KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Umat Hindu di Kota Kupang menggelar acara Melasti, di Pura Oebanantha, Rabu (26/3).
Melasti adalah upacara penyucian yang dilakukan, untuk membersihkan dan menyucikan diri dan alam dari energi negatif.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Kupang, dr I Wayan Ari Wijana, mengatakan, kegiatan melasti ini diikuti oleh tujuh pura di Kota Kupang, untuk melaksanakan doa dan upacara bersama.
Pada acara ini, umat Hindu di Kota Kupang berkumpul bersama, dan sembayang bersama, membaca kitab suci dan membawa persembahan.
Ada beberapa orang yang setelah sembayang, langsung menuju ke laut, menaiki perahu, dan bergerak ke tengah lautan, untuk mengambil air laut yang akan digunakan untuk menyucikan.
dr Ari mengatakan, setelah Melasti ini, akan dilanjutkan dengan Tawur Agung, yang akan dilaksanakan di Jalan El Tari, pelaksanaannya sehari sebelum hari raya Nyepi.
"Akan diawali dengan upacara atau doa, untuk pembersihan sekaligus persembahan. Pengerupukan biasa disebut, yang akan dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh, yang menggambarkan semua yang buruk, setelah pawai akan dibakar, yang definisikan bahwa semua keburukan itu dibakar atau dihilangkan," jelasnya.
Dia menjelaskan, setalah itu, akan masuk dalam Hari Raya Nyepi, dimana tidak melakukan aktivitas apa-apa, tidak keluar rumah, tidak menyalakan api, tidak bekerja dan bisa berpuasa juga bagi mereka yang memiliki kemampuan.
"Kalau di Bali sendiri, biasanya semua ditutup, tidak ada yang keluar rumah, hanya di dalam rumah untuk membaca kitab suci dan sembayang," ungkapnya.
Setelah itu, dilakukan Ngembak Geni adalah upacara setelah seharian melakukan Nyepi, acara Ngembak Geni yaitu bersilaturahmi, dan bertemu dengan keluarga.
"Untuk PHDI Kota Kupang sendiri, sudah beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, misalnya, donor darah, berbagi makanan takjil dan nantinya akan ada tanam pohon," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia perayaan Nyepi Kota Kupang, Ngurah Eka Negara, menjelaskan, bahwa enam pura di Kota Kupang berkumpul di Pura Oebanantha ini untuk melaksanakan upacara Melasti bersama.
Ngurah mengatakan, sebelum memasuki tahun baru, harus membersihkan dan menyucikan pura, dan barang-barang yang dianggap suci, dan tujuan lainnya adalah membersihkan diri sebagai manusia.
"Dengan simbol kita membersihkan sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita, energi negatif dalam diri, dengan simbolnya ogoh-ogoh itu, yang akan diarak keliling, dan setelah itu anak dibakar, yang menjadi tanda membakar semua hal negatif dan buruk itu," ungkapnya. (thi/rum/dek)