KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pasien operasi bedah jantung terbuka atas nama Windy Yuningsih akhirnya diperbolehkan meninggalkan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Ben Mboi setelah menjalani serangkaian operasi dan pemulihan selama enam hari.
"Setelah menjalani operasi jantung, hari keenam Windy diperbolehkan pulang hari ini, Kamis 26 Desember 2024," ungkap Direktur Utama (Dirut) RSUP dr. Ben Mboi, dr. Annas Ahmad, Sp.B., FICS, melalui pesan singkat pada media ini.
Selanjutnya, demikian dokter ahli bedah ini, pasien Windy Yuningsih yang adalah seorang pengajar pada sekolah Citra Bangsa ini akan menjalani rawat jalan di RSUP dr. Ben Mboi Kupang. "Pasien dalam kondisi stabil dan dapat berjalan sendiri tanpa bantuan kursi roda. Selanjutnya pasien akan menjalani rawat jalan di RSUP dr. Ben Mboi," kata dr. Annas
Untuk diketahui, Windy Yuningsih merupakan pasien operasi jantung terbuka pertama yang dilakukan oleh tim dokter RSUP dr. Ben Mboi Kupang bekerja sama dengan tim dokter RSUP Ngoerah - Denpasar. Windy dioperasi pada 20 Desember 2024 lalu di RSUP dr. Ben Mboi Kupang dan tercatat sebagai pasien pertama di NTT yang menjalani operasi jantung terbuka. Kesuksesan operasi bedah jantung terbuka ini merupakan sejarah baru bagi dunia kesehatan di NTT.
Windy Yuningsih, seorang perempuan berusia 26 tahun didiagnosis dengan Severe Mitral Valve Stenosis, Moderate Tricuspid Valve Regurgitation, dan Pulmonary Hypertension. Menurut operator bedah, dr. Mario Hendri Reinaldo Wongso, Sp.BTKV, terdapat pengapuran dijantungnya sehingga satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan melakukan operasi.
“Katup di jantung kirinya mengalami pengapuran sampai lubangnya kecil sekali. Harusnya pintunya bisa terbuka, tapi ini tidak bisa terbuka. Sehingga jantungnya gagal. Kita tidak bisa memberi obat-obatan sehingga harus dibedah,” ungkap dokter Womgso dalam penjelasannya kepada Timor Express.
“Kita buka dadanya di tengah, jantungnya kita hentikan selama 80 menit, katup yang lama kita buang dan kita ganti dengan katup mekanik dari besi, tapi itu aman dan bisa bertahan seumur hidup. Kemudian jantungnya kita star kembali, kita tutup dengan kawat lagi,” urainya.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin memberi apresiasi kepada tim RSUP dr. Ben Mboi, tim pendamping dari RSUP Prof. Dr. I. G. N. G. Ngoerah, dan RSJPD Harapan Kita sebagai pengampu nasional atas keberhasilan pelaksanaan operasi ini.
“Sebelumnya, operasi seperti ini hanya bisa dilakukan di Surabaya atau Jakarta. Sekarang, layanan canggih seperti ini sudah ada di NTT,” ucap Menkes saat konferensi pers di RSUP Dr. Ben Mboi pada Sabtu (21/12).
Setiap tahun, sekitar 7.000 orang dari NTT dirujuk ke Bali, Makassar, atau Surabaya untuk mendapatkan layanan medis seperti perawatan jantung, stroke, dan kanker. Dengan hadirnya fasilitas layanan jantung di NTT, jumlah rujukan tersebut diproyeksikan berkurang hingga 3.000–4.000 orang per tahun.
Direktur RSUP Dr. Ben Mboi, dr. Annas Ahmad, menyatakan keberhasilan operasi ini merupakan langkah awal dalam memperluas layanan spesialistik di rumah sakit tersebut. Annas menegaskan komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang setara bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia.
“Sejak didirikannya rumah sakit ini, kami berkomitmen membangun kesetaraan dari wilayah timur Indonesia. Harapannya, masyarakat timur dapat merasakan diagnosis dan perawatan setara dengan fasilitas layanan kesehatan di Jakarta,” ungkap dr. Annas.
Dokter Annas menambahkan, keberhasilan ini memperkuat komitmen RSUP Dr. Ben Mboi dalam meneguhkan perannya sebagai rumah sakit rujukan regional dan internasional. Dengan keberhasilan ini, NTT menjadi provinsi ke-25 di Indonesia yang mampu menyediakan layanan bedah jantung terbuka.
Pada kesempatan itu, Menkes juga menegaskan bahwa pemerintah akan terus meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
Selain layanan jantung, Menkes mengungkapkan rencana pemasangan mesin canggih untuk penanganan kanker di NTT pada tahun depan. Langkah ini untuk mengurangi angka rujukan pasien kanker, yang saat ini menjadi penyakit kedua terbanyak dirujuk ke luar daerah.
Tak hanya dari sisi fasilitas, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga terus mendorong pengembangan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan di daerah. “Catatan saya, yang paling dibutuhkan adalah dokter. Oleh karena itu, kami ingin memprioritaskan putra-putri daerah melalui pemberian beasiswa bagi yang mumpuni agar mereka dapat kembali melayani daerahnya,” tambah Menkes.
Dengan adanya program transformasi kesehatan yang digagas oleh Kemenkes, jejaring rumah sakit rujukan jantung di Indonesia terus diperluas. (*/yl)