Januari-Februari, 808 Ternak Babi Mati,Dinas Pertanian Belum Pastikan Penyebab

  • Bagikan
IST PERIKSA. Petugas Puskeswan secara rutin memeriksa kesehatan ternak warga, Rabu (12/2).

ENDE, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Dua bulan terakhir, (Januari-Februari) masyarakat khususnya peternak babi resah atas kematian ratusan babi peliharaan. Mereka menduga, kematian ternak mereka karena terserang virus ASF.

Namun demikian, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende, Gadir Dean yang dikonfirmasi, Rabu (12/2) mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah babi yang mati tersebut terkena virus ASF.

"Mendapat informasi kami langsung menerjunkan dokter hewan dan petugas penyuluh lapangan dalam rangka memastikan kematian babi- babi tersebut dengan mengambil sampel babi yang mati," kata Gadir.

Dia menyebutkan, hingga kini pihaknya belum bisa memastikan apakah babi yang mati tersebut karena virus ASF, karena belum menerima hasil laboratorium dari Denpasar-Bali.

"Kalau kita sudah dapat hasil baru kita tahu apakah terkena virus ASF atau bukan. Kita masih tunggu. Jangan- jangan terkena hog cholera atau classical swine fever karena kondisi sekarang musim penghujan," sebutnya sambil menambahkan, apalagi jika kandang dalam keadaan basah dan lembab.

African swine fever (ASF) kata Gadir, adalah virus bukan penyakit yang bisa dilihat secara kasat mata, namun harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.

Seperti kejadian di Desa Wolotolo kata Gadir, ada ternak babi yang hilang nafsu makan, namun setelah diberikan obat kembali sehat.

"Kita bisa menduga mungkin babi kena hog cholera karena saat ini musim hujan angin dan sanitasi kandang tidak diperhatikan," katanya.

Dirinya berharap masyarakat khususnya peternak babi terus menjaga sanitasi kandang dengan menerapkan biosecurity atau menjaga kebersihan kandang.

"Kita juga akan memperketat pengawasan lalu lintas penjualan babi dari luar. Selain itu, terus melakukan sosialisasi dan pendampingan agar warga terus menjaga kebersihan kandang dan menyemprot disinfektan," ujarnya.

Data yang dihimpun dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende, sebanyak 808 ternak babi di Kabupaten Ende mati dalam rentang waktu Januari-Februari 2025.

Terpisah, Kepala Desa Wolotopo, Kosmas Leda Se yang dikonfirmasi, Rabu (12/2) membenarkan kematian ratusan babi milik warga Wolotopo Kecamatan Ndona.

Dia menyebutkan, dalam sehari bisa  lima sampai enam ekor babi milik warganya mati secara mendadak. Pihaknya sudah melapor ke dinas, namun hingga kini belum bisa memastikan penyebab matinya ratusan babi tersebut.

Kosmas menyebutkan, sebagai langkah awal, Pemerintah Desa Wolotopo telah mengambil langkah antisipasi guna mencegah bertambahnya jumlah kasus kematian babi.

"Sosialisasi dan penjelasan kami lakukan kepada masyarakat atau peternak babi agar menguburkan babi yang sudah mati sehingga tidak terjangkit ke babi yang lain," kata dia. (kr4/ays/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version