KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan (FKKH) Universitas Nusa Cendana (Undana) kembali menggelar pengambilan sumpah dan pelantikan 18 dokter muda angkatan XLIII di Graha Cendana, Selasa (4/2).
Dekan FKKH Undana, Christina Olly Lada memimpin prosesi pelantikan. Rektor Undana, Maxs UE Sanam juga hadir menyaksikan proses itu.
Momen yang menandai langkah awal dalam menjalankan tugas di dunia medis setelah menyelesaikan pendidikan akademik dan praktik klinis ini dihadiri Ketua IDI NTT, Ketua PDUI Cabang Kota Kupang, para dosen dan keluarga.
Rektor Undana, Maxs UE Sanam pada kesempatan tersebut juga menegaskan bahwa FKKH harus segera mempersiapkan diri guna membuka program spesialis. Memang diakui akreditasi prodinya harus unggul dengan didukung dengan dosen yang memadai. Sayangnya, formasi yang dibuka belum terisi.
“Cari dokter spesialis susahnya minta ampun. Bahkan kosong. Ini mesti mengubah strateginya dan harus dibantu alumni. Sayang kalau sekian banyak alumni tapi hanya satu yang kembali,” ungkapnya.
Kepada dokter muda dipesankan agar menjaga etika dan integritas. Dalam pendidikan profesi, etika dan integritas adalah abadi. Maka etika dan moral berada diatas hukum, sebab berkaitan langsung dengan nurani sedangkan hukum bisa di-setting.
“Ketika nurani mengatakan tidak, maka sampaikan tidak. Integritas menyangkut pikiran, kata dan perbuatan. Apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita ucapkan maka itulah integritas. Komunikasi yang baik juga perlu dibangun agar dapat bekerja sama,” katanya.
Dekan FKKH Undana, Christina Olly Lada melaporkan bahwa sejak didirikan tahun 2008, FKKH Undana telah melahirkan sebanyak 594 lulusan dokter. Dari lulusan tersebut, 8-10 persenya tengah mengikuti pendidikan spesialis.
Sedangkan yang lain mengabdikan diri di wilayah 3T. Hal ini sejalan dengan tujuan FKKH yaitu menghasilkan dokter-dokter untuk mengabdi di daerah tertinggal.
“Kami sangat mengapresiasi niat baik para alumni. Namun dari jumlah alumni, hanya satu orang yang kembali menjadi dosen. Untuk itu, sangat diharapkan agar para dokter muda ini terus belajar agar bisa kembali mengabdi di FKKH,” harapnya.
Ia juga berharap kegiatan-kegiatan alumni juga masih sangat minim. Maka diharapkan agar membangkitkan kembali semangat dan bakti kepada almamater.
Ketua IDI Perwakilan NTT, Stef Soka pada kesempatan tersebut menyampaikan selamat kepada para dokter muda yang sudah belajar secara giat hingga bisa bergabung bersama di rumah besar dokter Indonesia.
Ia menegaskan agar dokter baru harus berikhtiar sungguh-sungguh dalam memberikan pelayanan. Harus memberikan pelayanan yang presisi. Dalam mengimplementasikan pelayanan, kata Stef, dokter tidak luput dari tantangan namun bisa dikemas dengan seni ilmu kedokteran yakni menggabungkan ilmu yang telah dipelajari dengan intuisi serta kemampuan menganalisa sehingga mampu memutuskan suatu diagnosis secara tepat.
“Intuisi ini perlu diasah terus menerus dalam pelayanan agar bisa dipertanggungjawabkan,” katanya.
Sedangkan, Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Cabang Kota Kupang, Yudith Kota dalam sambutannya mengingatkan agar para dokter baru dapat bekerja profesional dan patuh terhadap aturan yang berlaku.
“Jangan meniru kebiasaan-kebiasaan senior yang melayani pasien berdasarkan hasil tanya-tanya saja. Harus periksa secara menyeluruh sehingga bisa menemukan semua penyakitnya dan berikan resep yang tepat,” katanya.
Ia berpesan, lakukan tugas secara profesional. Hindari rekayasa pelayanan untuk mengklaim ke BPJS. Kerjakan apa yang ada dan menolak perintah yang melanggar aturan karena niat baik saja tidak cukup di mata hukum.
“Harus berani menolak hal yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku sebab jika suatu waktu diaudit akan berdampak hukum,” cetusnya.
Yudith berpesan agar menjaga attitude. Banyak orang cerdas, pintar, lulus dengan cumlaude tapi attitude-nya buruk maka tidak dipakai. “Harus sopan dan ramah karena yang dihadapi adalah orang-orang sakit. Perlakukan pasien seperti perlakuan yang kita inginkan terhadap diri sendiri. Soal berkat dan rezeki sudah diatur Tuhan dan tidak tergantikan. Jangan mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Apalagi tipu pasien. Cukup berbuat baik, semuanya akan mengikuti,” pesannya.
Sementara, Herman Abatan mewakili para orang tua menegaskan bahwa profesi dokter bukanlah sekadar pekerjaan, melainkan sebuah perutusan kemanusiaan yang sarat nilai-nilai integritas dan pelayanan.
Herman Abatan, ayah dari Lorenza Aurelia Eli Abatan mengungkapkan bahwa perjalanan para dokter baru dalam menempuh pendidikan selama 6–7 tahun bukanlah hal yang mudah. Suka duka, tawa, bahkan linangan air mata mewarnai perjuangan mereka. Namun, berkat kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya mereka dapat berdiri di titik yang penuh kebanggaan ini.
"Kami merasa bangga melihat anak-anak kami di Fakultas Kedokteran. Mereka adalah anak-anak pilihan Tuhan untuk sebuah perutusan, yakni misi kemanusiaan," ujarnya.
Herman yang merupakan warga Atambua ini menegaskan bahwa keberhasilan para dokter baru bukan hanya hasil dari kehebatan pribadi semata, tetapi juga karena bimbingan para dosen dan dukungan lingkungan akademik yang optimal.
Menurutnya, Undana tidak hanya mencetak dokter yang "bukan main-main," tetapi lebih dari itu, mereka mencetak "dokter bukan main" dokter yang memiliki integritas kepribadian, akademik, moral dan religius.
"Anak-anak kami dipahat dan diasah untuk menjadi pelayan masyarakat yang memiliki kompetensi, totalitas, komitmen dan loyalitas tinggi. Mereka ditempa menjadi kader pekerja kemanusiaan yang unggul dalam iman, ilmu dan moral," tambahnya.
Ia berharap para dokter baru dapat mengabdikan diri dengan penuh sukacita, menjadi alat Tuhan bagi mereka yang membutuhkan serta tetap setia dalam tugas.
"Kerja itu adalah rahmat, amanah, panggilan, ibadah, bentuk aktualisasi diri, seni, kehormatan dan pelayanan. Jadilah dokter yang tidak hanya sukses secara profesional, tetapi juga setia dalam menjalankan tugasnya dengan hati," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Herman Abatan menyampaikan pesan kepada para dokter yang baru mengucapkan sumpahnya. Ia mengingatkan bahwa ada empat hal yang tidak bisa diambil dari diri seseorang, yaitu skill (kemampuan), mindset (pola pikir), attitude (sikap) dan karakter.
"Pakailah keempat hal ini dalam hidup. Jadilah pelayan yang berintegritas, dokter yang empati dan simpatik. Hadirkan selalu solusi cerdas dan harapan bagi mereka yang lelah, letih dan berbeban berat. Jadilah dokter yang ELOK (Elegan, Loyal, Objektif, dan Konsisten)," pesannya.
Ia juga berpesan agar para dokter baru tetap teguh dalam prinsip hidup mereka meskipun menghadapi berbagai tantangan. "Jika ada saat di mana Anda tidak disukai orang, tetaplah senyum dan diam dengan prinsip 'Smile is beautiful and Silence is golden'. Jika Anda belum menemukan orang baik di sekitar Anda, jadilah orang baik itu," tutupnya. (cr6/ays/dek)
18 Dokter Muda yang Dilantik
1. dr Gloria Harpazo Lai, SKed
2. dr Rambu Hana Pandarangga, SKed
3. dr Putri Amelinda Lubalu, SKed
4. dr Lidya Lyke Sonbait, SKed
5. dr Merizaputri Wihelmina Kotta, SKed
6. dr Bintang Musa Bessie, SKed
7. dr Gilberth Umbu Kaledi Sagabulang, SKed
8. dr Rosina Wiwin So'o, SKed
9. dr Clarensius Giovani Boni Kefi, SKed
10. dr Vinsensius Idelfonsus Fence Masu, SKed
11. dr Lorenza Aurelia Eli Abatan, SKed
12. dr Dania Ekasanti Maryono Seran, SKed
13. dr Maria Klaudia Redlich Galut, SKed
14. dr Stevania Vincenisia Nau, SKed
15. dr Irwanda Vinarti Saputri Tegu, SKed
16. dr Anggi Rahmandinah Susilowati, SKed
17. dr Juniar Sanjas Fajareni, SKed
18. dr Putu Dinda Pramesti, SKed