Ditangkap dan Dipulangkan Pihak Keamanan Australia Hingga Terdampar di Rote Ndao
KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Kantor Imigrasi (Kanim) Kupang berhasil mengamankan dan menjemput 15 warga negara asing (WNA) yang diduga berasal dari Negara Bangladesh, Kamis (19/12). Diketahui, para WNA ini ditemukan oleh warga.
Pengamanan dan penjemputan para WNA ini dipimpin lansung Kepala Kantor Imigrasi Kupang, Nanang Mustofa, setelah sebelumnya dilakukan serah terima dan pelepasan oleh Penjabat (Pj) Bupati Rote Ndao, Oder Maks Sombu di aula Wirasatya Mapolres Rote Ndao, Sabtu (21/12).
WNA yang diduga berasal dari Bangladesh ini diberangkatkan dari aula Wirasatya Mapolres Rote Ndao menuju pelabuhan penyeberangan Pantai Baru dengan dukungan pengawalan dan pengamanan Polres Rote Ndao.
Selanjutnya, para WNA ini diseberangkan menuju Pelabuhan Bolok, Kupang menggunakan Kapal Ferry penyeberangan dan selanjutnya diantar menuju Kanim Kupang guna penanganan lebih lanjut.
"Hari ini (Sabtu, Red) kami berhasil mengamankan dan menjemput 15 WNA yang diduga merupakan warga negara Bangladesh dari Rote Ndao,” kata Nanang di pelabuhan penyeberangan ASDP, Bolok melalui keterangan Humas Kanim Kupang.
Menurut Nanang, ke-15 WNA ini terdampar di Pantai Hena, Desa Kolobolon, Kabupaten Rote Ndao.
"Atas laporan masyarakat dan dari pihak Polres Rote Ndao, kami secara cepat melakukan penanganan lebih lanjut dan mengamankan ke-15 WNA yang diduga berasal dari Bangladesh ini,” jelasnya.
Nanang mengatakan bahwa keberadaan ke-15 WNA yang diduga berasal dari Bangladesh ini pertama kali diperoleh berdasarkan informasi yang diterima dari masyarakat. Informasi itu kemudian dilaporkan ke pemerintah daerah setempat dan aparat kepolisian.
Menurut Nanang, ini adalah bentuk kolaborasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah serta instansi terkait dalam penanganan pelintas ilegal dan human trafficking.
“Kami akan selalu menjalin koordinasi dan komunikasi baik, terutama dengan masyarakat setempat, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Polres Rote Ndao, dan instansi terkait lainnya untuk berkolaborasi dalam menangani secara cepat permasalahan human trafficking seperti ini,” tegas Nanang.
Berdasarkan informasi awal, ke-15 WNA yang diduga warga Bangladesh ini berangkat dari Malaysia melalui jalur darat menuju Jakarta. Kemudian, dari Jakarta, mereka melalui jalur laut hendak menuju Pulau Christmas (Christmas Island), di Australia. Namun, mereka ditangkap oleh pihak keamanan Australia sebelum mencapai tujuan.
Ke-15 WNA ini kemudian ditahan dalam sebuah kapal dan dipindahkan ke daratan dalam dua rumah penampungan. Setelah beberapa hari ditahan, mereka dipulangkan dan dilepaskan di perairan Rote Ndao, hingga akhirnya terdampar di Pantai Hena, Desa Kolobolon, Kabupaten Rote Ndao.
“Kami masih akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap ke-15 WNA yang diduga berasal dari Bangladesh ini,” jelas Nanang.
Imigrasi Kupang, kata Nanang, akan senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat dan siap untuk menerima informasi apa pun dari pihak manapun.
"Kami saat ini juga tengah membangun Pos Imigrasi di Rote Ndao. Diharapkan agar dengan adanya pos ini maka dapat menjadi mata dan telinga bagi kami, khususnya untuk mengawasi, mencegah dan melakukan penanganan cepat penanganan kasus-kasus perlintasan ilegal seperti yang ditemukan saat ini,” ungkapnya.
Nanang juga tidak lupa mengimbau agar Pemerintah Bangladesh harus memberikan perhatian khusus terhadap hal ini karena kejadian seperti ini sudah sering kali terjadi pada WNA asal Bangladesh belakangan ini. Bukan hanya terkait kerugian materiil tetapi akan adanya bahaya yang mengancam jiwa.
“Saya mengimbau agar pemerintah Bangladesh memberikan edukasi dan sosialisasi kepada seluruh rakyatnya untuk tidak coba-coba melakukan human trafficking, apalagi undocumented karena itu tentu tidak menjamin keselamatan warganya,” imbaunya.
Intinya, kata dia, Pemerintah Bangladesh harus mampu menangani permasalahan ini secara serius. Penting juga untuk dilakukan edukasi dan sosialisasi secara masif oleh pemerintah Bangladesh, sehingga masyarakatnya takut untuk melakukan hal-hal yang berisiko seperti ini.
"Jika ini sudah dilakukan, maka penanganan permasalahan seperti ini sudah dilakukan dari hulu,” tegasnya. (r1/gat/dek)