Pererat Kerja Sama, FKM Undana-PKBI NTT Teken MoU

  • Bagikan
TEKEN MoU : Dekan FKM Undana Apris A. Adu dan Ketua Pengurus Daerah PKBI NTT David B. W. Pandie disaksikan para pejabat kedua pihak menandatangani MoU atau kerjasama di bidang Pendidikan, Penelitian,Pengabdian Kepada Masyarakat, Peningkatan Kualitas SDM yang berlangsung di Dapur Nekamese, Jumat (21/2).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tenggara
Timur (NTT), menandatangani kesepahaman bersama (Memorandum of Understanding (MoU) dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undana.

Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Dekan FKM Undana, Prof. Dr. Ir. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes, dan Ketua Pengurus Daerah PKBI NTT, Dr. David B. W. Pandie, MS, bertempat di Restoran Dapur Nekamese, Kupang, Jumat (21/2). Hadir pada kesempatan itu Direktur Pelaksana PKBI NTT, Moudy Taopan dan para pejabat FKM Undana.

Penandatanganan nota kesepahaman oleh kedua belah pihak ini menyangkut pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan dukungan program merdeka belajar kampus merdeka.

Adapun ruang lingkup kerja sama kedua lembaga itu mencakup tiga aspek. Pertama, program penunjang kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi bidang psikologi dan kesehatan masyarakat. Kedua, bidang penelitian, dan ketiga, bidang pengabdian kepada masyarakat.

Dekan FKM Undana, Prof. Dr. Ir. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes dalam menyambut baik perpanjangan kerja sama antara PKBI NTT dan FKM Undana yang telah terjalin selama ini. "Rasa hormat dan bangga bagi kami karena telah bekerjasama dengan institusi besar PKBI NTT selama enam tahun terakhir," kata Apris mengawali sambutannya.

Dalam kurun waktu kerja sama tersebut, lanjutnya, kedua lembaga telah berupaya menurunkan angka kematian ibu dan anak dan berbagai macam penyakit ikutan lainnya, seperti penyakit reproduksi, penyakit akibat pergaulan bebas yang dilakukan bersama, khususnya Prodi Psikologi dan Prodi Kesehatan Masyarakat. "Kami sudah punya program bersama dan sampai hari ini FKM masih eksis berkat dukungan dari PKBI," katanya.

Doktor Apris tak menampik jika kolaborasi bersama PKBI NTT merupakan penggerak utama dalam mengajarkan para mahasiswa/i FKM Undana yang melakukan praktek belajar lapangan dan melakukan magang di tengah masyarakat.

"Kami selalu berkolaborasi karena kami sangat membutuhkan PKBI karena merekalah yang merupakan penggerak bagi kami untuk bisa mengajarkan anak-anak kami terutama mahasiswa yang melakukan praktek belajar lapangan dan juga magang di masyarakat. Kami tahu bahwa NTT ini merupakan lab masyarakat yang terbesar dalam berbagai penyakit menular dan juga sedikit penyakit tidak menular," ujarnya.

Dia mengakui bahwa kenyataan yang dihadapi NTT dewasa ini adalah angka kemiskinan yang tinggi, angka kematian ibu dan anak tinggi, angka stunting tinggi, sehingga untuk memecahkan persoalan tersebut tentunya tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, tetapi harus dengan berkolaborasi semua pihak. "Kami sangat berterimakasih dengan kahadiran PKBI yang sudah enam tahun bersama FKM Undana menjalin kerja sama," tuturnya.

Ketua Pengurus Daerah PKBI NTT, Dr. David B. W. Pandie, MS pada kesempatan itu menjelaskan, PKBI merupakan organisasi yang tergabung dalam International Planned Parenthood Federation (IPPF) atau Federasi Keluarga Berencana Internasional.

Menurut Dr. David, lembaga ini fokus utamanya pada kesehatan reproduksi remaja, yakni bagaimana membangun masyarakat agar mandiri dan berdaya membangun generasi yang berkualitas melalui kesehatan reproduksi.

David menyebutkan, di Provinsi NTT sudah banyak intervensi yang dilakukan dari berbagai pihak. Ia berharap ke depannya kerja sama yang lebih intens lagi dengan semua pihak yang memiliki konsen yang sama terhadap reproduksi remaja.

Saat ini, kata David Pandie, banyak mahasiswa FKM Undana yang tercatat sebagai relawan di PKBI NTT. Ini karena PKBI memiliki semangat membangun sukarelawan, terutama remaja putri yang selama ini menjadi fokus PKBI. "Para relawan ini membentuk kelompok diskusi, membentuk aksi-aksi. Itulah yang menjadi kekuatan dari PKBI selain dari intervensi lainnya," katanya.

David mengakui bawa persoalan kesehatan reproduksi NTT belum tuntas diselesaikan. Ini karena sering terbentur dengan persoalan yang masih mengandalkan pendekatan parsial, sehingga program-program yang dijalankan adalah program one shoot atau program yang berjalan satu kali.

"Kita berharap kerja sama, kolaborasi bersama FKM Undana bisa menyelesaikan secara tuntas, karena ini merupakan masalah ekosistem yang sangat berat, karena terkait dengan masalah budaya, ekonomi, sosial, pedidikan sehingga banyak institusi yang menangani dari perspekstif masing-masing secara integratif sehingga semakin baik untuk menyelesaikan," kata mantan Staf Ahli Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ini. (yl/aln)

  • Bagikan