Awal Tahun, Satu Orang Korban DBD

  • Bagikan
drg. Retnowati

Puskesmas Sikumana Lakukan Penyelidikan Epidemologi

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Jumlah kasus Demam Bersarah Dengue (DBD) di Kota Kupang terutama di awal tahun (Januari, Red) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024 lalu. Di tahun 2024 lalu, pada periode yang sama yakni pada Januari, jumlah kasus DBD tembus hingga angka 170 kasus.

Sementara pada Januari tahun ini, jumlah kasus DBD sebanyak 35 kasus. Namun pada Januari ini, terjadi satu kematian pada anak. Sementara pada tahun sebelumnya tidak ada kasus kematian akibat DBD.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang, drg. Retnowati, saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (30/1) menyampaikan hal ini. Menurut drg. Retnowati, kasus DBD memang mengalami penurun di awal tahun 2024 ini. Namun, pada awal tahun ini justru terjadi satu kasus kematian di wilayah pelayanan Puskesmas Sikumana.

Terkait kasus ini juga masih dilakukan penyelidikan epidemiologi atau PE oleh Puskesmas terkait.

"Kalau dilihat dari jumlah kasus pada tahun-tahun sebelumnya, memang tahun ini lebih berkurang, karena tahun ini hanya 35 kasus. Namun, pada tahun sebelumnya angka kasusnya mencapai 170 kasus, 179 kasus dan 46 kasus. Tetapi pada Januari selama dua tahun terakhir, tidak ada kasus kematian, namun tahun ini ada kasus kematian," jelasnya.

Saat ini, kata dia, masih dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk mendapatkan hasil investigasi, apakah pasien DBD yang meninggal ini karena keterlambatan pelayanan kesehatan ataukah karena kelalaian oleh keluarga yang tidak membawa pasien ke fasilitas layanan kesehatan.

Dia mengatakan bahwa harus dilakukan peninjauan di lingkungan. Sebab, sesuai dengan laporan dari Puskesmas Sikumana, bahwa korban merupakan warga di wilayah pelayanan Puskesmas Sikumana, namun korban selama ini dirawat oleh keluarganya di Kelurahan Oebufu.

"Jadi, sekarang sementara dilakukan penyelidikan epidemiologi dan surveilans, untuk melihat jentik-jentik nyamuk di setiap rumah tangga. Hasil investigasi sudah ada, barulah dilakukan tindakan, apakah harus dilakukan fogging atau taburisasi larvasida," ungkapnya.

drg. Retnowati menerangkan bahwa kalau dari lokasi dengan radius 200 meter, ditemukan jentik nyamuk 90 persen dari tempat penampungan air, maka kemungkinan besar nyamuknya berada di wilayah tersebut.

"Untuk Kecamatan Maulafa sendiri, sementara dilakukan pengembangan nyamuk berwolbachia. Ini karena memang belum fasenya untuk menyelesaikan. Sehingga, hasilnya belum maksimal. Kalau dibandingkan dengan Kecamatan Oebobo, yang sudah selesai penerapan nyamuk Wolbachia, sudah dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kasus dan kunjungan pasien ke rumah sakit juga berkurang," ungkapnya.

Terkait kasus DBD di wilayah Kota Kupang, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Jemari Yoseph Dogon menyatakan, dengan terjadinya kasus DBD yang mengakibatkan ada korban meninggal dunia maka tentunya harus menjadi perhatian serius, terutama dinas teknis terkait.

Menurutnya, satu kasus ini tentunya menjadi warning, agar semua bisa bergerak, termasuk masyarakat, untuk mulai menjaga lingkungannya agar tetap bersih.

"Harus bisa ditangani dengan cepat dan tentunya membutuhkan peran serta masyarakat sendiri," ungkapnya.

Dia juga mengingatkan agar jangan sampai terjadi kasus lain, yang memakan korban. Seharusnya, tegasnya, Kota Kupang sebagai ibukota Provinsi NTT bisa terbebas dari kasus DBD. Tentunya hal ini perlu adanya peran aktif masyarakat.

"Seharusnya, kita juga melakukan antisipasi lebih awal sehingga jangan sampai sudah ada korban baru kita bergerak," ungkapnya. (thi/gat/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version