahas langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
“Pemerintah pusat dan daerah diharapkan terus berkolaborasi demi terwujudnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas,” kata Andriko. (cr6/ays/dek)