KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma mengatakan salah satu peran media, mendukung , mengedukasikan kesetaraan hak perempuan dan remaja perempuan dalam mengakses kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi.
Demikian disampaikan Wagub Johni saat menjadi keynote speaker (pembicara utama) pada Diskusi Terbatas dan Ngabuburit yang diselenggarakan Yayasan Inisiatif Perubahan Akses Menuju Sehat (IPAS) Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kupang di Hotel Swiss-Belinn, Jumat (7/3).
Menurut Johni, media sebagai pilar keempat demokrasi memiliki peran besar dalam mewarna kehidupan manusia. Media dapat membantu masyarakat berpartisipasi dalam menyuarakan isu pemberdayaan perempuan. Mendukung kesetaraan gender, memberikan informasi tentang hak-hak perempuan. Memberikan informasi tentang sumber daya dan kesempatan yang tersedia bagi perempuan. Mencerminkan dan memengaruhi struktur dan sistem masyarakat.
“Peran media begitu besar dalam kehidupan manusia. Terus berkembang dari media mulut gram. Dari mulut ke mulut berkembang menjadi media konvensional, koran, telegram, radio gram, TV berkembang menjadi media social.” Jelas Johni
Peran perempuan dalam kehidupan rumah tangga memiliki pengaruh besar. Rumah tangga dapat berjalan baik apabila didukung peran perempuan yang baik pula. Mulai dari mengurus rumah, anak, hingga suami.
“Pertama kali mengajarkan seorang anak berkata-kata, berjalan adalah ibunya. Peran ibu sangat besar dalam membangun kepribadian, karakter, kecerdasan seorang anak. Masa depan bangsa ini terletak di pundak ibu-ibu dan anak-anak. Untuk itu, wajib kita memberikan penghormatan kepada seorang ibu,” ujarnya.
Johni mengingat kembali masa kecilnya, dan ia selalu memegang janji ibunya. “Mama saya bilang, anak kamu jangan malas. Karena kalau kamu malas kamu tidak bisa menjadi orang yang baik. Perkataan itu selalu saya pegang sampai sekarang, saya ingat terus pesan mama saya. Sehingga dalam mengerjakan tugas pekerjaan, saya sungguh-sungguh dan serius,” ungkap Wagub Johni
Johni mengharapakan, media menyebarkan informasi yang sehat dan kesetaraan gender. Mulai dari memberikan informasi mengenai hak-hak perempuan dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender.
Johni menegaskan, perjuangan mewujudkan kesetaraan gender bukan hanya tugas perempuan .Tetapi menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, media.
“Jika perempuan dan anak mendapatkan haknya dengan baik, maka kita sedang membangun masa depan yang lebih cerah bagi NTT dan Indonesia,” pungkasnya.
PC Takenusa, Stefanus Bere dalam sambutannya mengatakan, isu kesehatan reproduksi terkait dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan keberlanjutan hajat hidup masyarakat.
Menurut Stefanus, NTT masih menghadapi tantangan besar terutama dalam isu keluarga berencana, kasus-kasus komplikasi keguguran yan berkontribusi pada kematian ibu dan bayi.
Menurutnya, tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang selamat. Karena itu, Kesehatan reproduksi menjadi bagian dari faktor yang memberikan kontribusi bagi kematian ibu dan bayi.
Dikatakan kematian ibu di NTT masih mendomiasi nomor empat di Indonesia. Berbagai keterbatasan layanan (kesehatan) akses maupun kualitas layanan.
Keterbatasan itu tidak hanya berasal dari penyedia layanan maupun kesadaran masyarakat mengunakan layanan yang tersedia.
Ketua AJI Kupang, Djemi Amnifu mengatakan kegiatan yang dilaksanakan, dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah provinsi NTT dalam penanganan terutama isu kesehatan. Tidak saja masalah stanting tetapi angka kematian ibu dan anak yang juga masih tinggi di NTT.
Ana Djukana, anggota Devisi Gender AJI Indonesia yang juga pengurus AJi Kota Kupang memaparkan materi terkait dengan panduan dalam meliput isu kesehatan yang berpusat pada perempuan beserta praktik baiknya.
Usai diskusi dilanjutkan dengan buka puasa bersama. (dek)