Bukan Sekadar Petualangan Visual, tetapi Menggali Sejarah

  • Bagikan
LOMBOK POS MEMUKAU. Salah satu hasil jepretan Jack Firman di Jalur Sutra, kawasan penuh sejarah terutama tentang peradaban Islam.

Berburu Cahaya dan Keindahan di Jalur Sutra

Di dunia fotografi lanskap, menangkap cahaya yang sempurna bukan sekadar soal keberuntungan. Dibutuhkan dedikasi, pemahaman mendalam tentang medan serta kepekaan artistik yang tinggi.

LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Mataram

JACK Firman, seorang fotografer lanskap asal Indonesia, telah melintasi berbagai belahan dunia untuk mengabadikan keindahan alam dari perspektif yang unik. Dari pegunungan Himalaya hingga lanskap es Islandia, perjalanannya bukan sekadar petualangan visual, tetapi juga kisah tentang membangun jaringan global, menggali sejarah. “Dan menemukan kebahagiaan dalam fotografi,” ucapnya penuh makna, Rabu (26/3).

Jack Firman menekankan, perjalanan fotografi memiliki dimensi yang lebih luas dari sekadar berwisata.

“Banyak orang berpikir bahwa perjalanan fotografi lanskap itu seperti wisata biasa, padahal ini lebih dari sekadar jalan-jalan,” katanya.

Fotografi lanskap menuntut lebih dari sekadar kamera bagus dan pemandangan indah. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, mulai dari cuaca, pencahayaan, hingga medan yang harus dilalui.

Jack Firman sering kali harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk mendapatkan satu jepretan yang sempurna. “Kadang kita harus mendaki bukit selama dua sampai tiga jam untuk mendapatkan angle terbaik,” katanya.

Hal ini membuat fotografi lanskap menjadi tantangan tersendiri, berbeda dengan genre fotografi lainnya yang bisa dilakukan di studio atau tempat yang lebih nyaman. Meskipun begitu, tantangan inilah yang justru membuatnya semakin mencintai pekerjaannya. “Ada kepuasan tersendiri ketika bisa menangkap momen yang jarang dilihat orang lain,” ujarnya.

Seperti banyak fotografer lain di era digital, Firman memanfaatkan media sosial untuk membangun jaringan dan eksposur global. “Instagram menjadi platform utama saya,” katanya.

Di sana, komunitas fotografer lanskap dari berbagai negara saling mengenal, meskipun belum pernah bertemu secara langsung. Namun, membangun reputasi di dunia fotografi internasional tidak cukup hanya dengan mengunggah foto di media sosial. Firman juga aktif mengikuti berbagai kompetisi fotografi global.

“Walaupun tidak selalu menang, masuk nominasi saja sudah cukup untuk meningkatkan kredibilitas,” ujarnya.

Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika fotonya dipamerkan di London dan Prancis.

“Itu seperti pengakuan bahwa karya saya memiliki nilai di kancah internasional,” tambahnya.

Keikutsertaan dalam kompetisi ini juga mempercepat penyebaran namanya di kalangan fotografer dunia.

“Di ruang lingkup fotografer, informasi menyebar dengan sangat cepat,” katanya.

Ini menjadi salah satu cara efektif untuk membangun koneksi dengan fotografer dari berbagai negara.

“Bahkan tanpa harus bertemu secara langsung,” paparnya.

Dari sekian banyak tempat yang telah dikunjunginya, kawasan Jalur Sutra menjadi salah satu yang paling berkesan. “Saya suka sejarah, terutama sejarah peradaban Islam,” ujarnya.

Negara-negara seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan dan Tajikistan menawarkan perpaduan antara lanskap alam yang spektakuler dan jejak sejarah yang kaya. “Berada di sana seperti kembali ke zaman kejayaan Islam,” katanya dengan antusias.

Jalur Sutra, dahulu menjadi jalur perdagangan utama antara Timur dan Barat, menyimpan banyak peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh hingga kini. Baginya, mengunjungi tempat-tempat ini bukan hanya sekadar perjalanan fotografi, tetapi juga perjalanan spiritual yang membawanya lebih dekat dengan sejarah peradaban Islam.

Firman mengungkapkan, salah satu alasan utama ia menyukai fotografi lanskap adalah kemampuan menceritakan kisah melalui gambar. “Saya ingin orang-orang yang melihat foto saya merasakan atmosfer yang sama seperti yang saya rasakan saat berada di sana,” katanya.

Fotografi lanskap bukanlah hobi murah. Firman menargetkan segmen pasar kelas menengah ke atas, khususnya mereka yang memiliki kecintaan terhadap fotografi dan finansial yang stabil. “Kebanyakan klien saya adalah orang-orang yang sudah pensiun dan ingin menikmati hidup,” ujarnya.

Mereka memiliki waktu dan sumber daya untuk menjelajahi dunia sambil menekuni hobi baru. Paket perjalanan fotografi yang ditawarkannya pun tidak sembarangan. “Untuk trip ke Islandia saja, biayanya bisa mencapai 48 juta per orang, belum termasuk tiket pesawat,” ungkapnya.

Oleh karena itu, ia memilih untuk tetap bermain di kelas premium dan tidak mengambil semua tawaran yang datang. “Saya lebih memilih segmen ini karena memang sejak awal sudah saya targetkan,” katanya.

Meskipun eksklusif, permintaan untuk fotografi trip tetap tinggi. Banyak orang yang rela menginvestasikan puluhan juta demi pengalaman dan foto yang tak ternilai. “Mereka ingin sesuatu yang tidak bisa didapatkan dalam perjalanan wisata biasa,” ujarnya.

Jack Firman juga menyadari, ada segmen lain dalam dunia fotografi lanskap, yaitu mereka yang masih muda dan baru memulai karier. “Anak-anak muda mungkin lebih memilih paket yang lebih terjangkau karena mereka masih dalam tahap membangun finansial,” katanya.

Namun, ia tetap teguh pada pilihannya untuk bermain di segmen premium. “Saya sudah menentukan dari awal bahwa saya ingin bermain di level ini,” tegasnya.

Bagi Firman, fotografi bukan sekadar profesi atau bisnis, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidupnya. Ia menikmati setiap perjalanan, setiap interaksi dengan klien dan setiap momen yang berhasil diabadikannya. “Ada kebanggaan tersendiri ketika bisa membawa orang ke tempat yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya,” katanya.

Ia juga menekankan, kebahagiaan dalam fotografi tidak selalu datang dari aspek finansial. “Tentu saja, penghasilan itu penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menikmati prosesnya,” ujarnya.

Baginya, bisa berdiri di puncak bukit setelah perjalanan panjang dan melihat matahari terbit yang sempurna adalah hadiah yang tak ternilai. “Ini momen yang sulit dilukiskan kata-kata,” ucapnya.

Dalam dunia fotografi lanskap yang penuh tantangan, Jack Firman telah menemukan jalannya sendiri.

Bukan hanya berburu cahaya, tetapi juga menelusuri jejak sejarah, membangun relasi global dan berbagi pengalaman dengan orang-orang yang ingin melihat dunia dari sudut yang berbeda. “Fotografi ini lebih dari sekadar hobi atau pekerjaan, ini adalah cara saya memahami dunia,” pungkasnya. (r7/jpg/ays/dek)

  • Bagikan

Exit mobile version