KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil mencatatkan sejarah baru dengan meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori jumlah motif tenun terbanyak, yakni 737 motif dari 22 kabupaten/kota.
Prestasi ini diraih melalui gelaran akbar “Parade Tenun Ikat” yang diadakan dalam rangka memeriahkan HUT ke-66 Provinsi NTT, Jumat (20/12).
Ribuan masyarakat dari berbagai latar belakang turut serta dalam parade budaya ini, yang mengambil rute dari depan kantor Perwakilan Bank Indonesia hingga berakhir di halaman rumah jabatan gubernur NTT.
Penjabat (Pj) Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, bersama istri, Santi Ambarwati yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda Provinsi NTT menerima langsung penghargaan MURI.
Andriko mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas dukungan seluruh masyarakat NTT yang berhasil menjadikan event tersebut istimewa.
“Ini adalah momen bersejarah bagi kita semua. Dengan parade ini, kita tidak hanya merayakan HUT ke-66 NTT, tetapi juga mengangkat warisan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun lalu. Ini menjadi bukti bahwa NTT kaya akan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan,” ujar Andriko.
Ia mengungkapkan harapannya agar parade tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi mampu menjadi event budaya tahunan yang mendunia. Untuk itu, Pemerintah Provinsi NTT berencana menjalin kolaborasi dengan provinsi tetangga seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku serta melibatkan negara-negara tetangga seperti Timor Leste dan Malaysia, dalam event internasional di masa depan.
Direktur Event Nasional dan Internasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Fransiskus Handoko yang turut hadir dalam acara tersebut mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi NTT dalam mempromosikan budaya lokal melalui parade tenun.
“NTT patut berbangga memiliki kekayaan motif tenun yang luar biasa. Ini adalah potensi strategis untuk meningkatkan promosi pariwisata, sekaligus berdampak positif pada perekonomian masyarakat,” kata Fransiskus.
Ia juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam pelestarian budaya lokal di tengah maraknya pengaruh budaya luar. Menurutnya, parade seperti ini dapat menjadi media edukasi yang efektif bagi generasi penerus untuk mencintai dan menjaga kekayaan budaya.
Parade tenun melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari dinas-dinas pemerintahan, lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, hingga komunitas pemuda dan wanita. “Beragam jenis kain tenun ditampilkan dalam parade ini, yang mencerminkan kekayaan budaya dari masing-masing kabupaten/kota di NTT,” sebutnya.
Ketua Dekranasda NTT, Santi Ambarwati menyebut, parade sebagai salah satu pesta rakyat yang dirancang untuk mempererat rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
“Saya berharap parade ini bisa menjadi event yang dinantikan setiap tahun. Ke depan, kami akan terus menyempurnakan acara ini agar semakin meriah dan membawa manfaat besar bagi masyarakat,” tuturnya.
Kain tenun ikat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat NTT selama lebih dari 3.500 tahun. Selain digunakan sebagai pakaian, kain ini juga menjadi simbol adat yang memiliki nilai budaya dan ekonomi tinggi.
Dengan keberhasilan meraih rekor MURI, Pemerintah Provinsi NTT berharap langkah ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri kreatif berbasis kain tenun.
“Acara ini diharapkan tidak hanya menjadi momentum kebanggaan bagi masyarakat NTT, tetapi juga membuka jalan bagi promosi budaya lokal ke kancah nasional dan internasional,” tutupnya. (cr6/ays/dek)