Menenun Suara Timur Perangi Korupsi

  • Bagikan
INTHO HERISON TIHU/TIMEX KETERANGAN PERS. Sigit Wijaya selaku Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW bersama tim memberikan keterangan pers di Kupang, Kamis (12/12)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID– Indonesia Corruption Watch (ICW) bersama USAID Integritas, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik, serta grup musik asal Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kampanye antikorupsi melalui media musik. Puncak kegiatan ini berupa peluncuran album bertajuk Artcollabs: Frekuensi Perangkap Tikus “Menenun Suara Timur”, yang akan digelar di Auditorium Universitas Nusa Cendana, Sabtu (14/12).

Album ini melibatkan kolaborasi antara Hip Hop Lembata Foundation (HLF), Leis Plang, dan Marapu, yang masing-masing mewakili genre hip hop, musik tradisional, dan reggae khas NTT. Upaya ini juga melibatkan Robi Navicula, yang dikenal aktif menyuarakan isu kemanusiaan, lingkungan, dan korupsi.

Sigit Wijaya, Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW sekaligus produser album ini, menjelaskan bahwa musik dipilih sebagai medium kampanye karena daya tariknya yang kuat, khususnya di kawasan Indonesia Timur.

"Kepercayaan masyarakat terhadap pemberantasan korupsi mulai menurun. Lewat musik, kami ingin mengingatkan kembali bahwa korupsi adalah ancaman serius yang harus diperangi bersama," ujar Sigit dalam konferensi pers di Kupang, Kamis (12/12).

Album Menenun Suara Timur berisi lagu-lagu yang diilhami oleh pengalaman nyata masyarakat di lima wilayah di NTT, yakni Kota Kupang, Manggarai, Nagekeo, Sikka, dan Timor Tengah Selatan. Para musisi melakukan residensi di wilayah-wilayah tersebut, berdialog dengan warga, dan mendokumentasikan cerita tentang praktik-praktik koruptif yang mereka alami.

ICW berharap konser peluncuran ini dapat menjadi sarana penyadartahuan publik tentang bahaya korupsi dan pentingnya peran masyarakat dalam pemberantasannya.

Melalui pendekatan seni, ICW yakin kampanye ini akan semakin efektif dan dapat menyentuh lebih banyak orang, terutama di wilayah NTT yang kaya budaya. "Kami ingin menjadikan ini bukan hanya sekadar konser, tapi juga gerakan bersama untuk melawan korupsi," tutur Sigit.

Direktris LBH Apik, Ansi Damaris Rihi Dara, menyambut baik upaya para musisi dan ICW dalam memerangi korupsi karena perilaku korupsi di NTT sangat tinggi.

Melalui lagu-lagu, Ansi Rihi Dara menyebut, penanganan dan pencegahan tindak pidana korupsi harus melibatkan semua pihak. Gerakan dari musisi ini menjadi motivasi kepada pihak-pihak lainnya untuk tergerak mencegah korupsi.

"Melalui seni, khususnya musik, kita bisa menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang mudah diterima," katanya.

I Gede Robi Supriyanto, vokalis Navicula, menambahkan bahwa proses kreatif mereka melibatkan observasi langsung ke daerah terdampak korupsi. "Lagu-lagu ini terinspirasi dari suara dan cerita warga, menjadikannya sangat relevan dengan realitas di lapangan," ujarnya.

Sementara itu, vokalis Marapu Band, Feryanto Pekabanda, mengungkapkan bahwa salah satu lagu mereka, Tanah, menggambarkan perjuangan masyarakat di Labuan Bajo dan Nagekeo untuk mempertahankan hak atas tanah ulayat.

"Lagu ini lahir dari rasa solidaritas kami terhadap masyarakat yang berjuang melawan ketidakadilan," ungkapnya.

Peluncuran album ini akan didahului oleh berbagai kegiatan pendukung, seperti pembagian album di lokasi strategis, promosi melalui siniar dan media lokal, deklarasi antikorupsi bersama inspektorat, serta diskusi dengan komunitas.

Konser di Auditorium Universitas Nusa Cendana, Sabtu (14/12), terbuka untuk umum dan gratis. ICW mengundang masyarakat dari berbagai kalangan untuk hadir, mendengarkan pesan melalui musik, dan bersama-sama memperkuat semangat melawan korupsi. (cr6/gat/dek)

  • Bagikan