Desain Jembatan Buruk, Sebabkan 25 Rumah Hanyut dan Gagal Tanam

  • Bagikan
IST TINJAU. Wakil gubernur NTT terpilih, Johni Asadoma ketika meninjau jembatan Naitae, Minggu (2/2).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Banjir bandang kembali melanda wilayah Amfoang, Kabupaten Kupang, mengakibatkan puluhan rumah hanyut, ratusan ternak mati serta lahan pertanian gagal panen. Bencana ini menjadi permasalahan berulang tanpa solusi nyata hingga saat ini.

Gubernur dan wakil gubernur NTT terpilih, Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma berkomitmen untuk menangani permasalahan secara serius. Salah satu fokus utama mereka adalah perbaikan infrastruktur jembatan yang dinilai menjadi penyebab utama bencana.

Banjir bandang terbaru yang terjadi di Desa Naitae menyebabkan 25 rumah hanyut dan seorang warga menjadi korban akibat terseret arus. Jembatan Naitae yang dibangun dengan desain gorong-gorong, diduga menjadi pemicu utama banjir.

Wakil gubernur NTT terpilih, Johni Asadoma saat meninjau lokasi bencana, Minggu (2/2) mengungkapkan bahwa desain jembatan yang buruk menyebabkan material banjir tersumbat, sehingga air meluap dan menggenangi permukiman warga.

"Sebelumnya, masyarakat di sini tidak mengalami bencana seperti ini. Namun, sejak jembatan dibangun dengan desain gorong-gorong, aliran air tersumbat dan menyebabkan banjir besar yang menghanyutkan rumah-rumah warga," ujar Johni.

Selain itu, banjir juga menyebabkan sejumlah jembatan putus, sehingga akses transportasi ke Amfoang Barat Daya dan Fatuleu lumpuh total. Banyak anak-anak tidak bisa ke sekolah karena jalur utama tertutup air.

Kerugian akibat bencana cukup besar. Selain kehilangan rumah, warga juga kehilangan mata pencaharian. Ratusan ternak mati, ratusan hektare lahan pertanian terendam banjir dan petani gagal melakukan penanaman.

"Ini sangat merugikan masyarakat, sementara saat ini pemerintah tengah mendorong program ketahanan pangan," tambahnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Johni menegaskan bahwa solusi utama adalah rekonstruksi jembatan dengan desain yang lebih sesuai dengan kondisi alam setempat.

"Balai Pelaksanaan Jalan Nasional harus melakukan penelitian mendalam terhadap struktur jembatan ini. Jika tidak, bencana akan terus berulang," tegasnya.

Ia juga memastikan bahwa setelah resmi dilantik sebagai wakil gubernur NTT, pemerintah provinsi akan segera mengambil kebijakan konkret untuk menangani permasalahan tersebut.

Metusalak Atte, salah satu korban yang kehilangan rumah meminta agar pembangunan jembatan di masa depan memperhatikan kondisi alam dan kebutuhan masyarakat.

"Gorong-gorong di bawah jembatan selalu tersumbat dan tanggul yang ada tidak mampu menahan arus air. Akibatnya, semua akses jalan terputus dan satu-satunya jalur ke Amfoang kini hanya bisa ditempuh melalui laut atau Oepoli," ungkapnya.

Johni menegaskan bahwa kunjungan tersebut bertujuan untuk mendengar langsung aspirasi masyarakat dan memastikan langkah-langkah penanganan yang tepat.

"Kami akan berjuang agar masalah yang terus berulang ini bisa diatasi dengan solusi yang permanen," pungkasnya.

Banjir tidak hanya berdampak pada Desa Naitae, tetapi juga merendam Desa Tuakau dan Desa Nuataus. Warga berharap pemerintah segera membangun tanggul besar atau merenovasi jembatan dengan desain yang lebih baik.

Sebelum mengunjungi Desa Naitae, Johni Asadoma dan rombongan terlebih dahulu meninjau bencana banjir di Dusun 4 RT 22 Desa Pariti, yang disebabkan oleh luapan kali Noelbiboko. Sebanyak 14 rumah terdampak akibat banjir tersebut.

Ia juga meninjau jembatan Bisnaen dan jembatan Termanu yang menjadi penghubung antara Desa Tuakau dan Desa Manubelon di Amfoang Barat Daya. Kondisi kedua jembatan juga cukup mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Dalam kunjungan tersebut, Johni Asadoma juga memberikan bantuan paket sembako kepada para korban bencana.

Turut hadir sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat, di antaranya, Pdt Pitor Totok (Ketua Klasis Fatuleu Barat), Kores Abraham Laome (Kades Naitae), Benyamin Ndun (Kades Tuakau), Yurit Amanit (Kades Nuataus), Feti Aser Tafetin (anggota DPRD Kabupaten Kupang), Yohanes Hadjo Wele (Camat Fatuleu Barat) dan Melkiur Raja (Kades Pariti). (cr6/ays/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version