Dipicu Indeks Kepuasan Konsumen yang Berada di Level Ekspansif
JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Nilai tukar (kurs) rupiah menguat menjadi Rp 16.445 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Selasa (4/3). Angka ini tercatat menguat 35 poin dibandingkan dengan penutupan para perdagangan sebelumnya yang anjlok di level Rp 16.480.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan Presiden Trump mengonfirmasi bahwa tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku. Ia juga menandatangani perintah untuk menaikkan tarif atas barang-barang Tiongkok dari 10 persen menjadi 20 persen.
"Peningkatan tarif atas barang-barang Tiongkok semakin menegangkan hubungan antara AS dan Tiongkok. Tiongkok berjanji akan mengambil tindakan balasan terhadap tarif AS untuk melindungi kepentingannya, sementara Kanada mempersiapkan pembalasannya sendiri," kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (4/3).
Dia juga menjelaskan, tarif ini diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian perdagangan, mengganggu rantai pasokan, dan melemahkan permintaan ekspor, sehingga merugikan pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan investor di pasar Asia.
Selain itu, penghentian sementara semua bantuan militer AS ke Ukraina dikonfirmasi oleh seorang pejabat Gedung Putih menyusul bentrokan antara Trump di Ruang Oval dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy minggu lalu.
"Pasar telah melihat semakin jauhnya jarak antara Gedung Putih dan Ukraina sebagai tanda potensi meredanya konflik yang dapat berujung pada pencabutan sanksi bagi Rusia," jelasnya.
Baca Juga: Viral Mobil Hanyut Terseret Banjir di Bekasi, BPBD Pastikan Penumpang Selamat
Di sisi lain, penguatan rupiah juga didorong oleh konsumsi domestik Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang patut diapresiasi. Sebab ditengah tantangan global yang berlanjut, Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) tercatat di level ekspansif 127,2 pada Januari, sedangkan Indeks Penjualan Ritel (IPR) masih tumbuh positif 0,4 persen.
Hal ini, kata Ibrahim, menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga dan menjadi pilar utama penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan stabilitas konsumsi masyarakat tersebut ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah, diantaranya diskon tarif listrik sebesar 50 persen pada Januari dan Februari 2025.
"Program ini tidak hanya membantu menekan pengeluaran rumah tangga, tetapi juga berkontribusi pada terjadinya deflasi sebesar 0,09 persen secara tahunan pada Februari. Disisi lain, tambahnya, komponen Administered Price pun mencatat deflasi tajam hingga 9,02 persen, menjadi faktor utama penekan inflasi," jelasnya.
Selain itu, tambahnya, pemerintah terus mempersiapkan langkah strategis menghadapi Ramadan dan Idul Fitri 2025. Mulai dari operasi pasar, gerakan pasar murah, hingga pengawasan distribusi pangan diperkuat untuk menjamin harga kebutuhan pokok tetap terjangkau.
Tak hanya kebutuhan pokok, insentif seperti diskon tarif tol dan pembebasan PPN untuk tiket pesawat juga digulirkan guna mendukung mobilitas masyarakat saat mudik Lebaran. "Melalui kebijakan ini dapat membantu masyarakat merayakan Idul Fitri bersama keluarga tanpa terbebani biaya tinggi, sekaligus memberikan dorongan tambahan pada pertumbuhan ekonomi nasional," tutupnya. (jpc/thi/dek)