KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) NTT 2024 dilaporkan hanya mencapai 68,48 persen. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan pilkada 2018, di mana partisipasi pemilih tercatat sebesar 73,51 persen.
Penurunan ini menjadi sorotan mengingat NTT sebelumnya dikenal sebagai salah satu daerah dengan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi. Secara nasional, angka partisipasi pilkada 2024 di NTT juga berada di bawah target Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang menargetkan partisipasi pemilih di atas 77,5 persen.
Ketua KPU NTT, Jemris Fointuna menegaskan, setelah dilakukan rekapitulasi dan penetapan hasil pilkada NTT, diketahui tingkat partisipasi pemilih pada pilkada 2024 sebesar 68,48.
Terhadap tahapan lanjutannya, pihaknya akan menetapkan pasangan calon terpilih. Namun tahapan ini baru bisa ditetapkan jika sudah ada pemberitahuan dari Mahkamah Konstitusi tentang registrasi konstitusi.
“Masih ada satu tahapan lagi baru kita tetapkan pasangan terpilih. waktunya kita akan sampaikan setelah ada informasi atau pemberitahuan dari MK," sebut Jemris saat menutup rapat pleno rekapitulasi hasil perhitungan suara tingkat Provinsi NTT di kantor KPU, Minggu (8/12).
Sementara, Ketua Bawaslu NTT, Nonato da Sarmento mengaku telah melakukan pengawasan dalam proses rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU NTT sudah berjalan dengan baik. Seluruh data yang telah direkapitulasi di tingkat kabupaten tidak ada perbedaan atau sesuai.
Meski demikian, dirinya memberikan catatan kritis dan perlu adanya evaluasi terkait tingkat partisipasi pemilih. Menurutnya, terjadi penurunan angka partisipasi dibandingkan pelaksanaan pilgub tahun 2018. “Jika di pilgub 2018 sebesar 73,51 persen maka di pilgub kali ini tingkat partisipasinya hanya pada 68,48 persen,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga menyoroti terkait kapasitas penyelenggaraan teknis di tingkat kabupaten karena dalam pelaksanaan pilkada ada kejadian-kejadian teknis masih ditemukan. “Ini memang menjadi catatan agar pola sosialisasi secara konvensional harus dilakukan,” ujarnya.
Dikatakan, jarak TPS yang jauh akibat penggabungan sejumlah TPS menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya partisipasi masyarakat dalam memberikan hak pilihnya meski terdata. Faktor lainnya adalah soal waktu pelaksanaan pilkada dan pemilu yang sangat mepet.
“Memang ini soal kebijakan tetapi harus diperhatikan agar tidak mengurangi tingkat keterlibatan pemilih. Waktu pelaksanaan pemilu dan pilkada sangat mepet sehingga buat masyarakat bosan. Untuk itu, hasil dari evaluasi ini kemudian dilakukan riset mendalam terkait dengan temuan dan dinamika yang terjadi," pungkasnya.
Senada juga disampaikan Beno Brewon, saksi paslon nomor urut 1. Menurutnya, tingkat partisipasi sangat menurun sehingga menjadi catatan untuk p-pilkada ke depan karena sudah didata sekian banyak, namun ternyata pelaksanaannya tidak ikut memilih.
Terhadap hal ini, menjadi tugas semua pihak. Partai politik tentu memiliki tanggung jawab yang sama dalam memastikan pemilih dapat memberikan hak suaranya pada saat pemungutan suara.
Ia juga memberikan apresiasi atas pelaksanaan pilkada kali ini karena hasilnya bisa diperoleh cepat melalui Sirekap. "Pelaksanaan ini cukup luar biasa karena C1 bisa diperoleh cepat dan memudahkan para saksi,” katanya.
Saksi calon nomor urut 2, Paskalis Angkur dan Yosafat Koli pada kesempatan tersebut juga menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara atas tahapan pleno dan hasil telah ditetapkan.
"Pelaksanaan tahapan ini dilakukan secara baik. Seyogianya semua berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan yang kita harapkan termasuk tidak adanya konflik. ini tidak terlepas dari pengawasan dari Bawaslu dan semua pihak. Ini tentu dalam menghasilkan produk demokrasi baik,” kata Paskalis.
Ia juga berterima kasih kepada dua paslon lain dalam menjaga bersama proses yang sudah berlangsung karena masyarakat juga menikmati hasil kepemimpinan baru ini.
Yos Koli yang juga saksi Melki-Johni pada kesempatan yang sama juga mengaku, ini merupakan puncak dari proses panjang selama ini. Semua pihak juga telah mengerjakan tugasnya meski partisipasi pemilih hanya 67 persen. “Ini bentuk apresiasi masyarakat dalam proses dan bentuk legitimasi dari hasil yang ada,” pungkas mantan Komisioner KPU NTT itu.
Pada kesempatan yang sama, saksi paslon nomor 3 menegaskan pihaknya tunduk dan taat terhadap hasil yang sudah ditetapkan.
Ia juga menilai, sebagai pemain baru di dunia politik, pasangan SIAGA sangat diterima masyarakat. Ia juga menyampaikan permohonan maaf jika dalam proses pilkada menyiapkan perasaan paslon dan penyelenggara. (cr6/ays/dek)