Trauma Siswa-siswi dan Guru UPTD SDI Oesapa Pasca Insiden Plafon Ruang Kelas Roboh
Insiden plafon roboh di ruang kelas saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung masih menyisakan trauma bagi para siswa-siswi dan guru di UPTD Sekolah Dasar Inpres (SDI) Oesapa, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Agar tidak tertimpa plafon lagi, maka UPTD SDI Oesapa memilih menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) di emperan kelas.
IMRAN LIARIAN, Kupang
GURU dan siswa-siswi di UPTD SDI Oesapa tidak menyangka plafon ruang kelas akan roboh saat proses KBM sementara berlangsung. Karena itu, proses KBM digelar sebagai mana mestinya.
Namun, suasana serius itu tetiba berubah jadi riuh saat plafon di ruang kelas roboh. Naluri untuk menyelamatkan diri oleh siswa-siswi kelas I D langsung muncul. Para siswa-siswi langsung sigap menyelamatkan diri dengan berlindung di bawah meja belajar.
Dari insiden itu, tiga orabg siswa mengalami luka-luka. Ini karena material plafon roboh seketika tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu.
Bisa dibayangkan suasana yang penuh ketakutan yang tidak diinginkan itu menimpa anak-anak usia sekolah dasar tersebut. Belajar dari pengalaman itu, maka pihak sekolah dibawa kepimpinan Rada Peda selaku Kepala UPTD SDI Oesapa langsung mengadakan rapat bersama jajaran guru dan pegawai untuk mengambil langkah kongkrit agar menjaga keselamatan anak-anak selama menimba ilmu di sekolah.
Hasil kesepakatan bersama yakni proses belajar mengajar tidak lagi di dalam ruang kelas karena rasa takut akan bahaya plafon roboh sehingga proses KBM terpaksa berlangsung di emper-emperan kelas.
Terpantau media ini, Jumat pagi (17/1) siswa-siswi kelas 2, 3, 4 dan kelas 5 mendapatkan pelajaran dari guru wali kelas masing-masing di emperan kelas. Proses KBM berjalan setelah para siswa-siswi dan guru senam bersama. Siswa-siswi yang hadir mengenakan pakaian olahraga.
Patricia Melani, salah satu siswi kelas V D di UPTD SDI Oesapa yang ditemui mengaku rasa takut ada sehingga mereka terpaksa belajar di luar ruang kelas.
"Saya rasa takut," ujarnya.
Patricia berharap kepada pemerintah agar bisa memperbaiki plafon sekolah dengan baik sehingga plafon tidak lagi roboh.
Kepala UPTD Sekolah Dasar Inpres (SDI) Oesapa, Rada Peda saat ditemui media ini di ruang kerjanya mengatakan bahwa kejadian plafon roboh dalam ruang kelas I D itu saat KBM berjalan. Terkait peristiwa kemarin itu maka siswa stres atau trauma karena dalam saat itu suasannya sedang menerima pelajaran, tiba-tiba terjadi peristiwa plafon roboh.
"Beruntung tidak ada yang luka berat. Tapi, ada tiga orang anak yang tergores, tapi traumanya hampir semua anak," ungkapnya.
Saat kejadian itu anak-anak berteriak histeris memanggil bapak/mama dengan suara keras.
"Ibu guru wali kelas mukanya pucat dan berteriak minta tolong," ujarnya.
Terkait kejadian tersebut, Kepala UPTD SDI Oesapa mengaku telah pergi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang untuk melaporkan apa yang telah terjadi itu. Peristiwa plafon roboh ini, jajaran guru tidak bisa melaksanakan KBM di ruangan kelas.
"Dalam rapat bersama guru-guru, kami bersepakat untuk melaksanakan KBM di emper-emperan kelas," ungkapnya.
Mudah-mudahan ke depan jika diperbaiki plafon digantikan dengan triplek saja.
"Jadi, supaya kami rasa aman karena ini menyangkut nyawa banyak orang, termasuk bapak ibu guru, pegawai dan saya juga," tandasnya.
Pagi kemarin, kata Rada, sebelum pukul 07.00 Wita, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang sudah melihat langsung hampir seluruh ruangan kelas.
"Kalau sudah hujan pasti kami sudah di luar ruangan semua," ujarnya.
Untuk siswa-siswi kelas I D kemarin yang plafon roboh dalam kelas itu untuk sementara mereka tidak masuk sekolah.
"Kami melihat trauma mereka sehingga hari ini KBM-nya di rumah. Wali kelasnya berikan materi belajar melalui WhatsApp Grub. Saya juga ada di dalam grub sehingga saya pantau langsung aktivitas belajar anak-anak," jelasnya.
Dijelaskan, plafon roboh ini bukan hanya satu kelas, tapi ada tiga rombongan belajar (rombel).
Awalnya, plafon roboh dalam ruangan kelas V tanggal 15 Desember 2024.
"Saat itu, kami belum libur sekolah.Kami sudah laporkan kepada kontraktor dan tanggapannya akan diganti atapnya," jelasnya.
Memasuki tanggal 6 Januari 2025 itu, ia mengaku menanyakan lagi kepada pihak kontraktor.
"Saya langsung telepon kontraktor untuk segera perbaiki karena kita mau KBM," ungkapnya.
Kepala Sekolah mengaku kembali menanyakan kepada teman-teman guru apakah dari pihak kontraktor sudah datang ke sekolah? Jawaban dari teman guru sampaikan bahwa pihak kontraktor sudah datang membersihkan puing-puing material plafon yang berada dalam ruangan kelas.
"Lalu penyampaian mereka (pihak kontraktor yang datang ke sekolah) nanti akan melakukan perbaikan plafon," jelas Rada sapaan akrabnya.
Mengenai serah terima gedung ke pihak sekolah atau mekanismenya seperti apa? kata Rada, pihaknya tidak mengetahui hal itu.
"Bagaimana serah terimanya seperti apa saya tidak tahu. Kami tahu saja belum serah terima," pungkasnya. (gat/dek)