Sektor Properti Fokus Konsumen Domestik

  • Bagikan
ilustrasi

Ketidakpastian Aturan dan Politik Membuat Investor Asing Ragu

SURABAYA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Pertumbuhan investor asing dalam industri properti tanah air diperkirakan tertekan tahun ini. Agen properti menyebut ketidakpastian aturan dan politik membuat investor asing ragu. Oleh karena itu, mereka tahun ini lebih fokus untuk mengincar konsumen domestik guna menjaga pertumbuhan.

CEO Propnex Luckyanto menyatakan bahwa kinerja industri properti 2024 cukup mengejutkan. Pihaknya berhasil mencetak omset senilai hampir Rp 2,1 triliun. Angka tersebut tumbuh sebanyak 24 persen dibandingkan capaian tahun lalu.

"Kami menyangka bahwa angka penjualan 2024 akan mirip dengan capaian 2023. Namun, ternyata ada beberapa faktor yang mendorong penjualan," ungkapnya sebelum Annual Convention Propnex Indonesia di Surabaya, Kamis (7/3) malam.

Dia menjelaskan, pergantian pemerintahan memberikan sentimen positif kepada investor saat itu. Alhasil, pertumbuhan penjualan properti sekunder tumbuh cukup tinggi. Sebanyak 75 persen penjualan perusahaannya untuk properti bekas.

Di antara berbagai segmen, kelompok pembeli asing menjadi salah satu pendukung. Hal itu adanya aturan yang mengizinkan pembelian properti untuk warga negara asing (WNA), kontribusi penjualan properti untuk WNA tahun lalu mencapai 15 persen.

"Hampir 100 persen merupakan investor Tiongkok yang membeli properti komersial seperti gudang atau pabrik. Kebetulan tahun lalu ada momentum pelaku industri yang keluar dari Tiongkok," jelasnya.

Namun, tahun ini gelombang pembelian WNA diperkirakan bakal tertahan. Dia mengatakan ada beberapa kasus yang membuat calon konsumen asing ragu. Salah satunya, ketidakpastian hukum dan hawa sosial politik yang panas.

Dia mengatakan harga properti second bisa lebih rendah 40 persen dari yang baru. Hal tersebut karena banyak investor yang fokus ingin mendapatkan capital gain dalam waktu tertentu. Di tengah situasi seperti ini, mereka pun terpaksa menjual kembali properti tanpa keuntungan atau bahkan rugi.

Dari semua listing sekunder, 60 persen punya harga BU. Dia merasa bahwa investor bisa memanfaatkan kondisi ini. Dia menganggap bahwa investor saat ini memang harus menyikapi properti sebagai aset daripada investasi capital gain.

"Apartemen misalnya. Kalau mengharapkan kenaikan harga dalam lima tahun belum tentu tercapai. Tapi, jika disewakan, pendapatannya bisa mencapai 5-10 persen per tahun," ujarnya. (bil/dio/thi/dek)

  • Bagikan