KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditandai demam disertai perdarahan.
Bila tidak segera ditolong dapat mengancam nyawa. Fase pertama dari DBD ditandai gejala demam tinggi yang tiba-tiba muncul. Gejala akan muncul setelah empat sampai tujuh hari penderita terinfeksi virus dengue.
Untuk Provinsi NTT, jumlah kasus tahun 2024 dari bulan Januari–Februari sebanyak 2.152 kasus dengan enam kematian. Tahun 2025 periode Januari–11 Februari, berjumlah 616 kasus dengan dua kasus kematian di Kota Kupang.
Diperkirakan, pada bulan Februari masih terus terjadi penambahan kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P), Erlina Salmun saat dikonfirmasi Timor Expres, Jumat (14/2) menjelaskan, dari 22 kabupaten/kota di Provinsi NTT, penyumbang kasus DBD paling tinggi adalah Kabupaten Sabu Raijua dengan 149 kasus DBD. Diikuti Kabupaten Ngada sebanyak 61 kasus, Kabupaten Alor 59 kasus, Kota Kupang 45 kasus dengan dua kematian, Kabupaten Sikka 38 Kasus, Kabupaten Kupang 37 kasus, TTU 36 kasus, Manggarai Barat 28 kasus, Sumba Barat 20 kasus, Sumba Barat Daya 18 kasus, Belu 15 kasus, Manggarai Timur 14 kasus, Flrores Timur 9 kasus, Sumba Timur dan Manggarai 4 kasus, TTS, Lembata, Nagekeo masing-masing 3 kasus serta Sumba Tengah 2 kasus. Sedangkan kabupaten yang bersih dari kasus DBD yakni Kabupaten Ende, Rote Ndao dan Malaka.
Dikatakan, perbandingan kasus Januari-Februari 2025 dan Januari-Februari 2024, ada penurunan kasus DBD. Artinya, kesadaran masyarakat mulai meningkat, menjaga dan mengantisipasi lonjakan kasus DBD. Tahun 2024 sebanyak 2.152 kasus DBD dengan kematian enam kasus. Sedangkan tahun 2025 sebanyak 616 kasus dengan dua kematian.
“Perbandingan kasus DBD tahun 2024 dan 2025 khusus bulan Januari-11 Februari terjadi penurunan drastis. Artinya tingkat kesadaran masyarakat meningkat, mengantisipasi dan menjaga sehingga tidak terjadi lonjakan kasus,” ungkap Erlina.
Menurutnya, terjadinya kasus DBD karena rendahnya partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tempat-tempat yang menjadi sarang jentik nyamuk disekitar rumah.
Erlina menambahkan, dengan adanya penyebaran nyamuk wolbachia di beberapa wilayah di Kota Kupang tahun lalu, dampaknya bermanfaat terjadinya penurunan kasus DBD. (dek/ays)
Distribusi Kasus dan Kematian DBD pada Periode Bulan Juanuari-Februari 2024 dan Januari–11 Februari 2025
Kab/Kota Tahun 2025 (Januari) Tahun 2024 (Januari)
Penderita Meninggal Penderita Meninggal
Kota Kupang 45 2 89 1
Kupang 37 0 173 1
TTS 3 0 21 0
TTU 36 0 4 0
Belu 15 0 73 2
Rote Ndao 0 0 2 0
Alor 59 0 33 0
Flores Timur 9 0 2 0
Lembata 3 0 3 0
Ende 0 0 8 0
Sikka 38 0 820 1
Ngada 61 0 27 0
Nagekeo 3 0 47 0
Manggarai 4 0 88 0
Manggarai Timur 14 0 13 0
Manggarai Barat 28 0 153 0
Sumba Timur 4 0 404 1
Sumba Barat 20 0 86 0
Sumba Barat Daya 18 0 52 0
Sumba Tengah 2 0 44 0
Sabu Raijua 149 0 10 0
Malaka 0 0 0 0
Total NTT 616 2 2152 6
SUMBER: Dinas Kesehatan Provinsi NTT