Cemari Laut Hingga Rugikan Petani dan Nelayan

  • Bagikan
RUMPUT LAUT. Warga ketika menunjukan kualitas rumput laut yang menurun akibat tumpahan minyak kapal Kuala Mas di perairan Teluk Kupang, Bolok Kabupaten Kupang, Kamis (27/3).

Pemerintah Didesak Segera Evakuasi Kapal Kuala Mas

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – Dampak tenggelamnya kapal Kuala Mas di perairan Teluk Kupang, Bolok, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Desember 2024 lalu, mulai dirasakan masyarakat pesisir. Para petani rumput laut dan nelayan di sekitar lokasi kejadian mendesak pemerintah segera mengevakuasi bangkai kapal dan muatan kontainernya yang diduga mengandung minyak.

Tumpahan minyak dari kapal tersebut mulai mencemari laut, mengakibatkan menurunnya kualitas rumput laut dan berkurangnya hasil tangkapan ikan.

“Kualitas rumput laut menurun karena laut mulai tercemar akibat tumpahan minyak kapal tenggelam. Kami minta pemerintah segera evakuasi kapal beserta muatannya sebelum pencemaran makin meluas,” ujar Yupiter Luit Holbala, seorang petani rumput laut setempat, Kamis (27/3).

Menurut Yupiter, kondisi rumput laut berubah drastis pasca insiden tenggelamnya Kuala Mas. Rumput laut yang biasanya berwarna hijau segar dan menghasilkan panen melimpah, kini berubah menjadi hitam pucat.

“Biasanya satu tali sepanjang 80 meter bisa menghasilkan 75 kilogram panen, sekarang tidak sampai 5 kilogram. Ini sangat merugikan kami sebagai petani,” ungkapnya.

Tak hanya petani rumput laut, para nelayan juga mengeluhkan dampak pencemaran tersebut.

Edi Piubati, seorang nelayan, mengatakan hasil tangkapannya kini jauh menurun karena ikan mulai sulit ditemukan dan banyak yang mati.

“Biasanya semalam bisa bawa pulang banyak ikan, sekarang susah. Laut tercemar, dan bangkai kapal yang tenggelam juga menghambat jalur pelayaran kapal-kapal nelayan,” jelas Edi.

Tokoh masyarakat sekaligus penjaga kawasan pantai, Yulius Piubati, turut menyuarakan keprihatinannya atas lambannya respons pemerintah.

Ia mengaku kecewa karena hingga kini belum ada tindakan konkret untuk mengevakuasi bangkai kapal dan muatan yang ikut tenggelam.

Warga berharap pemerintah segera berkoordinasi dengan instansi terkait, termasuk otoritas pelabuhan dan lingkungan hidup, untuk melakukan proses evakuasi kapal dan penanggulangan pencemaran minyak sebelum berdampak lebih luas terhadap ekosistem laut dan mata pencaharian warga.

“Dulu kita bisa melihat ikan berenang bebas, air laut jernih. Sekarang air seperti berubah jadi lautan minyak. Kami minta pemerintah Kabupaten Kupang, Pemprov NTT, dan semua pihak terkait segera ambil tindakan. Jangan tunggu sampai pencemaran makin parah,” tegas Yulius. (cr6/rum/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version