KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Potensi cuaca ekstrem di wilayah NTT memasuki puncak musim hujan mulai akhir Januari hingga bulan Februari, menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam.
Masyarakat diimbau peka dan waspada terhadap bencana alam, baik berupa tanah longsor, banjir, angin kencang maupun petir.
“Saya mengimbau seluruh wilayah kabupaten/kota se-NTT untuk waspada dan siap siaga. Intens membangun koordinasi lintas sektor agar dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam akibat curah hujan yang tinggi,” jelas Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto didampingi Kepala BMKG El Tari Kupang, Sti Nenotek dan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Cornelis Wadu kepada wartawan di kantor gubernur NTT, Kamis (30/1).
Berdasarkan data BMKG, curah hujan di beberapa kabupaten di NTT mencapai 500–700 mm per bulan. Berpotensi memicu bencana seperti banjir, longsor, angin kencang dan petir.
Karena itu, Andriko mengimbau masyarakat dan semua pihak selalu peka dan waspada, mengantisipasi berbagai kemungkinan.
Tanah longsor di wilayah Kecamatan Batu Putih Kabupaten TTS yang terjadi, Selasa (28/1) sekira pukul 16.00 Wita, Pj Gubernur, Andriko Susanto bersama Kalak BPBD NTT, Cornelis Wadu dan staf melakukan peninjauan lapangan.
Akibat longsor yang menutupi badan jalan tersebut menyebabkan arus lalu lintas di jalan negara sempat macet kurang lebih empat jam. Setelah ditangani alat berat di bawah koordinasi Pemerintah Kabupaten TTS dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT, arus lalu lintas di jalan tersebut kembali normal.
Penanganan selanjutnya, pada lokasi longsor menurut Andriko, setelah berkoodinasi dengan BPJN NTT akan dipasang bronjong.
“Kami telah berkoordinasi dengan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional untuk pembuatan bronjong di titik lokasi longsor Kecamatan Batu Putih. Membutuhkan waktu 14 hari atau dua minggu untuk pasang bronjong,” jelas Andriko.
Sambil menunggu pemasangan bronjong, sekitar lokasi ada pemasangan rambu-rambu petunjuk longsor dan lampu jalan sehingga sekitar lokasi longsor terang. Tujuannya mengingatkan pengguna jalan agar berhati-hati ketika melintasi jalur tersebut.
Sebelumnya, Kepala BPJN NTT, Agustinus Junto mengatakan butuh waktu sekitar dua minggu untuk membangun bronjong di lokasi tersebut sebagai langkah awal mengantisipasi terjadinya longsor.
“Kami tentunya akan segera tangani dan perbaiki kerusakan ini. Sekitar 14 hari atau dua minggu waktu yang kami butuhkan untuk membangun bronjong, terlebih karena jalan ini leter S, jadi memang cukup panjang. Namun akan kami kerjakan segera,” ujar Agustinus.
Sementara, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang, Sti Nenotek menjelaskan, kondisi cuaca ekstrem di NTT dipengaruhi beberapa fenomena atmosfer termasuk Monsoon Asia, La Nina lemah serta sirkulasi siklonik.
Fenomena tersebut menyebabkan curah hujan tinggi di wilayah NTT dengan beberapa daerah mengalami hujan sangat lebat dalam beberapa hari terakhir. Puncak musim hujan masih akan terjadi sepanjang Februari.
“Kami terus memantau kemungkinan munculnya siklon tropis di sekitar wilayah NTT," jelas Sti sambil menambahkan, BMKG terus memperbarui informasi cuaca dan mengeluarkan peringatan dini jika ada potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada masyarakat.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Cornelis Wadu menjelaskan, BPBD NTT berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota untuk melakukan mitigasi wilayah-wilayah rawan bencana.
Menurutnya, sementara ini belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan parah akibat cuaca ekstrem. Tetapi pihaknya tetap menyiapkan cadangan pangan dan bantuan darurat untuk masyarakat yang terdampak jika ada bencana.
“Kami segera memberikan bantuan jika ada laporan jelas dari masyarakat atau pihak lain terkait bencana alam,” ungkapnya. (dek)