Pasar Dikelola Gereja, Untung 200 Persen

  • Bagikan
INTHO HERIZON TIHU/TIMEX TINJAU. Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma didampingi Wakil Bupati Kupang, Aurum Titu Eki meninjau fasilitas pasar Lili, Selasa (18/3).

Wagub: Pengelolaan Pasar Lili jadi Model untuk Pasar Lain

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Pengelolaan pasar Lili di Kelurahan Camplong Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang oleh GMIT Betel Lili terbukti membawa keuntungan besar bagi pemerintah daerah. Dalam dua tahun terakhir, pendapatan yang disetorkan kepada pemerintah daerah meningkat drastis hingga mencapai Rp 2,6 miliar atau 200 persen.

Keberhasilan ini mendapat perhatian serius Wakil Gubernur NTT, yang menilai sistem pengelolaan pasar Lili bisa menjadi model bagi pasar-pasar lain di NTT.

Sejak dipercayakan kepada GMIT Betel Lili, pengelolaan pasar Lili mengalami perubahan signifikan. Dengan sistem yang lebih transparan dan efisien, pemasukan pasar meningkat tajam. Hal ini membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan lembaga keagamaan dalam mengelola aset daerah bisa menjadi solusi efektif.

“Dengan pengelolaan yang baik, pemda bisa mendapat pendapatan lebih besar. Ini bisa menjadi contoh bagi pasar-pasar lain di NTT,” ujar Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma disela-sela tatap muka bersama pemda dan pengelola, Selasa (18/3).

Keberhasilan pasar Lili dalam meningkatkan pendapatan daerah menjadi bukti bahwa pola pengelolaan yang tepat dapat memberikan manfaat maksimal. Ia berharap model serupa dapat diterapkan di pasar-pasar lain di NTT untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemasukan daerah.

"Pasar ini dikelola dengan manajemen yang baik dan perputaran uang sangat besar. Perputaran uang sangat bagus. Ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat serta memberikan kontribusi besar bagi pemda,” ungkapnya.

Johni mengakui bahwa pendapatan terbesar bersumber dari retribusi dan pajak. Itu pun hanya 30 persen, sedangkan 70 persen pendapagan masih mengharapkan dana transfer dari pusat. Untuk ke depan lembaga-lembaga keagamaan serta stakeholders lainnya akan dilibatkan. “Pendapatan hanya 30 persen itu pun masih banyak kebocoran,” pungkasnya.

Wakil Ketua Majelis GMIT Betel Lili, Pdt James Nerbajod Hetmina yang juga pengelola pasar Lili pada kesempatan tersebut mengaku pihaknya sudah mengelola pasar tradisional tersebut selama dua tahun terakhir. Menurutnya pengelolaan merupakan tantangan, namun juga sebagai peluang bagi gereja dan masyarakat.

Dalam relasi dengan pemerintah pihaknya mengakui masih jauh dari kesempurnaan, namun pihaknya terus berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam mendukung peningkatan PAD.

“Kami memberikan Rp 2,6 miliar kepada pemerintah daerah selama mengelola pasar Lili. Kami juga mempekerjakan 50 orang dengan gaji UMP Kabupaten Kupang,” katanya.

Selain itu, selama mengelola pasar, kata Pdt James, salah satu hal yang menjadi perhatiannya adalah soal kebersihan. Memang ada beberapa titik yang masih ditemukan kotor, namun itu bukan kewenangannya.

“Kita sangat serius soal penanganan sampah. Kita memastikan pasar dalam kondisi bersih, namun ada beberapa titik sampah yang masih ditemukan karena bukan bagian kami. Itu sudah masuk pengelola parkir,” lapornya.

Disebutkan bahwa dengan manajemen pengelolaan yang baik dan pendapatan yang cukup kepada pemda, pihaknya juga gunakan untuk pembangunan gereja. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya sepakat untuk peranggi judi di pasar.

“Kalau gedung baru ini kembali dipercayakan pemerintah kepada pihak gereja sebagai pengelola, kami sangat siap,” pungkasnya.

Sementara Wakil Ketua Sinode GMIT, Pdt Saneb Blegur mengatakan, soal pengelolaan pasar juga sudah dipaparkan kepada Majelis Sinode GMIT dan mendapat dukungan serius karena gereja merupakan mitra pemerintah, maka setiap program pemerintah harus didukung.

“Dulu gereja mendukung secara spiritualitas, namun kini mulai bertransformasi agar memberikan terang kepada masyarakat. Kami sangat apresiasi majelis Betel Lili yang sudah mampu mengelola dan membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat,” ucapnya.

“Jangan berpikir kenapa majelis harus mengurus pasar tapi gereja harus menjadi pasar atau sebaliknya,” tambahnya.

Keseriusan mengelola pasar ini juga merupakan perhatian terhadap ekologi. Kotoran ternak diolah menjadi bokasi lalu dibagikan kepada masyarakat. Ini artinya segala hal di pasar Lili dikelola untuk kepentingan masyarakat.

“Tetap menjaga integritasmu karena nilai penginjilanmu dipertaruhkan disini,” pesannya.

Pada kunjungan ini, Wakil Gubernur NTT yang didampingi Kepala Badan Pendapatan dan Aset Daerah (BPAD) Alexon Lumba meninjau bangunan pasar yang belum dimanfaatkan serta lokasi penjualan ternak.

Wakil Bupati Kupang, Aurum Titu Eki menegaskan bahwa gedung yang belum dimanfaatkan akan segera dimanfaatkan pekan depan. “Kita sedang siapkan secara baik agar segera dimanfaatkan,” katanya.

Dikatakan, selain pengelolaan pasar yang baik, pihaknya saat ini mengalami kesulitan soal arus lalu lintas didepan pasar, sebab jalur tersebut merupakan jalur lintas negara dengan kepadatan kendaraan sangat tinggi.

“Kita sedang bahas bersama instansi terkait untuk mengatasi persoalan ini,” katanya.

Aurum mewakili Pemerintah Kabupaten Kupang menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pengelola yang sudah berkontribusi besar dalam peningkatan PAD. (cr6/ays/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version