Promosi Platform Telekonseling dan Bentuk Pokja PMBA

  • Bagikan
IMRAN LIARIAN/TIMEX POSE BERSAMA. Para peserta kegiatan pose bersama dengan pihak Unicef, PERSAGI dan Dinkes NTT di sela kegiatan Sosialisasi Telekonseling Menyusui dan Pembentukan Pokja PMBA di Hotel Neo Aston, Selasa (25/2).

Bantu Ibu Hamil Atasi Masalah Menyusui dan Cegah Stunting

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-65, tanggal 25 Januari, maka Kementerian Kesehatan RI mengusung tema 'Pilihan Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat'. Terkait masalah gizi, Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) NTT mendapat dukungan dana dari Unicef Perwakilan NTB dan NTT di Kupang dan menggelar beberapa kegiatan untuk mempromosikan dukungan bagi praktik Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Salah satu kegiatan yang digelar yakni kampanye publik di arena Care Free Day (CFD) bersama pihak Poltekkes Kemenkes Kupang pada tanggal 25 Januari lalu serta beberapa kegiatan lainnya. Termasuk sosialisasi Platform Tele Konseling Menyusui Kemenkes RI dan Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Provinsi NTT.

Kegiatan sosialisasi dan pembentukan Pokja tersebut merupakan puncak perayaan HGN ke-65 bertempat di Hotel Neo Aston Kupang, Selasa (25/2). Kegiatan ini berlangsung secara hybrid dan dihadiri oleh Dinkes dan seluruh Puskesmas dari 22 kabupaten/kota se-NTT, perwakilan tokoh agama (MUI), organisasi profesi (IDAI, Persagi, IBI), LSM (100 Hari, Compassion) dan konselor menyusui.

Ny. Ha’i Raga Lawa selaku Nutrition Officer Unicef Perwakilan NTT dan NTB mewakili Kepala Unicef Kupang menjelaskan bahwa kegiatan yang digelar ini merupakan bagian dari dukungan Unicef Indonesia bagi upaya pemerintah Indonesia dalam percepatan pencegahan stunting di Provinsi NTT dan didukungan oleh Tanoto Foundation.

Dikatakan bahwa Unicef yang merupakan lembaga dunia PBB memiliki mandat untuk perlindungan hak-hak anak. Salah satunya adalah hak anak untuk tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi dirinya, tanpa masalah gizi termasuk stunting melalui pemenuhan hak mendapatkan standar emas PMBA.

"Kami berharap agar seluruh konselor menyusui dan konselor PMBA yang sudah terlatih di seluruh NTT dapat mendaftarkan diri pada platform telekonseling menyusui Kemenkes RI ini," jelasnya.

Menurutnya, layanan ini dapat disebarluaskan ke seluruh melalui jaringan organisasi keagamaan, organisasi profesi, Puskesmas, Posyandu termasuk media dan media sosial. Dengan demikian maka bisa memberi manfaat bagi peningkatan perbaikan masalah gizi di NTT, terutama pada masalag stunting yang masih tinggi.

Dikatakan juga bahwa, tersedianya layanan telekonseling menyusui di wilayah NTT oleh para konselor terlatih maka diharapkan dapat membantu para ibu hamil dan menyusui atau anggota keluarga yang mengalami masalah dalam praktik menyusui dalam keluarga atau disekitarnya.

Karena itu, Pokja PMBA yang akan dibentuk dapat memperkuat program pemerintah dalam melindungi implementasi PMBA yang merupakan intervensi gizi spesifik dalam percepatan pencegahan stunting di provinsi NTT.

Unicef Indonesia juga mendukung Kemenkes RI dalam pengembangan dan launching platform Telekonseling Menyusui Kemenkes dan Pembentukan Pokja PMBA di tahun 2024.

"Kehadiran Pokja PMBA yang merangkul berbagai lintas sektor ini diharapkan dapat memberi perlindungan bagi praktik PMBA di NTT," ungkapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Iien Adriany yang diwakili Kabid Kesmas, Iwan M. Pelokilla menjelaskan bahwa saat ini telah memasuki era digitalisasi. Karena itu, dengan adanya aplikasi Telekonseling sangat penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu menyusui, misalnya setelah ibu melahirkan maka kurang dari satu jam itu sudah harus melakukan Inisiasi Menyusui Dini atau IMD.

"Edukasi seperti inilah yang merupakan bagian dari tugas konselor," ujarnya.

Sehingga dengan adanya aplikasi Telekonseling ini untuk mempersingkat waktu atau memperpendek jarak. Pasalnya, kondisi geografis wilayah NTT merupakan provinsi kepulauan ini dan Telekonseling ini sangat bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

Diakui, ada beberapa Puskesmas di NTT yang belum tersambung jaringan internet. Dan, hal itu akan tetap menjadi perhatian pemerintah.

"Data kami itu ada 171 Puskesmas yang belum tersambung jaringan internet. Sehingga, sedang diupayakan oleh Kementerian Kesehatan untuk menaruh fasilitas jaringan internet," ungkapnya.

Terkait masalah stunting ini berkaitan erat dengan gizi. Mengenai PMBA ini, kata Iwan, merupakan tugas dari sektor kesehatan. Usia 0 bulan sampai 6 bulan itu harus ASI eksklusif, sedangkan 6 bulan sampai 23 bulan itu diberikan ASI ditambah dengan makanan pendamping ASI sampai dengan anak berusia 2 tahun.

Sementara Ketua DPD Persagi NTT, Agusthina Rosphita menjelaskan bahwa tenaga-tenaga yang melaksanakan konselor ini merupakan ahli gizi. Mereka berada di semua kabupaten/kota se-NTT.

"Kami mensupport teman-teman ahli gizi, teman-teman konselor untuk bisa melakukan Telekonseling ini sehingga tujuan anak-anak tidak lagi stunting bisa tercapai," pungkasnya.

Untuk diketahui, dalam kegiatan tersebut ada sesi penyampaian materi dari Kemenkes RI, Zahrotus Sholuhiyah S.Gz, Sekretaris Pokja PMBA Pusat, dr. Hikmah Kurniasari MKM, CIM dan dari Dinkes NTT. Selain itu, ada demo dan berbagi cerita sukses penggunaan layanan Telekonseling dengan ibu bayi dari Puskesmas Bakunase. (r1/gat/dek)

  • Bagikan