NTT Perlu Mendorong Sektor Pertanian, NTT jadi Pasar bagi Daerah Lain

  • Bagikan
FENTI ANIN/TIMEX BERIKAN KETERANGAN. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati, memberikan keterangan pers di Umera Coffee, beberapa waktu lalu.

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, menilai bahwa provinsi NTT perlu mendorong sektor pertanian dan pariwisata, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati, mengatakan, bahwa yang menjadi PR pada tahun 2025, adalah bagaimana mendorong produktivitas di sektor pertanian yang masih rendah, sehingga kebutuhan pangan atau kebutuhan dasar dari masyarakat NTT, lebih banyak ditopang dari luar NTT. Nomor satu yang mensupport Provinsi NTT adalah Jawa Timur, Jakarta, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

"NTT masih menjadi pasar dari provinsi lain, untuk menjual barang-barang hasil produksi dari provinsi lain. Dari sisi pengeluaran sendiri, NTT masih mengalami penurunan yaitu investasi dan ekspor ke luar NTT, atau ke provinsi lain," ujarnya.

Masalah investasi yang menurun, kata Kepala BI, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri juga masih minim, NTT masuk peringkat 25 dari provinsi lain, yang dilirik oleh investor asing dan dalam negeri. Pemerintah perlu berkomitmen untuk mengakomodasi kebutuhan investor sehingga NTT menjadi provinsi yang menarik bagi investor.

"Dua investasi ini yang menjadi kunci untuk pertumbuhan di NTT tahun 2025, kalau dikelola dengan baik, pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih baik dibandingkan tahun 2024," jelasnya.

Dia menjelaskan, untuk investor dalam negeri melihat NTT di urutan ke 30 dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, nomor satu Jakarta dan nomor Jawa Barat. Saat ini NTT hanya mendapatkan investasi Rp3, 4 triliun per tahun.

Dia meminta agar adanya perbaikan di sektor investasi dan pertanian, untuk menyumbang pertumbuhan ekonomi. Jika disimulasikan, bahwa ada investasi di sektor pertanian Rp1 triliun, akan menyumbang pertumbuhan sebesar 2 persen, sedangkan kalau inves di sektor pariwisata akan memberikan dampak pertumbuhan 1,4 persen. Berarti dengan target pertumbuhan ekonomi 4 persen tahun 2025, ditambah dengan 4 persen, maka pertumbuhannya bisa mencapai 6 sampai 8 persen.

"Kondisi ini mempengaruhi harga barang-barang, dimana produktivitas yang kurang, maka permintaan juga kurang, hal ini juga berpengaruh pada angka inflasi," ujarnya.

Bank Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di NTT, minimal agar barang-barang yang masuk ke NTT bisa berkurang, salah satunya dengan mendorong produktivitas pertanian agar lebih meningkat.

"NTT juga perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi. Ada tiga pilar atau program besar yang digagas, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi, akselerasi digitalisasi dan memperkuat daya saing sumber daya manusia," ungkapnya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT juga sudah melakukan upaya untuk pemenuhan kebutuhan air pada lahan pertanian, dengan membantu sumur bor di beberapa kabupaten dan kota di NTT. (thi/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version