Museum Khazanah Melayu di Kompleks Rumah Tokoh Melayu Sambas
Di Museum Khazanah Melayu, ada Alquran tulisan tangan karya ulama dari Ketapang dan Madura, mushaf bertinta emas cetakan dari Madinah serta keris berukir ayat suci. Terbuka untuk umum dan gratis, hanya perlu mengabari sang pemilik rumah sebelum berkunjung.
DENNY HAMDANI, Sambas
DENGAN sabar, Haji Subhan Nur menjelaskan asal-usul setiap koleksi kepada para tamu yang diundangnya buka bersama. Mulai Alquran, keris, sampai tombak.
Ada para legislator Komisi II DPRD Kalimantan Barat (Kalbar), para staf sekretariat dan sejumlah jurnalis yang hadir sore itu. ”Ini adalah cara kami merawat warisan sambil merajut silaturahmi,” ucap ketua Majelis Adat Budaya Melayu Sambas, Kalbar, Kamis (13/3) pekan lalu.
Mengutip Pontianak Post (grup Timex), Museum Khazanah Melayu terletak di kompleks rumah Haji Subhan di Sambas, sekitar 230 km jauhnya dari Pontianak, ibu kota Kalbar. Koleksi museum tersebut mencerminkan napak tilas peradaban Melayu-Islam di Nusantara.
Di antaranya ada Alquran tulisan tangan karya ulama dari Ketapang, Kalbar dan Madura, Jawa Timur. Juga, mushaf bertinta emas cetakan Madinah, Arab Saudi.
”Alquran ini bukan hanya bacaan, tapi saksi perjuangan para ulama menyebarkan ilmu,” ujarnya sambil menunjukkan halaman-halaman yang masih terjaga dengan baik.
Akar Sejarah
Kabupaten Sambas terletak di pantai barat paling utara Kalbar. Wilayahnya yang sekarang masih terkait dengan Kerajaan Sambas yang sudah ada sejak abad ke-13.
Tapi, awalnya belum bercorak Islam. Pada masa pra-Islam inilah Sambas disebut sejumlah sumber referensi pernah menjadi bagian dari Majapahit di masa kepemimpinan Hayam Wuruk.
Dalam karyanya, Kitab Negarakertagama, Mpu Prapanca menulis raja Sambas bergelar ”Nek”. Salah satunya bernama Nek Riuh. Adapun Kesultanan Sambas berdiri pada 1671.
Kesultanan Sambas juga terkait erat dengan Kesultanan Banjar dan Kesultanan Brunei Darussalam. Pengaruh Islam kesultanan Sambas itu bertahan sampai sekarang. Yang di antaranya bisa disimak napak tilasnya di Museum Khazanah Melayu di kediaman Haji Subhan.
Melayu etnis mayoritas di Sambas. Warga Melayu telah ratusan tahun menghuni wilayah pesisir dan tengah Sungai Sambas. Mereka juga telah mengalami asimilasi budaya dengan orang-orang Dayak pesisir.
Koleksi Senjata
Koleksi museum yang tak kalah memikat adalah senjata dari berbagai era. Ada pedang Inggris peninggalan masa kolonial, keris Bugis berukir ayat suci, hingga mandau suku Dayak yang masih tajam.
”Senjata-senjata ini pernah menjadi alat perjuangan yang kini ’beristirahat’ sebagai pengingat akan keberanian leluhur,” papar Subhan.
Subhan berani sesumbar, meski ukuran museum miliknya tak sebesar milik pemerintah, kelengkapan koleksi budaya Melayu-nya tak tertandingi.
”Berkunjung ke sini memang seperti buka puasa dua kali. Perut kenyang, hati pun puas dengan jejak sejarah yang terkandung dalam koleksinya,” kata Edo, salah seorang staf sekretariat DPRD Kalbar.
Kekayaan koleksi museum itu pula yang menarik kedatangan banyak turis asing. Pengunjung dari Brunei dan Malaysia sering singgah untuk menelusuri jejak kesultanan Melayu yang terhubung dengan sejarah mereka.
Bahkan, sebagian ada yang datang berkali-kali. ”Mereka bilang koleksi di sini seperti potongan puzzle yang melengkapi sejarah Asia Tenggara,” tuturnya.
Untuk datang dan menikmati koleksi Museum Khazanah Melayu yang buka tiap hari itu, Subhan sama sekali tak menarik biaya. Museum tersebut terbuka untuk umum. ”Syaratnya hanya satu, beri tahu kami sebelumnya. Kami bukan institusi formal, tapi rumah ini selalu siap menyambut siapa pun yang ingin belajar,” ujarnya. (c19/ttg/jpg/ays/dek)