KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan tuntutan perkembangan revolusi industry 4.0 dan society 5.0, serta transformasi Pendidikan tinggi, saat ini Universitas Nusa Cendana (Undana) tengah berupaya menerapkan kurikulum Outcome Base Education (OBE) di setiap Prodi.
Pasalnya, kurikulum ini diyakini mampu memenuhi kebutuhan profil lulusan masa depan yang tidak sekadar belajar, tetapi menghasilkan lulusan yang inovatif dan kreatif dalam menghadapi tantangan zaman. Hal ini diawali dengan mengidentifikasi visi keilmuan setiap Prodi dan meningkatkan Indikator Kinerja Utama (IKU) melalui optimalisasi kegiatan Mereka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Hal ini terungkap saat Workshop Evaluasi dan Pengembangan Keilmuan (Scientific Vision) dan Peningkatan IKU Melalui Optimalisasi Kegiatan MBKM di Tingkat PT yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengembangan, Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) di Aula Rektorat Undana, Kamis-Jumat, 5-6 Desember 2024.
Workshop tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. Wahyu Susihono.,ST.,MT.,ASEAN Eng, selaku Ketua Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pendidikan (LPMPP) Untirta.
Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi, Prof. Dr. Jefri S. Bale, ST., M. Eng saat membuka workshop tersebut mengatakan secara rekognisi internasional, standar pembelajaran berbasis OBE sudah menjadi tuntutan dan tidak dapat dihindari. Menurutnya, hal tersebut merupakan proses keilmuan yang perlu disesuaikan dengan tuntutan perubahan saat ini.
Menuju World Class University 2050//
Bahkan menurut Prof. Jefri, penerapan OBE ini diperlukan untuk mendukung road map pengembangan Undana menuju universitas kelas dunia.
“Dalam perencanaan institusi, 2050 (Undana menjadi) world class university. Jadi, (visi) berorientasi global (saat ini akan) menjadi daya saing global pada tahun 2030-2035, dan berubah menjadi bereputasi global pada tahun 2050. Jadi, road map pengembangannya sudah disusun. Kita harus bercita-cita tinggi menjadi world class university (universitas berkelas dunia) pada tahun 2050.” ujarnya.
“Dan OBE ini menjadi sesuatu yang perlu kita implementasikan kalau kita mau mengejar visi dan misi besar kita untuk menjadi universitas berkelas dunia,” sambung Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Material ini.
Sesuai diskusi pimpinan Undana dengan Wamen Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, beberapa waktu lalu, kata Prof Jefri, ke depan universitas akan didorong menjadi mesin ekonomi suatu daerah. Karena itu, penerapan kurikulum OBE menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari di perguruan tinggi, termasuk di Undana dan optimalisasi program MBKM merupakan upaya agar penerapan kurikulum OBE bisa berjalan secara efektif.
Identifikasi Visi Keilmuan Prodi//
Kepala LP3M Undana, Dr. Jacob. M. Ratu, M.Kes selaku penanggungjawab kegiatan workshop ini mengakui bahwa rumusan visi keilmuan prodi pada prodi-prodi di undana belum semuanya menggambarkan adanya unsur keunggulan dan Penciri bidang keahlian prodi yg mendukung visi universitas. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi prodi di Undana.
Bagaimana tidak, dalam pelaksanaan akreditasi program studi, misalnya, pertanyaan pembuka dari asesor pasti terkait dengan apa keunggulan dan kekhasan yang dimiliki prodi? Namun tidak sedikit peserta visitasi yang cukup kesulitan untuk menjelaskan dan membuktikan keunggulan dan kekhasan prodinya. Jika visinya kurang jelas, maka tidak mudah bagi prodi dapat merealisasikan visinya dengan baik.
Dr. Jacob menyebut bahwa hal yang sama juga telah disampaikan oleh rektor Undana dalam berbagai kesempatan baik dalam pelaksanaan visitasi akreditasi program studi maupun dalam pelaksanaan visitasi APT Undana yang baru saja selesai.
Unsur keunggulan dan penciri keilmuan dalam visi ini sangat penting karena dapat menjadi pembeda dengan prodi sejenis di perguruan tinggi lain. Jika keunggulan dan penciri keilmuan ini nampak dalam visi dan bisa terimplementasi dengan baik dalam kegiatan tridharma, maka keunggulan dan keunikannya yang dimilikinya.
Lanjutnya, prodi-prodi Undana bisa bersaing dan berkompetisi dengan prodi-prodi terkemuka lainnya guna menarik lebih banyak calon-calon mahasiswa dari luar NTT maupun calon mahasiswa asing untuk belajar di Undana, dan memiliki kesempatan yang luas untuk terlibat dalam kolaborasi penelitian dengan universitas besar lainnya di indonesia maupun di Luar Negeri.
Kepala LP3M Undana ini menjelaskan, workshop ini dilakukan untuk mendorong prodi dan Unit Pengelola Program Studi (UPPS) melakukan identifikasi dan mengevaluasi kembali visi keilmuan yang ada, selanjutnya dapat melakukan peninjauan ulang atau neredesin visi keilmuan program studi. Diharapkan dapat memunculkan keunggulan dan karakteristik bidang keahlian prodi yang selaras dengan visi kelembagaan UPPS dan visi universitas.
“Peninjauan visi ini perlu melibatkan stakeholders internal (mahasiswa, dosen dan tendik) dan stakeholders eksternal (alumni, pengguna lulusan dan mitra kerjasama) untuk merespon perkembangan IPTEK, dan tuntutan masyarakat akan keberadaan prodi,” ujarnya.
Dengan kejelasan unsur keunggulan dan karakteristik bidang keahlian dalam visi prodi, lanjut Dr. Jacob, dapat memberikan arah yang jelas bagi pengembangan prodi ke depan terutama dalam pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, termasuk dalam hal perencanaan dan pengembangan keahlian/kepakaran SDM/dosen dan lulusan prodi. Untuk itu, butuh komitmen dan konsistensi pimpinan prodi dan UPPS dalam mengimplementasi dan mewujudkan visi keilmuan baru tersebut.
Terkait dengan optimalisasi program MBKM, Kepala LP3M, Dr. Jacob menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Rektor dan jajaran pimpinan Undana yang telah memberikan dukungan anggaran yang cukup besar bagi pelaksanaan MBKM Mandiri. Sejumlah skema MBKM Mandiri yang telah dilaksanakan antara lain, PMM, Program Kampus mengajar, MSIB, KKNT MBKM Lintas Negara, dan Magang Riset.
Dalam berbagai kesempatan Rektor Undana, Prof. Maxs Sanam juga selalu mendorong lebih banyak mahasiswa Undana untuk berpartisipasi dalam kegiatan MBKM baik dalam maupun luar negeri karena tuntutan saat ini, ilmu pengetahuan tidak saja diperoleh di ruang kuliah, laboratorium atau perpustakaan, tetapi bisa diperoleh di tengah masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk optimalisasi MBKM untuk pencapaian IKU 2 mahasiswa berkegiatan di luar kampus. (cr6/thi/dek)