Kepsek Hingga Operator Belajar Jurnalistik dan Content Creator, dari Pelatihan Jurnalistik yang Diikuti 42 SMA/SMK di Kota Kupang

  • Bagikan
INTHO HERIZON TIHU/TIMEX SAMBUTAN. Kepala Disdikbub NTT, Ambrosius Kodo ketika menyampaikan sambutan di sela kegiatan pembukaan workshop Jurnalistik dan Content Creator di Hotel Swiss Belcourt Kupang, Senin (17/2).

Pesatnya perkemabangan teknologi dewasa ini juga berdampak pada penyebaran berita dan informasi. Karena itu, setiap orang juga harus memiliki dasar jurnalistik agar dapat menyaring setiap berita dan informasi yang diperoleh dengan baik.

INTHO HERISON TIHU, Kupang

KEPALA Sekolah (Kepsek), Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Humas dan Operator Media dari 42 SMA/SMK yang tergabung dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Kupang mendapat bekal ilmu jurnalistik dan content creator.

Kegiatan bertajuk "Workshop Jurnalistik dan Content Creator bagi Wakasek Humas dan Operator Media Jenjang SMA dan SMK Kota Kupang” ini dibuka secara resmi oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambrosius Kodo di Hotel Swiss Belcourt Kupang, Senin (17/2).

Workshop kali ini menghadirkan tiga pemateri dari para jurnalis profesional baik dari media elektronik maupun media cetak yakni Ryan Nong (Wartawan Pos Kupang) membawakan materi tentang Digital Activity. Kalix Taus, Kepala Biro Kompas TV Kupang membawakan materi tentang Konten Kreator (Video Reels) dan Kekson Salukh wartawan Victory News tentang Teknik Dasar Penulisan Karya Jurnalistik.

Ketua Panitia, Semi Ndolu yang juga Kepsek SMKN 4 Kupang dalam laporannya menyebut era transformasi teknologi dan media digital saat ini, kehadiran Key Opinion Leader (KOL) seperti para jurnalis dan content creator berbagai platform media sosial memegang peranan yang sangat penting. KOL dapat menjadi sumber informasi yang dipercaya oleh pengikutnya dan dapat mempengaruhi opini dan pandangan orang-orang, bahkan keputusan pemerintah sekalipun sehingga di kalangan masyarakat terdapat adagium yg mengatakan "no viral no justice".

Ia menyebut, kondisi ini membuat masyarakat mulai menggandrungi budaya baru yang bernama "viral". Budaya duduk bersama dan bermufakat mencari solusi atas sebuah persoalan pun akhirnya menjadi tidak penting lagi. Kebenaran absolut seolah menjadi milik mereka yang kreatif mempublish sebuah informasi, mengedit foto dan video, mengolah kata. Dan ketika informasi tersebut dikonsumsi oleh masyarakat maka dengan kekuatan dalil kebenaran apapun, seringkali tidak mampu membatalkan.

Lanjut Semi, akhir-akhir ini khususnya dunia pendidikan menjadi sorotan publik karena berbagai publikasi medsos. Padahal ada begitu banyak potensi dan praktik baik di sekolah yang dapat mengisi ruang publik melalui berbagai platform digital berbasis media sosial yang hemat kami belum secara rutin dan profesional dikelola sehingga ruang-ruang medsos lebih banyak berisi informasi seperti pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, narkoba, bullying dan lainnya.

Hal inilah yang mendorong MKKS SMK dan SMA Kota Kupang melakukan diskusi kolaboratif dengan rekan-rekan jurnalis ditambah dukungan Kadisdik untuk mengadakan sebuah kegiatan workshop penulisan karya jurnalistik dan content creator bagi kepala sekolah, Waka Humas dan Operator Media sosial sekolah.

Kegiatan ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap program GENTABELIS yang digagas Kadis Dikbud NTT khususnya berkaitan dengan literasi digital dan juga Hari Pers Nasional (HPN) dan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang ke-79 pada tanggal, 9 Februari 2025 lalu.

“Peserta dalam hal ini para Kepsek, Waka Humas dan operator media sosial sekolah memiliki pemahaman teoritis dan praktis terkait etika dan kiat penulisan karya jurnalistik dan video content kreatif yang dapat mempublikasikan praktik baik di masing-masing sekolah baik yang berkaitan dengan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler,” katanya.

Disebutkan bahwa upaya tersebut juga sebagai bentuk meningkatkan branding dan positioning sekolah sekaligus sebagai bentuk akuntabilitas sekolah kepada masyarakat dalam pengelolaan sekolah berkualitas dan berdaya saing.

“Kepala sekolah, wakil kepala sekolah Humas dan Operator Media Jenjang SMA dan SMK se-Kota Kupang, Unsur undangan sebanyak 120 orang,” sebutnya.

Sementara Kapala Disdikbud NTT, Ambrosius Kodo dalam kesempatan tersebut mengapresiasi upaya kolaborasi yang dilakukan MKKS SMA dan SMK untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Dikatakan bahwa sekolah merupakan wadah untuk membentuk generasi bangsa untuk memiliki kecerdasan akademik dan memiliki karakter yang baik. “Orang sukses bukan soal nilai akademiknya tetapi karakternya juga harus perlu didukung. Maka sekolah menjadi wadah untuk memproses semua perjalanan kehidupan manusia,” sebutnya.

Untuk itu, Ambros mengajak semua Kepsek untuk pikir dan mendesain akan masa depan anak-anak. Pemimpin harus memiliki mimpi kedepan. Mimpi tentang pengembangan sekolah dan masa depan anak-anak.

“Jangan hanya berpikir soal tiga tahun anak tersebut di sekolah tetapi berpikir masa depan anak setelah tamat. Itulah guru. Harus mengetahui kemana anak itu pergi setelah tamat,” tegasnya.

“Kalau belum bisa membuat perubahan, setidaknya bisa membuat pembeda,” tambahnya Ambros memotivasi para Kepsek.

Ia menyebut jurnalis di sekolah itu sangat penting. Banyak hal telah dibuat di sekolah namun bisa rusak dengan hal yang kecil dan sepele.

Berikan informasi yang positif agar memberikan. Maka, menjadi content creator tidak dilarang tetapi harus memperhatikan norma-norma yang ada dan harus mendapatkan izin dari pimpinan.

Ia juga mengingatkan agar program Gentabelis mesti digencarkan di sekolah agar menumbuhkan kembang literasi bagi anak-anak.

“Dorong anak-anak untuk terus berprestasi. Tidak ada yang melarang bermedia sosial tetapi selesai kerja atau mengajar baru bermedsos agar lebih fokus,” pungkasnya. (gat/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version