Tarif Timbal Balik AS, Arus Masuk Ke Emas Besar,Berpotensi Harga Terus Naik Menuju USD 3.000

  • Bagikan
ilustrasi

JAKARTA,TIMEXKUPANG.AFJAR.CO.ID- Setelah sempat terbang menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di level USD 2.956 per troi ons, kemarin (7/3) harga emas melandai ke kisaran USD 2.922,29. Meskipun demikian, logam mulia masih menjadi sorotan karena masih ada dalam rentang psikologis mendekati USD 3.000.

Terkoreksinya emas dunia tersebut juga tercermin di domestik. Harga logam mulia keluaran Antam turun kemarin (7/3) setelah sehari sebelumnya sempat memecahkan rekor termahal sepanjang sejarah dengan membukukan Rp 1.706.000 per gram. Kemarin tercatat turun Rp 16.000 per gram ke level Rp1.690.000 per gram.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha membeberkan, meski ada sedikit pelonggaran akibat penundaan tarif impor mobil Amerika Serikat (AS) terhadap Kanada dan Meksiko, penerapan tarif timbal balik yang tetap akan berlaku pada April menjadi faktor yang mendukung arus masuk ke aset safe haven seperti emas.

Andy menambahkan, tren bullish emas masih cukup kuat berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator moving average yang terbentuk saat ini.

"Proyeksi jangka pendek menunjukkan bahwa harga emas berpotensi naik hingga level USD 2.929, terutama jika momentum bullish tetap berlanjut. Namun, jika terjadi reversal dan harga gagal menembus level tersebut, maka emas berisiko mengalami penurunan hingga target terdekat di USD 2.897," paparnya.

Dari sisi fundamental, sambung Andy, faktor utama yang mendukung pergerakan emas adalah pergeseran ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Data ekonomi AS yang melemah semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga beberapa kali pada tahun ini.

"Pergeseran itu tercermin dalam pasar obligasi, di mana imbal hasil treasury mengalami perubahan signifikan. Investor semakin yakin bahwa suku bunga yang lebih rendah akan mendorong kenaikan harga emas dalam jangka panjang," bebernya.

Andy menambahkan, pasar juga mengalihkan fokus ke keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB). Ekspektasi pasar mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp). Sehingga, dapat memperlemah nilai euro dan mendukung permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai.

"Di sisi lain, kenaikan tajam harga tembaga lebih dari 5 persen pada sesi perdagangan New York pada Rabu (5/3) menunjukkan minat yang meningkat terhadap logam mulia dan komoditas lainnya. Pendorong utama lonjakan harga ini adalah pernyataan Donald Trump yang mengisyaratkan kemungkinan penerapan tarif 25 persen terhadap impor komoditas tersebut," urainya.

Secara keseluruhan, dalam segi analisa teknikal dan mendukungnya faktor fundamental, emas masih berpotensi menguat dalam beberapa waktu ke depan.

"Saat ini, pasar tengah menunggu sinyal laporan tenaga kerja non-farm payroll AS yang akan segera dirilis, serta mengantisipasi langkah The Fed dalam beberapa bulan mendatang," pungkas Andy. (agf/dio/thi/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version