Enam Ekor Babi Positif ASF di UPT Pembibitan dan Produksi Ternak Instalasi Tarus

  • Bagikan
Melky Angsar

Dinas Peternakan NTT Belum Dapat Laporan Babi Mati di Ende

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Terkait matinya 808 ternak babi dalam rentang waktu Januari-Februari 2025 di Kabupaten Ende, hingga kini Dinas Peternakan Provinsi NTT belum mendapat laporan untuk tindak lanjut.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar ketika dikonfirmasi Timor Express di ruang kerjanya, Jumat (14/2) mengaku, Dinas Peternakan Provinsi NTT belum mendapat laporan sehingga belum mengambil langkah selanjutnya. Jika telah ada laporan, segera ditindaklanjuti pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium guna memastikan virus apa yang menyerang ternak babi hingga mati. Karena, gejala African Swine Fever (ASF) dan hog cholera hampir sama.

Hog cholera ada vaksinnya, sedangan ASF tidak ada vaksin, hanya pembersihan kandang.

“Kami belum dapat laporan soal kematian ternak babi dari Kabupaten Ende. Sehingga kami belum mengambil langkah. Yang sudah ada laporan itu baru Kabupaten Sikka,” jelas Melky.

Dijelaskan, Kabupaten Sikka telah melaporkan ada ternak babi mati dan hasil pemeriksaan laboratorium terserang ASF. Karena tidak ada obat untuk ASF, Dinas Peternakan Provinsi NTT mengirim vitamin dan disinfektan untuk penyemprotan kandang.

Menurut Melky, ASF adalah penyakit yang sangat menular dan mematikan pada babi. ASF dapat menyerang babi liar maupun ternak dan tidak menular ke manusia.

Sebelumnya dalam dua bulan terakhir (Januari-Februari), peternak babi resah akibat kematian ratusan ternak babi. Peternak menduga, kematian itu karena terserang ASF.

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Ende, Ibrahim Gadir Dean yang dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Rabu (12/2) mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah babi yang mati tersebut terkena virus ASF.

"Mendapat informasi kami langsung menerjunkan dokter hewan dan petugas penyuluh lapangan dalam rangka memastikan kematian babi- babi tersebut dengan mengambil sampel babi yang mati," kata Ibrahim.

Dia menyebutkan, hingga kini pihaknya belum bisa memastikan apakah babi yang mati tersebut karena virus ASF, karena belum menerima hasil laboratorium dari Denpasar-Bali.

"Kalau kita sudah dapat hasil baru kita tahu apakah terkena virus ASF atau bukan. Kita masih tunggu. Jangan- jangan terkena hog cholera karena kondisi sekarang musim penghujan," sebutnya sambil menambahkan, apalagi jika kandang dalam keadaan basah dan lembab.

Seperti kejadian di Desa Wolotolo, kata Ibrahim, ada ternak babi yang hilang nafsu makan, namun setelah diberikan obat kembali sehat.

"Kita bisa menduga mungkin babi kena hog cholera karena saat ini musim hujan angin dan sanitasi kandang tidak diperhatikan," katanya.

Untuk itu, dirinya berharap masyarakat khususnya peternak babi terus menjaga sanitasi kandang dengan menerapkan biosecurity atau menjaga kebersihan kandang.

"Kita juga akan memperketat pengawasan lalu lintas penjualan babi dari luar. Selain itu, terus melakukan sosialisasi dan pendampingan agar warga terus menjaga kebersihan kandang dan menyemprot disinfektan," ujarnya.

Terpisah, Kepala UPTD Pembibitan Ternak dan Produksi Pakan Ternak Dinas Peternakan Provinsi NTT, Edward S Geong di ruang kerjanya menjelaskan, ternak babi di UPT Pembibitan dan Produksi Ternak Instalasi Tarus sebanyak enam ekor positif ASF. Setelah diperiksa, semuanya positif dan pihaknya telah mengambil langkah penanganan. (dek/kr4/ays)

  • Bagikan

Exit mobile version