Skrining TBC di Sekolah Sangat Penting,TBC Bisa Sembuh dan Bukan Penyakit Keturunan

  • Bagikan
FENTI ANIN/TIMEX FOTO BERSAMA. UNICEF dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan Kota Kupang, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, menggelar pertemuan diseminasi TB Anak di Sekolah Dasar dan menengah Kota Kupang, di Hotel Neo, Selasa (17/12).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan Pendidikan & Kebudayaan dan Dinas Kesehatan Kota Kupang, didukung UNICEF NTT/ NTB dan IBI provinsi NTT, menggelar pertemuan diseminasi TB Anak di Sekolah Dasar dan menengah Kota Kupang, di Hotel Neo, Selasa (17/12).

Ketua IBI Provinsi NTT, Damita Palalangan, mengatakan, kegiatan diseminasi dan skrining TBC pada anak, ini melibatkan guru-guru dari SD dan SMP di Kota Kupang, dengan narasumber dari dokter spesialis anak ( dr Fransiskus Taolin, SpA), Dinas Pendidikan & Kebudayaaan, Dinas kesehatan Kota Kupang, UNICEF dan IBI Provinsi NTT.

Damita menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah agar guru dan tenaga kesehatan pengelola TBC di Puskesmas, dapat memahami TBC Anak dan dapat melakukan skrining sederhana, misalnya di sekolah, agar guru-guru pun dapat melakukan skrining awal pada peserta didik.

"Guru-guru juga bisa memberikan edukasi kepada orangtua dan anak didik sendiri. Diharapkan di Kota Kupang ini, penemuan kasusnya meningkat, sehingga bisa diobati dengan segera, sehingga bisa sembuh total," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kupang, Tiurmasari Saragih, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan penemuan kasus TBC pada anak-anak.

Dia mengungkapkan bahwa, kasus TBC di Kota Kupang sangat tinggi, kalau dibandingkan dengan Kabupaten lain di Provinsi NTT, Kota Kupang masuk dalam prioritas yang pertama, kalau berdasarkan usia, kasusnya lebih banyak pada usia produktif, tetapi kalau dianalisis lagi, kasus TBC pada anak sangat rendah.

Hal ini, kata dia, perlu ditindaklanjuti lebih mendalam secara bersama, dengan semua stakeholder, termasuk dinas pendidikan, Karena anak-anak masih dalam usia sekolah, sehingga perlu adanya kolaborasi, bergandengan tangan, untuk menemukan kemungkinan anak-anak yang terinfeksi dalam keluarganya, maupun teman sepermainan.

"Metode skrining sangat penting, agar lebih cepat ditemukan dan segera diobati sampai sembuh, pencegahan juga bisa dilakukan. Kegiatan ini juga memberikan edukasi kepada guru-guru, agar bisa melakukan skrining di sekolah," jelasnya.

Penyakit TBC bukan penyakit keturunan, sehingga bisa disembuhkan, dengan cara meminum obat, TBC juga bisa dicegah sejak dini, dengan menemukan sejak dini kasus, untuk dilakukan skrining.

Health Spesialis UNICEF NTT dan NTB, dr. Vama Chrisnadarmani, menyampaikan UNICEF sebagai salah satu lembaga PBB, memiliki mandat untuk membantu pemerintah dalam upaya pemenuhan hak – hak anak, antara lain: hak anak untuk hidup sehat, dalam lingkungan sehat dan aman bagi pertumbuhan dan perkembangannya, hak mendapat perlindungan, dan hak untuk mendapatkan Pendidikan sesuai jenjang usia yang konduksif untuk perkembangan dirinya.

"Hari ini, UNICEF bersama-sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang dan Dinas Kesehatan Kota Kupang, bersama mitra IBI NTT, mengadakan pertemuan yang mengajak para guru sekolah dasar dan sekolah menengah untuk memahami salah satu penyakit infeksi yang perlu diatasi bersama yaitu penyakit TBC atau Tuberkulosis" jelasnya. Mengapa kita semua perlu memahami penyakit ini dan bersama-sama mengatasi, karena data menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara kedua yang menyumbang jumlah kasus TBC terbanyak di dunia. Sehingga perlu seluruh sektor, dan komponen masyarakat perlu memahami dan berkontribusi mengatasi masalah penyakit TBC ini, melalui peran dan tugas masing – masing.

"Upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi NTT saat ini sudah sangat bagus, terbukti treatment success rate (TSR) atau keberhasilan pengobatan pada kasus2 TBC yang ditemukan dan diobati sudah cukup tinggi. Namun masih mengalami tantangan khususnya dalam penemuan kasus TB pada anak dan tantangan dalam Terapi pencegahan TBC (TPT). Dengan demikian, perlu kerjasama seluruh pihak yang banyak berhubungan dgn anak untuk ikut serta dalam penemuan kasus – melalui skrining TBC anak yang sedehana, dan upaya untuk memahamkan ttg TBC dan bahaya TBC pada Anak kepada keluarga, sehingga terapi pencegahan TBC dapat diberikan kepada anak dgn dukungan orang tua dan keluarga " jelasnya.

Indonesia telah mencanangkan 2030 sebagai Tahun untuk mencapai Eliminasi TBC artinya diharapkan Insidensi TBC turun 80% ( 65 per 100,000 penduduk); kematian akibat TBC turun 90%; Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada kontak serumah > 80%. Target nasional ini tidak akan tercapai, tanpa upaya seluruh kita termasuk kita yang berada di provinsi NTT, pemerintah melalui sektor- sektor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, keluarga dan mitra pembangunan dan praktisi kesehatan dan sosial.

"Melalui pertemuan sehari dengan komunitas pendidikan dan kesehatan – harapan saya issue tentang TBC dan khususnya TBC pada Anak semakin dipahami oleh masyarakat dan bersama kita mengatasi masalah ini untuk jaminan anak-anak kita adalah anak – anak yang sehat yang siap untuk tumbuh dan berkembang dan mengembangkan potensi terbaiknya secara optimal menyongsong harapan menjadi generasi Emas 2045 " ungkapnya. (thi/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version