Cuaca Buruk, Nelayan Nganggur

  • Bagikan
IST TIDAK MELAUT. Tampak sejumlah perahu nelayan yang ditambatkan di pinggir pantai Oesapa akibat cuaca buruk, Kamis (12/12)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Akibat cuaca buruk, maka nelayan terpaksa harus menganggur selama tiga bulan sampai empat bulan.

"Cuaca saat ini sudah masuk musim barat dan bukan hal yang baru bagi nelayan," jelas Ketua Nelayan Angsa Laut, Mohammad Mansyur Doken, Kamis (12/12).

Mansyur mengatakan, baru-baru ini berdasarkan hasil prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa terdapat pertumbuhan dua bibit siklon di Samudra Hindia sehingga nelayan memutuskan untuk tidak melaut karena sangat berisiko. Karena itu maka perahu nelayan sudah diamankan dipinggir pantai.

"Saya sudah imbau kepada teman-teman nelayan untuk tidak melaut saat ini," ujarnya.

Dia mengaku, hutan mangrove yang ada di pantai dimanfaatkan nelayan untuk menambatkan perahu. Namun, hutan mangrove yang ada juga tidak bisa menampung perahu nelayan yang begitu banyak.

"Saya sampaikan kepada teman-teman yang lain untuk mencari tempat yang aman di tempat lain agar perahu nelayan selamat dari terjangan gelombang," ungkapnya.

Menurutnya, jika semua perahu nelayan dipaksakan untuk berlabuh dalam hutan mangrove maka mangrove akan terancam.

"Bisa jadi, mangrove patah dan perahu juga bisa rusak karena berbenturan serta terjadi tumpahan minyak maka akan berdampak pada ekosistem mangrove," katanya.

Dampak cuaca buruk ini biasanya mulai dari akhir Desember sampai ke bulan awal Maret tahun depan.

"Jadi, teman-teman bisa istrahat selama tiga bulan sampai empat bulan," ujarnya.

Nelayan sudah tidak lagi melaut mulai dari mulai timbul bibit siklon tanggal 7 Desember. Dampak dari tidak melaut, katanya, maka para nelayan kerja serabutan, salah satunya mengumpulkan hasil bumi seperti jambu mente.

Lurah Oesapa, Kiai Kia juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengimbau warga, khususnya para nelayan untuk tidak melaut karena cuaca buruk. Dia menyarankan agar menunggu sampai cuaca sudah membaik baru melaut.

"Pastikan pantau perkembangan cuaca dari BMKG," tandasnya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Amir Kiwang menjelaskan bahwa nelayan yang tidak bisa melaut selama tiga hingga empat bulan akan mengalami penurunan pendapatan yang drastis.

Hal ini tentu dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan dan kesehatan. Hal ini juga bisa memperburuk kondisi ekonomi keluarga mereka.

Ketika nelayan kehilangan pendapatan, bisa terjadi ketegangan sosial di masyarakat. Mereka mungkin merasa frustasi atau tertekan akibat kehilangan sumber pendapatan, yang berpotensi memicu konflik sosial, seperti pertengkaran antar anggota keluarga.

"Jadi, Pemerintah Kota Kupang perlu memperhatikan hal ini secara serius. Pemerintah juga dapat memberikan bantuan langsung kepada nelayan yang terdampak," jelasnya.

Bentuk bantuan bisa berupa bantuan tunai, sembako atau program bantuan sosial lainnya yang dapat meringankan beban ekonomi mereka selama cuaca buruk. Misalnya, dengan pemberian pelatihan dan bantuan modal untuk membuka usaha alternatif.

"Ketika cuaca ekstrem dan mereka tidak melaut, maka ada aktivitas ekonomi lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan," pungkasnya. (r1/gat/dek)

  • Bagikan