Sekali Tanam Omzet Puluhan Juta

  • Bagikan
LOMBOK POS PETIK. Seorang warga Desa Rarang saat memetik bunga Marigold di sawah milik Lalu Suandi, pembudi daya bunga Marigold di Desa Rarang Kecamatan Terara, Selasa (11/2).

Melihat Budi Daya Bunga Marigold di Desa Rarang

Di tangan orang yang memiliki keahlian dalam bertani, bunga bisa menjadi pundi-pundi Rupiah. Seperti yang dilakukan oleh Lalu Suandi, warga Desa Rarang Kecamatan Terara yang sukses melakukan budi daya bunga Marigold.

SUPARDI, Lombok Timur

DI tengah-tengah menghijaunya tanaman padi milik petani dan gagahnya Rinjani di kejauhan, terlihat satu petak sawah dipenuhi bunga berwarna kuning yang sedang mekar. Pemandangan itu membuat suasana di areal persawahan tersebut sedikit berbeda.

Bunga-bunga ini bukan sekadar untuk memberikan pemandangan indah di sawah, namun sengaja dibudidayakan. Bunga yang dinamakan Marigold ini di budidayakan Lalu Suandi, seorang warga Repok Payung Desa Rarang, Kecamatan Terara Lombok Timur (Lotim).

Budi daya bunga dengan warna kuning ini telah dilakoni sejak lima tahun lalu. Bahkan ia berhasil memberikan contoh kepada warga yang lain untuk mengembangkan usaha bunga Marigold. “Bijinya kita beli, kemudian disemai sendiri, baru kemudian setelah satu bulan kita pindah tanam ke sawah,” beber Lalu Suandi, Selasa (11/2).

Budi daya bunga ini sama dengan tanaman yang lain, yang membutuhkan perawatan ekstra. Mulai dari pembuatan bedengan kemudian sebelum ditanam, lahan diberikan pupuk dasar. Termasuk sebelum panen pemupukan juga rutin dilakukan selama tiga kali.

Setelah tanaman mengeluarkan kuncup bunga, baru dilakukan penyemprotan fungisida, agar tetap sehat dan tidak terserang penyakit dan hama. “Kalau bunganya sudah terkena bercak daun dan bercak bunga, konsumen tidak mau membeli. Sehingga kita harus betul-betul perhatikan dengan bagus,” imbuhnya.

Bunga Marigold ini biasanya dijual ke Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat untuk digunakan ibadah oleh umat Hindu. Selain itu bunga ini juga bisa dijadikan sebagai olahan makanan, seperti bahan pembuatan bolu, teh, keripik dan bahan pembuatan parfum. “Kalau bunga Marigold jenis ini dia tidak bau. Sehingga bisa dijadikan sebagai bahan makanan. Cuma kita masih belum bisa mengolahnya. Untuk itu kami sangat berharap ada yang membimbing kami,” ungkapnya.

Dalam 10 ribu benih ia bisa panen bunga sebanyak 3-4 kuintal. Sementara panen dilakukan hampir setiap hari dengan masa produktif selama tiga bulan, bahkan lebih. Sehingga tanaman bunga Marigold sangat menjanjikan untuk dikembangkan oleh masyarakat.

Untuk harga sendiri, pada musim tanam ini diakui masih kategori sedang yakni seharga Rp 20 ribu per kilogram. Sementara harga paling tinggi yakni mencapai Rp 30-Rp 35 ribu per kilogram. Sedangkan harga paling rendah  Rp 7-10 ribu per kilogram.

Dalam sekali tanam omzet yang didapatkan paling minim Rp 15 juta. Namun jika harga bagus omset bisa tembus diangka Rp 20-30 juta, dengan luas lahan sekitar 70 are.

“Kita belum bisa kirim ke Bali. Karena di sana juga banyak yang budi daya. Namun dari pengakuan konsumen kualitas bunga kita di Lombok jauh lebih bagus dan lebih tahan, tidak mudah rusak. Makanya teman-teman kita yang beragama Hindu lebih senang pesan dari kami,” ungkapnya.

Permintaan bunga Marigold ini bisanya akan meningkat menjelang hari raya Nyepi dan Galungan. Bahkan dirinya sampai tidak bisa memenuhi permintaan. Untuk itu dia berharap masyarakat sekitar bisa mengembangkan bunga Marigold. Terlebih tanaman ini tidak terlalu rewel dan tidak semahal perawatan sayur-sayuran seperti tomat dan cabai.

Budi daya bunga Marigold ini juga dijadikan sebagai objek wisata bagi masyarakat. Bahkan lokasi budi daya bunga ini juga dijadikan areal car free day (CFD) dan pasar alam oleh masyarakat.

“Keuntungannya banyak. Selain bunganya dijual langsung, namun juga bisa menjadi objek wisata. Alhamdulillah semenjak adanya budi daya bunga ini berdampak juga terhadap UMKM kita Desa Rarang,” tutupnya. (par/r6/jpg/ays/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version